tag:blogger.com,1999:blog-54465327802720685752024-03-08T13:49:35.387-08:00Sirah Nabawiyah Dan SahabatUpaya Memahami Manhaj SalafAbu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.comBlogger148125tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-52119520041523708352018-09-27T08:44:00.007-07:002018-09-27T08:44:59.990-07:00Ammar bin Yasir<div align="justify">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Sahabat yang memeluk
Islam dari sejak dini ini masuk Islam bersama ayah dan ibunya (Yasir dan
Sumaiyah) yang akibatnya mereka sama-sama menderita berbagai cobaan
dari suku mereka yaitu Mahzum. Ayahnya sempat meninggal dalam cobaan
tersebut, sedangkan ibunya ditikam oleh Abu Jahal sehingga menemui
ajalnya. Beliau pergi emigran ke Abessinia, sekembalinya dari Abessinia
dia ikut hijrah ke Madinah.</span></span></span></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span> Dalam
perang Badar dan Khandak beliau ini menderita luka parah.Beliau ikut
perang Shiffin di belakang Ali bin Abu Thalib dan meninggal dalam perang
tersebut.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Yasir
bin ‘Amir, ayahanda ‘Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman
guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya… Rupanya ia berkenan
dan cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia disana dan mengikat
perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah. Abu
Hudzaifah mengawinkan dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayah
binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, dikarunia
seorang putra bernama ‘Ammar. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Keislaman
mereka termasuk dalam golongan yang pertama, sebagaimana halnya dengan
mereka yang pertama masuk Islam. Mereka cukup menderita dengan sikap
kebiadaban dan kekejaman kaum Quraisy… Orang-orang Quraisy menjalankan
siasat terhadap kaum muslimin sesuai suasana: seandainya mereka ini
golongan bangaan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan
gertakan. Abu Jahal, misalnya, menggertak dengan ungkapan, “Kamu berani
meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu!
Akan kami uji sampai dimana ketabahanmu; akan kami jatuhkan
kehormatanmu; akan kami rusak perniagaanmu; dan akan kami musnahkan
harta bendamu!” Setelah itu, mereka lancarkan kepadanya perang urat
syaraf yang amat sengit. Sementara, sekiranya yang beriman itu dari
kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin; atau
dari golongan budak belian, mereka didera dan disulutnya dengan api
bernyala.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Keluarga Yasir telah ditakdirkan oleh Allah<span> </span>termasuk
dalam golongan yang kedua ini. Maka, masuklah keluarga Yasir ke dalam
kelompok yang mendapat perlakuan yang zalim dari mereka. Setiap hari,
Yasir, Sumayyah, dan ‘Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian
panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Dengan
cobaan itu, Sumayyah telah menunjukan kepada manusia sikap ketabahan,
suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak
pernah luntur; suatu sikap yang telah menjadikannya seorang bunda
kandung bagi orang-orang mu’min disetiap zaman, dan bagi para budiman
sepanjang masa.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Pengorbanan-pengorbanan
mulia yang dahsyat itu tak ubahnya sebagai tumbal yang akan menjamin
bagi agama dan ‘aqidah yang teguh dan tak akan lapuk. Ia juga menjadi
teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati,
kebanggan dan kasih sayang; ia adalah menara yang akan menjadi pedoman
bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat agama, kebenaran
dan kebesarannya…</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Untuk
meletakkan dasar, memancangkan tiang-tiang, dan memperkokoh agama-Nya,
Allah memperlihatkan model contoh melalui para pemuka dan tokoh-tokoh
utamanya dengan sikap pengorbanan harta dan jiwanya agar menjadi teladan
istimewa bagi orang-orang beriman yang kemudian.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Sumayyah, Yassir, dan ‘Ammar adalah termasuk teladan istimewa, sampai-sampai Rasulullah<span> </span>setiap hari mennghampiri tempat dimana mereka mendapat siksaan dari orang-orang zalim.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Pada suatu hari, ketika Rasulullah<span> </span>mengunjungi
mereka, ‘Amar memanggilnya, katanya, “Wahai Rosulullah, adzab yang kami
derita telah sampai ke puncak.” Maka, seru Rasulullah , “Sabarlah,
wahai Abal Yaqdhan… Sabarlah, wahai keluarga Yasir…Tempat yang
dijanjikan bagi kalian adalah syurga!” Betapa beratnya siksaan yang
dialami ‘Ammar oleh kaum yang zalim, dilukiskan oleh kawan-kawannya
dalam beberapa riwayat: berkata ‘Ammar bin Hakam, “Ammar itu disiksa –
sampai-sampai ia tidak menyadari apa yang diucapkannya.” Berkata pula
‘Ammar bin Maimun, “Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan
api.” Maka Rasulullah<span> </span>lewat di tempatnya, lalu memegang
kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda, “Hai api, jadikan kamu
sejuk dan dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana kamu dulu juga sejuk dan
dingin di tubuh Ibrahim!”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Orang-orang
musrik menghabiskan segala daya dan upaya dalam melampiaskan kezaliman
dan kekejiannya terhadap ‘Ammar, sampai-sampai ia meresa dirinya
benar-benar celaka, ketika siksaan itu mencapai puncaknya: didera,
dicambuk, disalib di hamparan gurun yang panas, ditindih dengan batu
laksana bara merah, dibakar dengan besi panas, bahkan sampai
ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas
kulitnya yang penuh dengan luka. Ketika ia sampai tidak sadarkan diri
karena siksaan yang demikian berat,orang-orang itu mengatakan kepadanya, “Pujalah olehmu Tuhan-Tuhan kami!”
Mereka ajarkan kepadanya pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa
menyadari apa yang diucapkannya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span><br />
Ketika ia siuman sebentar karena siksaannya berhenti, tiba-tiba ia sadar
akan apa yang telah diucapkannya. Maka, hilanglah akalnya dan
terbayanglah diruang matanya, betapa besar kesalahan yang telah
dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni
lagi…, Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah
memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan
yang amat luhur…. Tangan yang penuh berkah itu terulur menjabat tangan
‘Ammar sambil menyampaikan selamat kepadanya, “Bangunlah hai pahlawan!
Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat!”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Sungguh
benar apa yang telah difirmankan Allah , artinya, “Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman,”
padahal mereka belum lagi diuji?” (Q. S. Al-’Ankabut: 2)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>“Apakah
kalian mengira akan dapat masuk Syurga, padahal belum lagi terbukti bagi
Allah orang-orang yang berjuang diantara kalian, begitupun orang-orang
yang tabah?” (Q. S. Ali Imran: 142)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>“Sungguh,
kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi
Allah orang-orang yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta.”
(Q. S. Al-’Ankabut: 3)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>“Apakah
kalian mengira akan dibiarkan begitu saja, padahal belum lagi terbukti
bagi Allah orang-orang yang berjaung diantara kalia?” (Q. S. At-Taubah:
16)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>“Dan
musibah yang telah menimpa kalian disaat berhadapannya dua pasukan,
adalah dengan adzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang
beriman.” (Q. S. Ali Imran:166)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>‘Ammar
menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahn luar biasa, hingga
pendera-penderanya merasa lelah, lemah, dan bertekuk lutut di hadapan
tembok keimanan yang maha kokoh. Memang, demikianlah Al-Qur’an mendidik
para pemeluknya: menghadapi kekejaman dan kekerasan dengan kesabaran,
keteguhan dan pantang menyerah, yang merupakan esensi dari keimanan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Suatu ketika, Rasulullah<span> </span>menjumpai
‘Ammar; didapatinya ia sedang menangis, maka disapulah isak tangis itu
dengan tangan beliau seraya sabdanya, “Orang-orang kafir itu telah
menyiksamu dan menenggelamkanmu kedalam air sampai kamu mengucapkan
begini dan begitu…?”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>“Benar,”
wahai Rasulullah,” ujar ‘Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasullah
sambil tersenyum, “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah
seperti apa yang kamu katakan tadi!”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Kemudian,
Rasulullah membacakan kepadanya sebuah ayat: “Kecuali orang yang
dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan.” (Q.S. An-nahl: 106)
Setelah mendengarnya, kembalilah ‘Ammar dengan hati yang diliputi rasa
haru, tenang, dan bahagia: seolah telah hilang semua penderitaan yang
selama ini ia rasakan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>‘Amar menduduki martabat yang tinggi di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman; Rasulullah<span> </span>amat
sayang kepadanya; beliau sering membanggakannya kepada para sahabat
lainnya, katanya, “Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang
pungungnya!”</span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Ketika terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasullah bersabda:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span><br />
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah; dan siapa yang
membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!” Maka, tak ada pilihan
bagi Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu, selain segera mendatangi
‘Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Mengenai
perawakan ‘Ammar, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut: Ia
adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan
matanya yang biru; seorang yang amat pendiam: tidak suka banyak bicara.
Sepak terjangnya di dalam medan pertempuran, ‘Ammar termasuk pejuang
militan yang tangguh. Ia senantiasa ikut bergabung bersama Rasulullah
dalam semua perjuangan bersenjata seperti: perang Badar, Uhud, Khandak,
dan Tabuk.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Bahkan,
tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke Ar-Rafiqul A’la, ia tidaklah
berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya secara terus menerus. Saat
pasukan kaum muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Persi dan Romawi,
termasuk kaum murtad, ‘Ammar – sebagai seorang prajurit yang gagah
perkasa – selalu berada dibarisan pertama.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Pada masa
khalifah Umar, ‘Ammar bin Yasir, tokoh yang sangat perkasa dan kokoh
imannya, juga dipilih untuk menjadi wali negeri di Kuffah; Ibnu Mas’ud
sebagai bendaharanya. Kepada penduduknya, Ummar menulis sepucuk surat
berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru itu, katanya:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span><br />
“Saya kirim kepada tuan-tuan ‘Ammar bin Yasir sebagai Amir, dan Ibnu
Mas’ud sebagai bendahara dan wazir… Keduanya adalah orang-orang pilihan,
dari golongan sahabat Muhammad , dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar!”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Dalam
melaksankan pemerintahan, ‘Ammar melakukan suatu sistem yang tidak dapat
diikuti oleh orang-orang yang rakus akan dunia. Pangkat dan jabatannya
tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah
seorang yang hidup pada masanya di Kufah, Ibnu Abil Hudzail, bercerita,
“Saya melihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu menjadi amir di Kufah membeli
sayuran di pasar, lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas
punggung dan membawanya pulang.”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Suatu
ketika, salah seorang awam berkata (menghina) kepada ‘Ammar bin Yasir,
“Hai, yang telinganya terpotong!” Mendengar omongan orang itu, sang amir
yang tidak kelihatan keamirannya, berkata, “Yang kamu cela itu adalah
telingaku yang terbaik karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang
fisabilillah.” Memang, telinga ‘Ammar itu putus dalam perang sabil di
Yamamah. Ketika itu, Ammar bin Yasir maju bagaikan angin topan dan
menyerbu barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan
kekuatan musuh. Ketika gerakan pasukan muslimin mengendor, pasukan
kafirin segera membangkitkan semangatnya dengan seruannya yang gemuruh,
hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari
busurnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Abdullah
bin Umar menceritakan peristiwa itu sebagai berikut: “Waktu perang
Yamamah, saya melihat ‘Ammar sedang berada disebuah batu karang. Ia
berdiri sambil berseru, “Hai kaum muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari
dari Syurga…? Inilah, saya: ‘Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan…!
Ketika saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya
telah putus beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya.”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Sementara
itu, musuh-musuh Islam bergerak dibawah tanah: berusaha menebus
kekalahannya dimedan tempur dengan jalan meyebarkan fitnah. Terbunuhnya
Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh gerakan atau subversi
ini. Berhasilnya usaha mereka terhadap Umar, membangkitkan minat dan
semangat mereka untuk melanjutkannya, mereka sebarkan fitnah dan
nyalakan apinya disebagian besar negeri-negeri Islam. Gerakan ini
menjalar ke Madinah. Apa yang terjadi pada Umar r.a., terjadi pula pada
diri Utsman r.a. Peristiwa itu menyebabkan syahidnya Utsman r.a. dan
terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin. Sepeninggal Utsman,
kekalifahan dipegang oleh Ali r.a. Mu’awiyah bangkit hendak merebut
jabatan khalifah dari tangan Ali. Para sahabat, disamping berpihak
kepada Ali, ada juga yang membela Mu’wiyah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Tahukah
anda, di pihak mana, ‘Ammar berdiri waktu itu? Ia berdiri di samping Ali
bin Abi Thalib: bukan karena fanatik tetapi karena tunduk kepada
kebenaran dan teguh memegang janji – Ali adalah Khalifah kaum muslimin.
Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, ‘Ammar dapat mengetahui
pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan ini. Menurut keyakinannya:
tak seorang pun berhak atas hal ini, selain imam Ali. Oleh karena itu,
ia berdiri disampingnya. Ali r.a. merasa gembira atas sokongan yang
diberikan oleh ‘Ammar. Keyakinan Ali r.a. bahwa ia berada pada pihak
yang benar kian bertambah karena dukungan sahabatnya itu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Kemudian,
datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi
pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan
pemberontakan. Sementara, ‘Ammar ikut bersamanya. Waktu itu, usianya
telah mencapai 93 tahun. Ia bangkit menghunus pedangnya demi membela
kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Pandangan terhadap pertempuran ini telah lama di maklumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span><br />
“Hai ummat manusia! Marilah kita berangakat menuju gerombolan yang
mengaku-ngaku hendak menuntutkan bela Utsman! Demi Allah, maksud mereka
bukanlah hendak menuntutkan bahaya itu, tetapi sebenarnya mereka telah
merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka
mengetahui bahwa kebanaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu
serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan
pendahulu pemeluk agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa
berhak untuk ditaati oleh kaum muslimin dan diangkat sebagai pemimpin,
dan tidak pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah,
yang akan mendorong mereka mengikuti kebenaran…! Mereka telah menipu
orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman,
padahal tujuan mereka yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan
penguasa adikara!”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Kemudian
diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi
diatas kepala sambil berseru, “Demi Dzat yang menguasai jiwaku, saya
telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah , dan
inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini! Demi
nyawa saya berada dalam tangan-Nya, seandainya merekamenggempur dan
menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu bahwa
kita pasti berada di pihak yang haq, dan mereka di pihak yang bathil”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Orang-orang
mengikuti ‘Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya. Berkatalah Abu
Abdirrahman Sullami, “Kami ikut serta dengan Ali r.a. dipertempuran
Shiffin, maka saya melihat ‘Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke
sesuatu jurusan atau turun ke suatu lembah, para sahabat Rasulullah pun
mengikutinya, tak ubahnya ia bagai penji-panji bagi mereka” ‘Ammar
teringat akan sabda Rasulnya, “Ammar akan di bunuh oleh golongan
pendurhaka,” sehingga ia merasa peristiwa ini akan mengantarkannya
menjadi syahid. Ia menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol
dengan gagah berani. Sebelum ia berangkat ke Rafiqul A’la, ia tanamkan
pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Berita tewasnya ‘Ammar segera tersebar, dan sabda Rasulullah<span> </span>yang
didengar oleh semua sahabatnya, sewaktu mereka sedang membina masjid di
Madinah dimasa yang telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke
mulut. Maka, sekarang jelaslah, siapa kiranya golongan pendurhaka itu,
tidak lain adalah golongan yang membunuh ‘Ammar: yaitu dari pihak
Mu’awiyah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Dengan
kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian
bertambah. Sementara di pihak Mu’awiyah, keraguan mulai menyusup kedalam
hati mereka, bahkan sebagian telah bersedia hendak memisahkan diri dan
begabung dengan Ali.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Setelah
pemakaman ‘Ammar, beberapa saat kemudian kaum muslimin berdiri
kerheran-heranan dikuburnya…! ‘Ammar berdendang di depan mereka di atas
arena perjuangan, hatinya penuh dengan kemgembiraan, tak ubahnya bagi
seorang perantau yang merindukan kampung halaman, tiba-tiba dibawa
pulang, dan terlontarlah seruan dari mulutnya: “Hari ini aku akan
berjumpa dengan para kekasih tercinta, dengan Nabi Muhammad<span> </span>dan para sahabatnya.”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span>Apakah ia
telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan dijumpainya? Para
sahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya, “Apakah anda masih ingat
waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama
Rasulullah , dan wajahnya berseri-seri lalu bersabda, “Syurga telah
merindukan ‘Ammar.” “Benar,” ujar yang lain. “Dan waktu itu, juga
disebutnya nama-nama yang lain, diantaranya: ‘Ali, Salman dan Bilal…</span></span></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-45968011247096595792018-09-27T08:32:00.000-07:002018-09-27T08:32:55.176-07:00Hudzaifah bin Al-Yaman<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hudzaifah radhiallahu ‘anhu selalu berjalan di atas sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya biasa datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kebaikan. Akan tetapi, Hudzaifah radhiallahu ‘anhu datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kejahatan karena khawatir jatuh ke dalamnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hudzaifah telah diberikan kecerdasan dan kebijaksanaan yang membuatnya mengetahui bahwa kebaikan-kebaikan di dunia ini sudah sangat jelas bagi orang yang ingin mengerjakannya. Namun keburukan, masih kabur dan sering tersembunyi. Oleh karena itu, seseorang yang cerdas mestilah benar-benar mempelajari apa itu keburukan beserta tokoh-tkohnya dan apa itu kemunafikan beserta tokoh-tokohnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu hari Hudzaifah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dulu berada dalam kejahiliahan dan kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini (maksudnya Islam), apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lalu apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?” tanya Hudzaifah kembali. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ya, dan di dalamnya ada kerusakan yang tersembunyi.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Apa kerusakan yang tersembunyi itu wahai Rasulullah?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Orang-orang yang menunjuki tanpa petunjuk yang benar, ada hal yang engkau terima dari mereka dan ada pula yang engkau ingkari.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Apakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ya orang-orang yang berdakwah di pintu-pintu Jahannam, siapa yang menyambut seruan mereka akan mereka lemparkan ke dalamnya.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ya Rasulullah, terangkanlah mereka kepada kami.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Mereka juga dari bangsa kita dan berbicara memakai bahasa kita.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Apa yang engkau wasiatkan kepadaku andaikan aku mendapat masa itu?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Berpegang teguh dengan jamaah muslimin dan pemimpin mereka.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Andaikan mereka tidak punya jamaah dan pemimpin?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Jauhi semua kelompok itu walaupun untuk itu engkau akan berpegangan pada akar pohon sampai kematian menjemput dan engkau tetap dalam keadaan demikian.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itu, Hudzaifah menjalani kehidupan dengan sangat menyadari dan peka terhadap berbagai fitnah dan celah-celah keburukan sehingga ia bisa menghindarinya dan juga memperingatkan manusia agar tidak terjebak ke dalamnya. Ia pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu tentang seluruh fitnah yang akan terjadi saat ini sampai hari Kiamat nanti.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang Kepercayaan untuk Menjaga Rahasia Rasulullah </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masalah yang paling besar dihadapi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin di Madinah al-Munawwarah adalah munculnya orang-orang munafik dan antek-anteknya dengan berbagai tipu daya, isu-isu bohong, dan konspirasi yang mereka lancarkan terhadap Nabi dan para sahabatnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada perang Tabuk, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bersama sahabatnya ke Madinah, sekelompok kaum munafik bermaksud untuk membunuh Nabi dengan melemparkan Nabi dari atas bukit. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan rencana jahat orang-orang munafik itu kepada Nabi-Nya. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih Hudzifah dari sekian sahabatnya untuk menjadi orang kepercayaan memegang rahasia karena kepercayaan Nabi kepadanya dan posisinya yang tinggi di mata Nabi. Nabi memberitahukan kepadanya nama-nama semura orang munafik dan berbagai konspirasi yang mereka rencanakan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hudzaifah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, kenapa tidak engkau perintahkan saja untuk membunuh mereka?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aku tidak ingin orang-orang berkata bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta Hudzaifah bin Yaman untuk selalu mengikuti gerakan orang-orang munafik itu dan memonitor segala kegiatan mereka untuk mengantisipasi bahaya mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di samping sifat-sifat mulia yang dimilikinya, Hudzaifah juga memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata, “Aku pernah melihat sesuatu yang sebelumnya pernah aku lupakan, tapi aku segera mengenalnya sebagaimana halnya seseorang mengenal sahabatnya apabila sahabatnya itu sempat menghilang lalu ketika ia lihat ia segera mengenalnya.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak hari itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang kepercayaan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika Umar ibnul Khaththab mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan secara rahasia nama orang-orang munafik kepada Hudzaifah ibnul Yamaan –suatu rahasia yang tidak diberitahukan kepada sahabat yang lain selain Hudzaifah– ia segera menemui Hudzaifah. Sambil berharap, ia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, mohon engkau jawab, apakah aku termasuk orang munafik?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena kasihan melihat Umar ibnul Khaththab, Hudzaifah menjawab, “Tidak, tapi aku tidak bisa menjamin seorang pun selainmu.” Hal itu ia katakan agar ia tidak menyebarkan rahasia yang telah diamanahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika Umar ibnul Khaththab menjadi khalifah –setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq, wafat– ia bertanya kepada Hudzaifah, “Apakah ada di antara pejabat-pejabatku di berbagai daerah yang termasuk orang munafik?” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hudzaifah menjawab, “Ya, ada satu.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Siapa dia?” tanya Umar. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Tidak akan aku sebutkan.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi tidak berapa lama setelah itu Umar ibnul Khaththab mengetahui siapa orang yang dimaksud sehingga ia segera memecatnya dari jabatannya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apabila ada salah seorang kaum muslimin yang wafat, Umar ibnul Khaththab segera bertanya tentang Hudzaifah. Apabila ia tahu Hudzaifah ikut menyalatkannya, maka ia juga akan menyalatkannya. Tapi apabila Hudzaifah tidak ikut menyalatkannya maka Umar juga tidak akan ikut menyalatkannya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber: Pendekar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ksatria Islam yang Gagah Berani, Asyraf Muhammad al-Wahsy, Gema Insani Press, 2011</span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-71557902954308824752018-09-27T08:18:00.003-07:002018-09-27T08:18:41.188-07:00Abdullah bin Mas’ud<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nama lengkapnya Abdullah bin Mas’ud
bin Ghofil bin Habib al-Hadzaly. Biasanya dipanggil Abu Abdurrahman.
Beliau dikenal dengan sebutan “Habrul Ummah”(ilmuan umat Islam) seperti
halnya Ibn ‘Abbas. Beliau juga termasuk orang yang ahli fiqh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="float: right; margin: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="http://www.2lisan.com/">.</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai
keislamannya, beliau masuk Islam sebelum Rasulullah datang ke rumah
al-Arqom. Rumah inilah yang menjadi cikal bakal tempat pengajian ajaran
Islam dimana para sahabat hadir di sana. Beliau termasuk enam orang yang
masuk Islam pada awal-awal datangnya Islam. Masa kecilnya dihabiskan
untuk mengembala kambing milik ‘Uqbah bin Abu Mu’id di Mekkah. Maklum,
orang tuanya bukan orang yang kaya yang mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tubuhnya mempunyai
kemiripan dengan Rasulullah, terutama ketika berjalan dan cara jalannya.
Badanya tidak terlalu gemuk agak kurus sedikit. Agak pendek badanya.
Hampir-hampir orang yang duduk itu menyamai ketika beliau berdiri. Kalau
berpakian rapih dan bersih. Serta memakai wangi-wangian. Kononnya kalau
beliau keluar rumah, para tetangga tahu kalau beliau sedang lewat.
Beliau memang suka memakai wangi-wangian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Diceritakan
dari Ali bin Abu Tholib bahwa suatu hari Rasulullah menyuruh Ibn Mas’ud
untuk menaiki pohon untuk mengambil sesuatu darinya. Para sahabat yang
berada dibawah pohon melihat betis Ibn Mas’ud begitu kecil. Mereka
tertawa karena betisnya tidak berisi. Kemudian Rasulullah bertanya,
“Kenapa kalian tertawa? Kalian tahu bahwa kaki Abdullah bin Mas’ud kelak
di akherat nanti timbangannya lebih berat daripada gunung
Uhud.”(HR.Ahmad, 114/1)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika
Rasulullah perintahkan umat Islam berhijrah karena adanya siksaan dari
kafir Quraisy yang begitu menyakitkan, beliau ikut berhijrah ke Habsyah
(Ethopia) dan Madinah. Selama berjuang bersama Rasulullah, beliau ikut
terlibat dalam semua peperangan. Rasulullah memberi kesaksian bahwa
beliau kelak akan masuk surga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada
waktu Umar menjabat sebagai kholifah, beliau pernah ditugaskan untuk
menjadi guru di Kuffah. Dan juga menjadi menteri bagi Ammar bin Yasir
sebagai wali kota itu. Pengalaman beliau mengajarkan ajaran Islam di
Kuffah, menjadikan dirinya semakin dekat dengan Allah. Dan betapa
pentingnya belajar dan mengajar. Dalam kesehariannya beliau banyak
bangun malam untuk bertahajud.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai
pribadinya, Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah pernah bersabda,
“Belajarlah al-Qur’an dari empat sahabat; Ibn Mas’ud, Ubay bin Ka’ab,
Mu’adh bin Jabal dan Salim budak Abu Khuzaifah.” Meskipun tubuhnya tidak
kecil tapi beliau mempunyai kelebihan dalam suara. Beliau lah orang
Islam pertama yang membaca al-Qur’an dengan suara keras.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu
hari Rasulullah bertanya kepadaku (Ibn Mas’ud), “Bacalah untuk.” Saya
jawab, “Apakah saya harus membaca untukmu sedangkan Wahyu itu diturunkan
kepadamu?” Rasulullah menjawab; “Sungguh, bahwa saya ingin mendengar
dari orang lain.” Kemudian saya pun membaca untuk Rasulullah surah
an-Nisa hingga sampai ayat 41“Bagaimana jika kami datangkan saksdi dari
semua umatku dan kami bawa kamu kepada mereka” Rasul berkata; “Tahan!”
Ternyata mata Rasulullah meneteskan air mata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebelum
wafatnya Utsman bin Affan pernah menawarkan beliau untuk memberikan
sebagian hartanya kepada putrinya. Dengan cara halus beliau menolak
tawaran itu sembari berkata, “Saya tidak takut anak perempuanku menjadi
fakir miskin.” Beliau melajutkan ucapannya tadi, “Tiap malam saya suruh
anak perempuanku saya untuk membaca surah al-Waqiah. Sebab saya pernah
mendengar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membaca surah al-Waqiah tiap
malam, dia tidak tertimpa kefakiran selamanya”(ibn Katsir menyebutkan
dalam kitabnya).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Diantara kata-kata hikmah dan wasiat beliau,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dari
al-Masib bin Rofi’ bercerita bahwa Ibn Mas’ud pernah berkata, “Sungguh
saya sangat benci dengan orang yang tidak punya kesibukan dengan akherat
dan juga kesibukan dunia.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Janganlah
salah seorang dari kalian mengikuti agama orang lain. Jika dia beriman,
kalian beriman. Jika dia kafir, kalian ikut kafir. Sekiranya memang
harus ikut dengan, maka ikutilah orang yang sudah mati. Sebab yang masih
hidup tidak aman dari firnah.”(lihat sofwahus sofwah,1/220-21).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dari
Abdurahman bin Abdullah bin Mas’ud, anaknya, diceritakan bahwa seorang
laki-laki datang padanya. Orang itu bertanya, “Wahai Abu Abdurahman,
ajarkan kepadku kalimat yang banyak dan bermanfaat.” Beliau menjawab,
“Janganlah kamu syirik kepada Allah, dimana kamu berada datangilah
al-Qur’an, jika datang kepadamu kebenaran maka terimalah kebenaran itu
meskipun dia itu bukan kerabatmu dan tidak disukai. Dan jika datang
kepada kebatilan maka tolaklah meskipun dia datang dari orang yang
dicintau dan kerabatmu.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selama
berjuang bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 848
hadits. Diantara hadits riwayatnya itu, dari Rasulullah, beliau
bersabda; “Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran akan
membawamu kepada kebaikan dan kebaikan akan membawamu ke surga. Jauhilah
olehmu dusta karena dusta itu membawa kepada dosa, dan dosa itu
membawamu ke neraka..”(HR.Muslim)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah
hidupnya didedikasikan untuk menyebarkan ajaran Islam, akhirnya beliau
meninggal dunia pada tahun 32 Hijriah. Sebelum wafatnya beliau sempat
berpesan kepada Zubair bin Awwam untuk mensholatinya. Beliau dikuburkan
di kuburan Baqi’ (samping masjid Nabawi, Madinah).</span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-64013052270448836672018-09-25T23:09:00.001-07:002022-11-18T02:06:23.487-08:00Abu Ubaidah Al-Jarrah<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Sahabat inilah yang pertama-tama dijuluki sebagai pemimpin para pemimpin (<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Amirul Umara</em>). Dialah orang yang dipegang oleh Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dengan tangan kanannya seraya bersabda mengenai dirinya,</span></div>
<div class="arab" style="background-color: white; background-image: url("images/line.png"); box-sizing: border-box; direction: rtl; font-family: "Times New Roman", Tahoma, sans-serif; font-size: 30px; line-height: 46px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">إِنَّ لَكُمْ أُمَّةً أَمِيْنًا، وَإِنَّ أَمِيْنَ هذِهِ اْلأُمَّةِ أَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ اْلجَرَّاحِ</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">“<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700; margin-top: 0px;"><em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Sesungguhnya setiap umat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.</em></span>“<span id="more-1112" style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;"></span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Orang kepercayaan inilah yang disebut-sebut Al-Faruq <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> pada saat akan menghembuskan nafas terakhirnya, “Seandainya Abu Ubaidah bin al-Jarrah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Rabb</em>-ku bertanya kepadaku tentang dia, maka aku jawab, ‘Aku telah menunjuk kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya sebagai penggantiku’.”</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Ia masuk Islam lewat perantaraan Ash-Shiddiq di masa-masa awal Islam sebelum Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> masuk Darul Arqam. Ia berhijrah ke Habasyah yang kedua. Kemudian kembali untuk berdiri di samping Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa salalm</em> dalam Perang Badar. Ia mengikuti peperangan seluruhnya, kemudian melanjutkan berbagai peperangan bersama Ash-Shiddiq dan Al-Faruq <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhuma</em>.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Sikap yang ditunjukkannya dalam perang Uhud menjelaskan kepada kita bahwa ia benar-benar kepercayaan umat ini, di mana ia tetap menebaskan pedangnya yang terpercaya kepada pasukan kaum paganis. Setiap kali situasi dan kondisi perang mengharuskannya jauh dari Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, maka ia berperang sembari kedua matanya memperhatikan di mana Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bertempur.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Di salah satu putarannya dan peperangan telah mencapai puncaknya, Abu Ubaidah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> dikepung oleh segolongan kaum musyrikin. Abu Ubaidah r<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">adhiallahu ‘anhu</em> kehilangan kesadarannya, ketika melihat anak panah meluncur dari tangan orang musyrik lalu mengenai Nabi <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia menyerang orang-orang yang mengepungnya dengan pedangnya dan seolah-olah ia memegang seratus pedang, sehingga membuat mereka tercerai berai. Lantas ia berlari bak terbang menuju Nabi<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;"> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia melihat darah beliau yang suci mengalir dari wajahnya, dan melihat Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengusap darah itu dengan tangan kanannya seraya bersabda,</span></div>
<div class="arab" style="background-color: white; background-image: url("images/line.png"); box-sizing: border-box; direction: rtl; font-family: "Times New Roman", Tahoma, sans-serif; font-size: 30px; line-height: 46px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ خَضَبُوْا وَجْهَ نَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوْهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">“<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melumuri wajah Nabi mereka, padahal dia menyeru kepada Rabb mereka.</em>” (Lihat, <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Tafsir al-Qurthubi</em>, 4/ 199)</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Abu Bakar Ash-Shiddiq <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> menerangkan kepada kita tentang fenomena ini lewat pernyataannya, “Pada saat perang Uhud, ketika Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>terkena lemparan sehingga dua bulatan besi menancap di dahinya, aku cepat-cepat menuju Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Sementara ada seseorang yang datang dari arah timur berlari kencang seperti terbang, maka aku katakan, ‘Ya Allah, jadikanlah itu sebagai ketaatan.’ Ketika kami sampai pada Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, ternyata ia adalah Abu Ubaidah bin Jarrah yang telah datang lebih dulu daripadaku. Ia berkata, ‘Aku meminta kepadamu, dengan nama Allah, wahai Abu Bakar, biarkan aku mencabutnya dari wajah Rasulullah<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;"> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.’ Aku pun membiarkannya. Ubaidah mengambil dengan gigi serinya salah satu bulatan besi itu, lalu mencabutnya dan jatuh ke tanah, gigi serinya pun jatuh bersamanya. Kemudian ia mengambil sepotong besi lainnya dengan gigi serinya yang lain sampai jatuh. Sejak saat itu, Abu Ubaidah di tengah khalayak dijuluki dengan Atsram (yang terpecah giginya, atau jatuh dari akarnya).</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Pada saat delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> agar mengutus bersama mereka orang yang mengajarkan kepada mereka Alquran, Sunnah dan Islam, maka Nabi <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengatakan kepada mereka,</span></div>
<div class="arab" style="background-color: white; background-image: url("images/line.png"); box-sizing: border-box; direction: rtl; font-family: "Times New Roman", Tahoma, sans-serif; font-size: 30px; line-height: 46px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">لأَبْعَثَنَّ مَعَكُمْ رَجُلاً أَمِيْنًا، حَقَّ أَمِيْنٍ، حَقَّ أَمِيْنٍ، حَقَّ أَمِيْنٍ</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">“<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Aku benar-benar akan mengutus bersama kalian seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya.</em>” (<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Thabaqat Ibn Sa’d</em>, 3/ 314)</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Semua sahabat berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ternyata persaksian ini menjadi keberuntungannya.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Umar Al-Faruq <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu </em>berkata, “Aku tidak menyukai suatu jabatan pun sebagaimana aku menyukainya pada saat itu, karena berharap akulah yang bakal memperolehnya. Aku pergi untuk shalat Zhuhur dengan berjalan kaki. Setelah Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengerjakan shalat Zhuhur bersama kami, beliau mengucapkan salam, kemudian memandang ke kanan dan ke kiri. Aku menegakkan punggungku agar beliau melihatku. Tapi beliau terus mengarahkan pandangannya hingga melihat Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Kemudian beliau memanggilnya seraya bersabda,</span></div>
<div class="arab" style="background-color: white; background-image: url("images/line.png"); box-sizing: border-box; direction: rtl; font-family: "Times New Roman", Tahoma, sans-serif; font-size: 30px; line-height: 46px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">اُخْرُجْ مَعَهُمْ، فَاقْضِ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">‘<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Keluarlah bersama mereka. Putuskan perkara di antara mereka dengan haq dalam segala hal yang mereka perselisihkan’.</em>“</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Akhirnya, Abu Ubaidah<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;"> radhiallahu ‘anhu</em> pergi bersama mereka.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Setelah Rasulullah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> wafat, Abu Ubaidah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu </em>berjalan di bawah panji Islam. Sekali waktu ia bersama para pasukan biasa, dan pada kesempatan yang lain bersama para panglima. Sampai datanglah masa Umar <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em>, ia menjabat sebagai panglima pasukan Islam di salah satu peperangan besar di Syam. Ia mendapatkan kemenangan dari Allah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Subhanahu wa Ta’ala</em> dalam peperangan ini, hingga ia menjadi hakim dan gubernur negeri Syam, dan perintahnya ditaati.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> mengunjungi Syam, dan bertanya kepada orang-orang yang menyambutnya, “Di manakah saudaraku?” Mereka bertanya, “Siapa?” Ia menjawab, “Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Ketika Abu Ubaidah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> datang, Umar memeluknya. Kemudian Abu Ubaidah<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;"> radhiallahu ‘anhu</em> membawa Umar <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> ke rumahnya. Di dalam rumah tersebut, Umar tidak melihat sedikit pun perkakas rumah tangga, kecuali pedang, perisai dan untanya. Umar<em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;"> radhiallahu ‘anhu</em> bertanya kepadanya sembari tersenyum, “Mengapa engkau tidak memiliki sesuatu untuk dirimu sebagaimana dilakukan orang lain?” Abu Ubaidah <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> menjawab, “Wahai <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Amirul Mu’minin</em>, inilah yang bisa mengantarkanku ke akhirat.”</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Pada suatu hari, pada saat Al-Faruq Umar bin al-Khaththab <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> berada di Madinah, seorang informan datang kepadanya untuk mengabarkan bahwa Abu Ubaidah telah meninggal dunia. Mendengar hal itu, Al-Faruq <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memohonkan rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orang-orang yang shalih. Al-Faruq Umar bin Al-Khaththab <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">radhiallahu ‘anhu</em> berkata, “Seandainya aku boleh berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang semisal Abu Ubaidah.”</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Kepercayaan umat meninggal dunia di atas bumi yang telah dibersihkannya dari paganisme Persia yang beragama Majusi dan dari keangkara murkaan Romawi. Di sana pada hari ini, di bawah tanah Yordan, jasad yang suci dikebumikan. Ia menjadi tempat bagi ruh yang baik dan jiwa yang tentram.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
<span style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;">Sumber: <em style="box-sizing: border-box; color: #444444; margin-top: 0px;">Rijal Haula ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, hal. 160-180</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<script async="" data-telegram-post="SiyarAlamAnNubala/6" data-width="100%" src="https://telegram.org/js/telegram-widget.js?21"></script></div>
<div style="text-align: justify;">
<script async src="https://telegram.org/js/telegram-widget.js?21" data-telegram-post="SiyarAlamAnNubala/7" data-width="100%"></script></div>
<div style="text-align: justify;">
<script async src="https://telegram.org/js/telegram-widget.js?21" data-telegram-post="SiyarAlamAnNubala/8" data-width="100%"></script></div>
<div style="text-align: justify;">
<script async src="https://telegram.org/js/telegram-widget.js?21" data-telegram-post="SiyarAlamAnNubala/9" data-width="100%"></script> </div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-91810527798119062602018-09-23T09:56:00.003-07:002018-09-23T09:56:37.521-07:00Hamzah bin Abdul Muththalib<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Salah seorang paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saudara sesusuan beliau adalah Hamzah bin `Abdul Muththalib bin Hâsyim bin Abdu Manâf al-Qurasyi al-Hâsyimi Abu Ammârah Radhiyallahu anhu . Mereka berdua disusui oleh Tsuwaibah, bekas budak Abu Lahab [1]. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hamzah bin `Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu adalah saudara sepersusuanku [HR. Muslim] [2] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Atha` bin Jâbir Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Penghulu para syuhada` pada hari kiamat adalah Hamzah bin `Abdul Muththalib”. [al-Hâkim dalam Al-Mustadrak 2/130, 3/219] [3] </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Sa`d bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu mengatakan: “Dahulu Hamzah bin `Abdul Muththalib Radhiyallahu anhu ikut serta dalam perang Uhud; dan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mengatakan: “Aku adalah singa Allah Azza wa Jalla ”.[4] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda: “Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya Hamzah bin `Abdul Muththalib telah ditulis di langit ke tujuh bahwa dia adalah singa Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya”[5] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Kisah-Kisah Keberanian Hamzah Dalam Berperang.</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Tatkala Allah Azza wa Jalla mengizinkan Rasul-Nya untuk berperang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mengutus para pasukan perang ke berbagai wilayah dengan tujuan tertentu. Ketika itu, panji pertama yang dibuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk Hamzah bin `Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu . Beliau mengutusnya bersama 30 Muhâjirin, untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Rombongan dagang itu datang dari Syam, dipimpin oleh Abu Jahal bin Hisyâm dengan 300 orang Quraisy. Sampailah Hamzah dan orang-orang yang bersamanya di Saiful Bahr dari arah al-Ish. Dia bertemu dengan Abu Jahal dan para pengikutnya, dan kemudian kedua kelompok itu memilih berperang dan menghunus pedang-pedang mereka, kecuali Majdi bin Umar al-Juhani yang mempunyai hubungan erat dengan 2 kelompok itu. Ia berjalan di antara dua kelompok itu dan memisahkan mereka, sehingga perang pun tidak terjadi.[6] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Dalam perang Badar al-Kubra, Hamzah adalah pejuang terdepan dalam mubârazah (perang tanding atau duel). Ali Radhiyallahu anhu berkata : “ Utbah bin rabî`ah maju, kemudian diikuti oleh anak laki-laki dan saudaranya. Ia berseru : “Siapa yang akan maju tanding?” kemudian beberapa pemuda Anshâr pun meladeninya. Utbah bertanya : “Siapa kalian?” Mereka pun memberitahukan diri mereka. Lalu Utbah berkata : “Kami tidak ada urusan dengan kalian, yang kami butuhkan hanyalah kaum kami.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “ Berdirilah wahai Hamzah, berdirilah wahai Ali, berdirilah wahai Ubadah bin al-Harits.” Kemudian Hamzah mendatangi Utbah, aku (Ali) mendatangi Syaibah, sedangkan Ubadah dan al-Walîd saling memukul 2 pukulan. Setelah kami (Ali dan Hamzah) mengalahkan musuh, lalu kami menuju al-Walîd dan membunuhnya. Kami membawa Ubâdah kembali ke pasukan kaum Muslimin.” Kisah ini menjelaskan bahwa Hamzah bin `Abdul Mutthalib ikut berduel dalam perang Badar.[7] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Kedua kelompok yang berduel itu adalah pasukan Allah Azza wa Jalla dan pasukan setan. Allah Azza wa Jalla berfirman:</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Inilah dua golongan (golongan Mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai rabb mereka. [al-Hajj/22:19]</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Abu Dzar Radhiyallahu anhu bersumpah bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan orang-orang yang berduel dalam perang Badar, yaitu Hamzah, Ali, Ubaidah bin al-Harits, Utbah bin rabî`ah, Syaibah bin rabî`ah dan al-Wâlid bin Utbah. </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Ali Radhiyallahu anhu berkata bahwa ayat di atas turun tentang orang-orang yang berduel pada saat perang Badar.[8] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Kesaksian Sahabat</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Abdurrahmân bin `Auf (salah seorang Sahabat yang dijamin masuk surga) memberikan syahâdah (persaksian) bahwa Hamzah lebih baik daripada dirinya. `Abdurrahmân bin Auf juga mengatakan: “Hamzah telah terbunuh, padahal dia adalah orang yang lebih baik dariku, kemudian dunia dilapangkan bagi kami, atau mengatakan kami mendapatkan kesenangan dunia. Sungguh, kami takut kebaikan-kebaikan kami diberikan (di dunia-pent).” Kemudian dia menangis dan meninggalkan makanan itu.” [hlm 186, nukilan dari al-Bukhâri no. 1275] [9] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kisah Pembunuhan Hamzah Radhiyallahu Anhu</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Wahsyi (orang yang telah membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu ) menceritakan, “Dahulu aku adalah budak Jubair bin Muth`im. Pamannya yang bernama Thuaimah bin Adi terbunuh di perang Badar (dibunuh oleh Hamzah Radhiyallahu anhu). Majikanku (Jubair) berkata kepadaku : “Jika engkau berhasil membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu , maka engkau akan bebas.” Wahsyi berkata : “Aku dahulu adalah ahli tombak, sedikit sekali lemparan tombakku yang tidak mengenai sasaran. Aku keluar bersama beberapa orang. Ketika mereka telah bertemu, akupun mengambil tombakku dan keluar hingga melihat Hamzah Radhiyallahu anhu ada di antara orang banyak. Ia seperti unta yang berwarna keabu-abuan. Ia mengancam orang-orang dengan pedangnya dan tidak pernah melepaskan pedangnya. Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya aku telah bersiap-siap (bertarung) dengannya, dan tiba-tiba aku didahului as-Siba` bin `Abdul Uzza al-Khuzai. Tatkala Hamzah Radhiyallahu anhu melihatnya, Hamzah berkata : “Kemarilah wahai anak wanita tukang khitan.” Kemudian dia dipenggal oleh Hamzah Radhiyallahu anhu . Demi Allah Azza wa Jalla, tidak luput sabetan pada kepalanya. Aku tidak melihat sesuatu yang lebih cepat dari jatuhnya kepalanya. Kemudian akupun menggerakkan tombakku, dan ketika telah benar-benar yakin, akupun melemparkannya. Lemparanku tepat mengenai perut bagian bawahnya, hingga tembus ke antara kedua kakinya. Ia pun pergi untuk bangkit, akan tetapi tidak kuat. Kemudian aku menunggunya hingga mati, setelah itu aku berdiri di hadapannya. Aku ambil tombakku dan kemudian kembali ke pasukan dan duduk. </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Ketika Rasulullah menakhlukkan Mekah, aku kabur ke Thaif. Ketika utusan Thaif keluar untuk masuk Islam, aku merasa sangat berat. Aku (Wahsyi) berkata : “Aku pergi ke Syam, Yaman, dan negara-negara yang lain. Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya ketika itu aku sangat takut. Tiba-tiba ada seseorang berkata : “Demi Allah Azza wa Jalla , jika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak membunuh seseorang, orang itu segera masuk ke dalam agamanya (agar selamat).” </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Sehingga aku pun keluar menuju Madinah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau bertanya, “Apakah engkau Wahsyi” Aku menjawab, “ Ya” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “ Duduklah dan ceritakan bagaimana engkau membunuh Hamzah.” Lalu aku pun menceritakannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Celaka engkau, menyingkirlah dariku. Janganlah engkau muncul di hadapan kami.” Ini menunjukkan kecintaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya, Hamzah Radhiyallahu anhu . Aku pun menjauh dari beliau hingga beliau meninggal dunia.” </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Wahsyi mengatakan, “Tatkala kaum Muslimin keluar menuju Musailamah, aku ikut keluar dengan mereka dengan membawa tombakku yang dahulu aku gunakan untuk membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu . Ketika kedua pasukan bertemu, aku melihat Musailamah yang membawa pedang. Demi Allah Azza wa Jalla , aku tidak tahu, tiba-tiba ada seorang Anshâr yang hendak menuju kepadanya dari arah lain. Maka kami siap menuju kepadanya, hingga ketika sudah dekat aku melemparkan tombakku dan tepat mengenainya; sedangkan orang Anshâr itu menyerang dengan pedangnya. Allah Azza wa Jalla lebih mengetahui siapa yang telah membunuhnya. Jika aku telah membunuhnya, sesungguhnya aku telah membunuh orang yang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku pun juga telah membunuh orang yang paling jahat.”[10] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Ayat Yang Turun Tentang Hamzah Radhiyallahu Anhu</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Allah Azza wa Jalla berfirman:</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah Azza wa Jalla mereka diberi rezeki [Ali Imrân/3:169]</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu berkata : “Ayat ini turun berkenaan dengan Hamzah Radhiyallahu anhu dan para Sahabatnya.</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tatkala teman-teman kalian dalam perang Uhud meninggal dunia, Allah Azza wa Jalla menjadikan ruh-ruh mereka di tenggorokan burung hijau yang ada di sungai-sungai surga, mereka makan biji-bijinya dan kembali ke pelita-pelita dari emas yang tergantung di Arsy. Ketika mereka memperoleh kesenangan dalam makan, minum dan tidur, mereka berkata : “ Siapa yang hendak menyusul kami. Kami hidup di surga dengan kenikmatan. Hendaknya mereka jangan meninggalkan jihad dan tidak mundur dalam perang.” Allah Azza wa Jalla berfirman : “Aku lebih tahu tentang mereka daripada kalian”, kemudian berfirman : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah Azza wa Jalla mereka diberi rezeki””[11] </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <br />Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyayangi dan merasa iba kepada Hamzah Radhiyallahu anhu tatkala melihat perbuatan orang-orang kafir kepadanya. Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, “Pada saat Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan jasad Hamzah Radhiyallahu anhu yang luka parah. Beliau bersabda : “Seandainya saja Shafiyah tidak menemukan jasadnya, pasti dia akan meninggalkannya hingga Allah Azza wa Jalla mengumpulkannya di perut binatang buas atau burung”[12]</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Marâji`</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 1. Ash-Shahâbah, Syaikh Shâlih bin Thaha `Abdul Wâhid, Maktabah al-Ghurabâ`, Dâr al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 2. Disadur dari kitab Ash-Shahîhul Musnad Min Fadhâilish Shahâbah, Dâr Ibnu Affân, karya Abu `Abdillâh Musthafa bin al-Adawi.</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIII/1430H/2009M. ]</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> _______</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Footnote</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [1]. Shahîhul Musnad Min Fadhâil Ash-Shahâbah hlm.183</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [2]. Ash-Shahâbah hlm 304</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [3]. Ash-shahâbah hlm 304</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [4]. Shahîhul Musnad Min Fadhâil Ash-Shahâbah hlm 187, nukilan dari al-Hakim dalam Al-Mustadrak 3/193</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [5]. Lihat footnote kitab Ash-Shahîhul Musnad Min Fadhâil Ash-Shahâbah hlm. 187</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [6]. Ash-shahâbah hlm 305</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [7]. Ash-shahâbah hlm 305-306</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [8]. Ash-shahâbah hlm 306</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [9]. Shahîhul Musnad Min Fadhâil Ash-Shahâbah hlm.183</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [10]. Ash-shahâbah hlm 309-310</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [11]. Ash-shahâbah hlm 307</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> [12]. Ash-shahâbah hlm 309</span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-33864870421038997992018-09-22T08:29:00.001-07:002018-09-22T08:29:14.238-07:00Said bin Amir Al Jumahi<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anak muda ini, Said bin Amir, adalah satu dari ribuan orang yang keluar ke daerah Tan’im di luar Mekah atas undangan para pemuka Quraisy untuk menyakikan pelaksanaan hukum mati atas khubaib bin Adi, salah seorang sahabat Muhammad setelah mereka menangkapnya dengan cara licik.<br /><br /> Sebagai pemuda yang kuat dan tangguh, Said mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih tua umurnya untuk berebut tempat di depan, sehingga dia mampu duduk sejajar di antara para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah, dan lain-lainya yang menyelenggarakan acara tersebut. <br /><br />Semua ini membuka jalan baginya untuk menyaksikan tawanan Quraisy yang terikat dengan tambang itu. Sementara tangan anak-anak, para pemuda, dan kaum wanita mendorongnya ke pelataran kematian dengan kuatnya, mereka ingin melampiaskan dendam kesumat terhadap Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, membalas kematian orang-orang mereka yang terbunuh di Badar dengan membunuh Khubaib. <br /><br />Manakala rombongan besar dengan seorang tawanan tersebut telah tiba di tempat yang sudah disiapkan untuk membunuhnya, si anak muda Said bin Amir al-Jumahi berdiri tegak memandang Khubaib yang sedang digiring ke tiang salib. Said mendengar suara Khubaib di antara teriakan kaum wanita dan anak-anak, dia mendengarnya berkata, “Bila kalian berkenan membiarkanku shalat dua rakaat sebelum aku kalian bunuh?” <br /><br />Said melihat Khubaib menghadap kiblat, shalat dua rakaat, dua rakaat yang sangat baik dan sangat sempurna. <br /><br />Said melihat Khubaib menghadap para pembesar Quraisy dan berkata, “Demi Allah, kalau aku tidak khawatir kalian menyangka bahwa aku memperlama shalat karena takut mati, niscaya aku akan memperlama shalatku.” <br /><br />Kemudia Said melihat kaumnya dengan kedua mata kepalanya mencincang jasad Khubaib sepotong demi sepotong padahal Khubaib masih hidup, sambil berkata, “Apakah kamu ingin Muhammad ada di tempatmu ini sedangkan kamu selamat?[1] <br /><br />Khubaib menjawab sementara darah menetes dari jasadnya, “Demi Allah, aku tidak ingin berada di antara keluarga dan anak-anakku dalam keadaan aman dan tenang sementara Muhammad tertusuk oleh sebuah duri.” <br /><br />Maka orang banyak pun mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi ke udara, teriakan mereka gegap gempita menggema di langit. <br /><br />Di saat itu Said bin Amir melihat Khubaib mengangkat pandangannya ke langit dari atas tiang salib dan berkata, “Ya Allah, balaslah mereka satu persatu, bunuhlah mereka sampai habis, dan jangan biarkan seorang pun dari mereka hidup dengan aman.” <br /><br />Akhirnya Khubaib pun menghembuskan nafas terakhirnya, dan tidak ada seorang pun yang mampu melindunginya dari tebasan pedang dan tusukan tombak orang-orang kafir. <br /><br />Orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, mereka melupakan Khubaib dan kematiannya bersama dengan datangya peristiwa demi peristiwa besar yang mereka hadapi. <br /><br />Namun tiak dengan anak muda yang baru tumbuh ini, Said bin Amir, Khubaib tidak pernah terbenam dari benaknya sesaat pun. <br /><br />Said melihatnya dalam mimpinya ketika dia tidur, membayangkannya dalam khayalannya ketika dia terjaga, berdiri di depannya ketika dia shalat dua rakaat dengan tenang dan tenteram di depan kayu salib, Said mendengar bisikan suaranya di keua telinganya ketika dia berdoa atas orang-orang Quraisy, maka dia khawatir sebuah halilintar akan menyambar atau sebuah batu dari langit akan jatuh menimpanya. <br /><br />Peristiwa kematian Khubaib mengajarkan sesuatu kepada Said tentang persoalan besar yang belum dia ketahui selama ini. <br /><br />Peristiwa kematian Khubaib mengajarkan kepadanya bahwa kehidupan sejati adalah jihad di jalan akidah yang diyakininya sampai mati. <br /><br />Peristiwa kematian Khubaib mengajarkan kepadanya bahwa iman yang terpancang kuat bisa melahirkan dan menciptakan keajaiban-keajaiban. <br /><br />Khubaib mengajarkan kepadanya perkara lainnya, yaitu seorang laki-laki yang dicintai sedemikian rupa oleh para sahabatnya adalah seorang nabi yang di dukung oleh kekuatan dan pertolongan langit. <br /><br />Pada saat itu Allah Ta’ala membuka dada Said bin Amir kepada Islam, maka dia berdiri di hadapan sekumpulan orang banyak, mengumumkan bahwa dirinya berlepas diri dari dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan orang Quraisy, menanggalkan berhala-berhala dan patung-patung menyatakan diri sebagai seorang muslim. <br /><br />Said bin Amir al-Jumahi berhijrah ke Madinah tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ikut bersama beliau dalam perang khaibar dan peperangan lain sesudahnya. <br /><br />Manakala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dipanggil menghadap keharibaan Rabbbnya alam keadaan ridha, Said bin Amir tetap menjadi sebilah pedang yang terhunus di tangan para khalifah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar. Said bin Amir hidup sebagai contoh menawan lagi mengagumkan bagi setiap mukmin yang telah membeli akhirat dengan dunia, mementingkan ridha Allah dan pahalaNya di atas segala keinginan jiwa dan hawa nafsu. <br /><br />Dua orang khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenal kejujuran Said dan ketakwaannya, keduanya mendengar nasihatnya dan mencamkan kata-katanya. <br /><br />Said datang kepada Umar bin al-Khatthab di awal khilafahnya, dia berkata, “Wahai Umar, aku berpesan kepadamu agar kamu bertakwa kepada Allah dalam bermuamalah dengan manusiadan jangan takut kepada manusia dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah. Janganlah kata-katamu menyelisihi perbuatanmu, karena kata-kata yang baik adalah yang dibenarkan oleh perbuatan. Wahai Umar, perhatikanlah orang-orang yang Allah Ta’ala telah menyerahkan perkara mereka kepadamu, baik mereka dari kalangan kaum muslimin yang dekat maupun yang jauh, cintailah sesuatu yang bermanfaat untuk dirimu dan keluargamu, bencilah sesuatu yang mereka alami, yang kamu pun benci apabila hal itu terjadi kepada dirimu dan keluargamu, hadapilah kesulitan-kesulitan untuk menuju pada kebenaran dan jangan takut celaan orang-orang yang mencela ketika engkau berbuat ketaatan kepada Allah.” <br /><br />Maka Umar menjawab, “Siapa yang mampu melakukannya wahai Said?” <br /><br />Said berkata, “Hal itu bisa dilakukan oleh orang-orang sepertimu yang Allah Ta’ala serahi perkara umat Muhammad dan di antara dia dengan Allah tidak terdapat seorang pun.” <br /><br />Pada saat itu Umar mengundang Said untuk mendukungnya, Umar berkata, “Wahai Said, aku menyerahkan kota Himsh kepadamu.” Maka Said menjawab, “Wahai Umar, dengan nama Allah aku memohon kepadamu agar mencoret namaku.” <br /><br />Maka Umar marah, dia berkata, “Celaka kalian, kalian meletakkan perkara ini di pundakku kemudian kalian berlari dariku. Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu.” <br /><br />Umar mengangkat Said sebagai gubernur Himsh, Umar bertanya kepadanya, “Aku akan mentapkan gaji untukmu.” <br /><br />Said menjawab, “Apa yang aku lakukan dengan gaji itu wahai Amirul Mukminin? Pemberian dari baitul maal kepadaku melebihi kebutuhanku.” Said pun berangkat ke Himsh menunaikan tugasnya. <br /><br />Tidak lama berselang, Amirul Mukminin Umar bin Khatthab didatangi oleh orang-orang yang bisa dipercaya dari penduduk Himsh, Umar berkata kepada mereka, “Tulislah nama penduduk miskin dari Himsh agar aku bisa membantu mereka.” <br /><br />Mereka menulis dalam sebuah lembaran, di dalamnya tercantum nama fulan dan fulan serta Said bin Amir. <br /><br />Umar bertanya, “Siapa Said bin Amir?” <br /><br />Mereka menjawab, “Gubernur kami.” <br /><br />Umar menegaskan, “Gubernur kalian miskin?” <br /><br />Mereka menjawab, “Benar di rumahnya tidak pernah dinyalakan api dalam waktu yang cukup lama.” <br /><br />Maka Umar menangis hingga air matanya membasahi janggutnya, kemudia dia mengambil seribu dinar dan memasukkannya ke dalam sebuah kantong. Umar berkata, “Sampaikan salamku kepadanya dan katakana kepadanya bahwa Amirul Mukminin mengirimkan harta ini agar kamu bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu.” <br /><br />Delegasi pun pulang dan mendatangi rumah Said dengan menyerahkan kantong dari Umar bin Khatthab. Said melihatnya dan ternyata isinya adalah dinar, maka dia menyingkirkannya seraya berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Seolah-olah Said sedang ditimpa musibah besar atau perkara berat. <br /><br />Istrinya datang tergopoh-gopoh dengan penuh kecemasan, dia berkata, “Apa yang terjadi wahai Said? Apakah Amirul Mukimin wafat?” <br /><br />Said menjawab, “Lebih besar dari itu.” <br /><br />Istrinya bertanya, “Aa yang lebih besar ?” <br /><br />Said menjawab, “Dunia datang kepadaku untuk merusak akhiratku, sebuat fitnah telah menerpa rumahku.” <br /><br />Istrinya berkata, “Engkau harus berlepas diri darinya,” Dia belum mengerti apa pun terkait dengan perkara dinar tersebut. <br /><br />Said bertanya, “Kamu bersedia membantuku?” <br /><br />Istrinya menjawab, “Ya” <br /><br />Maka Said mengambil dinar itu, memasukkannya ke dalam kantong-kantong dan membagi-baginya kepada kaum muslimin yang miskin. <br /><br />Tidak berselang lama setelah itu, Umar bin al-Khatthab datang ke negeri Syam untuk mengetahui keadaannya. Ketika Umar tiba di Himsh, kota ini juga dikenal dengan Kuwaifah, bentuk kecil dari Kufah, kota Himsh disamakan dengan Kufah karena banyaknya keluhan penduduknya terhadap para gubernurnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang Kufah, ketika Umar tiba di sana, orang-orang Himsh bertemu dengan Umar untuk memberi salam kepadanya. Umar bertanya, “Bagaimana dengan gubernur kalian?” <br /><br />Maka mereka mengadukannya dan menyebutkan empat hal dari sikapnya, yang satu lebih besar daripada yang lain. <br /><br />Umar berkata, “Maka aku mengumpulkan mereka dengan pribadi Sa’id sebagai gubernur mereka dalam sebuah majelis, aku memohon kepada Allah agar dugaanku kepadanya selama ini tidak salah, aku sangat percaya kepadanya. Ketika mereka dengan gubernur mereka berada di hadapanku, aku berkata, “Apa keluhan kalian terhadap gubernur kalian?” <br /><br />Mereka menjawab, “Dia tidak keluar kepada kami kecuali ketika siang sudah naik.” <br /><br />Aku berkata, “Apa jawabanmu wahai Said?” <br /><br />Said diam sesaat kemudian berkata, “Demi Allah, aku sebenarnya tidak suka mengatakan hal ini, akan tetapi memang harus dikatakan. Keluargaku tidak mempunyai pembantu. Setiap pagi aku menyiapkan adonan mereka, kemudian aku menunggunya beberapa saat sampai ia mengembang, kemudian aku membuat roti untuk mereka, kemudian aku berwudhu dan keluar untuk masyarakat.” <br /><br />Umar berkata, aku pun berkata kepada mereka, “Apa yang kalian keluhkan darinya juga?” <br /><br />Mereka menjawab, “Dia tidak menerima seorang pun di malam hari.” <br /><br />Said berkata, “Demi Allah, aku juga malu mengatakan hal ini. Aku telah memberikan siang bagi mereka, sedangkan malam maka aku memberikannya kepada Allah Ta’ala. <br /><br />Aku bertanya, “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” <br /><br />Mereka menjawab, “Dia tidak keluar menemui kami satu hari dalam sebulan.” <br /><br />Aku bertanya, “Bagaimana penjelasanmu wahai Said?” <br /><br />Said menjawab, “Aku tidak mempunyai wahai Amirul Mukminin, aku pun tidak mempunyai pakaian selain yang melekat di tubuhku ini. Aku mencucinya sekali dalam sebulan, dan menunggu sampai kering, baru kemudian aku keluar di sore hari.” <br /><br />Kemudian aku bertanya, “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” <br /><br />Mereka menjawab, “Terkadang ia jatuh pingsan sehingga tidak ingat terhadap orang-orang di sekitarnya.” <br /><br />Aku bertanya, “Bagaimana penjelasanmu wahai Said?” <br /><br />Said menjawab, “Aku menyaksikan kematian Khubaib bin Adi ketika aku masih musyrik, aku melihat orang-orang Quraisy mencincang jasadnya sambil berkata kepadanya, ‘Apakah kamu ingin Muhammad ada di tempatmu ini?’ Lalu dia menjawab, ‘Demi Allah, aku tidak ingin berada di antara keluarga dan anak-anakku dalam keadaan tenang sedangkan Muhammad tertusuk oleh sebuah duri.’ Demi Allah setiap aku teringat hari itu, yakni ketika aku membiarkannya dan tidak menolongnya sehingga aku senantiasa dikejar ketakutan bahwa Allah tidak akan mengampuniku, maka aku pun pingsan.” <br /><br />Saat itu Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang membenarkan dugaanku kepadamu.” <br /><br />Kemudian Umar memberinya seribu dinar agar dia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya. <br /><br />Istrinya melihatnya, dia pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mencukupkan kami dari pelayananmu, belilah kebutuhan kami dan ambillah seorang pelayan.” <br /><br />Said berkata kepadanya, “Apakah kamu mau aku tunjukkan kepada yang lebih baik dari itu? Istrinya balik bertanya, “Apa itu?” <br /><br />Said berkata, “Kita memberikan hatra tersebut kepada yang memberikannya kepada kita, kita lebih memerlukan hal (amalan) itu.” <br /><br />Istrinya bertanya, “Apa maksudmu?” <br /><br />Said menjawab, “Kita berikan kepada Allah dengan cara yang baik.” <br /><br />Istrinya berkata, “Setuju dan semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.” <br /><br />Said tidak meninggalkan majelisnya hingga dia membagi dinar tersebut di beberapa kantong, lalu dia berkata kepada salah seorang anggota keluarganya, “Berikanlah ini kepada janda fulan, berikanlah ini kepada anak-anak yatim fulan, berikanlah ini kepada keluarga fulan, berikanlah ini kepada orang-orang miskin dari keluarga fulan.” <br /><br />Semoga Allah meridhai Said bin Amir al-Jumahi, dia termasuk orang-orang yang mementingkan saudaranya sekalipun dia sendiri memerlukan.<a href="https://kisahmuslim.com/2768-said-bin-amir-al-jumahi.html#_ftn2">[</a>2] <br /><br />Diketik ulang oleh Abu Abdillah Ridwansyah As-Slemani <br /><br />[1] Ada yang berkata bahwa pertanyaan ini diarahkan kepada Zaid bin ad-Ditsinnah. Lihat Syarh al-Mawahib karya Allamah az-Zarqani, (II/72) dan Syarh Bahjah al-Mahafil wa Bughyah al-Amatsil, (I/220).<br /> [2] Untuk menambah wawasan tentang Said bin Amir al-Jumahi silahkan merujuk:<br /> Tahdzib at-Tahdzib, (IV/51); Ibnu Asakir, (VI/145-147); Shifah ash-Shafwah, (I/273); Hilyah al-Auliya’, (I/244); Tarikh al-Islam, (II/35); Al-Ishabah, (II/48) atau (at-Tarjamah), 327; Nasab Quraisy, (399).</span></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span>Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-57067896784383803462018-09-22T04:30:00.003-07:002018-09-22T04:30:54.432-07:00Miqdad bin Amr<div style="text-align: justify;">
Nama lengkapnya al-Miqdad bin Amru bin
Tsa’labah bin Malik bin Rabi’ah bin Tsumamah bin Mathrud bin Amru bin
Sa’ad bin Dahir al-Bahrany al-Kindy. Nama panggilannya Abu Amru. Dikenal
dengan nama al-Miqdad bin al-Aswady atau al-Miqdad bin Amru. Lahir pada
tahun 37 Hijriah. Istrinya Dhiba’ah bin az-Zubair bin Abdul Mutholib,
putri paman Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="float: right; margin: 0px;">
<a href="http://www.2lisan.com/">.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibn
al-Kalby bercerita,” Amru bin Tsa’labah (ayahnya) suatu hari terjadi
pertempuran di kaumnya yang mengakibatkan dirinya terluka. Akhirnya
beliau pergi ke Hadr Maut. Di sana beliau bergabung dengan kabilah
Kindah. Setelah beberapa lama digelari al-Kindy. Setelah itu menikah
dengan wanita di sana. Dari pernikahannya lahirlah anak pertama dinamai
al-Miqdad. Pada waktu al-Miqdad tumbuh dewasa, terjadi pertikian antara
dirinya dengan Abu Syamr bin Abdu Yaghus. Dipukulnya kaki Abu Syamr
dengan pedang.
Setelah itu melarikan diri ke Mekkah.” Satu pendapat mengatakan nama
beliau al-Miqdad al-Aswady karena beliau diasuh dan dibesarkan di oleh
al-Aswad bin Abdu Yaghus az-Zuhry. Pendapat lain karena beliau mempunya
budak berkulit hitam. Pendapat lain karena beliau terluka parah kemudian
lari ke Makkah. Di sana beliau bergabung dengan bani al-Aswad.</div>
<div style="float: right; margin: 0px;">
<a href="http://www.2lisan.com/">.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau
termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Bahkan sebagimana
diceritakan oleh Ibn Mas’ud beliau termasuk tujuh orang pertama yang
masuk Islam; Rasulullah, Abu Bakar, Ammar dan ibunya Sumayyah, Shuhaib,
Bilal dan al-Miqdad.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ikrimah
binti al-Miqdad diceritakan bahwa ayahnya tinggi badannya, perutnya
tidak terlalu besar, rambutnya agak tebal, wajahnya bagus, tidak gemuk
dan kurus.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada waktu Rasulullah
perintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Habsyah (Ethopia), beliau ikut
berhijrah bersama yang lain. Setelah itu beliau pulang ke Mekkah. Tapi
beliau tidak ikut berhijrah ke Madinah. Beliau lah orang pertama yang
berperang dengan menunggan kuda. beliau termasuk tiga tentara
berkuda Islam setelah az-Zubair dan Murtsid. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah perintahkan aku untuk mencintai empat sahabat.
Dan aku diberitahu bahwa Allah mencinta mereka; Ali, al-Miqdad, Abu
Dzar dan Salman.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ikut dalam perang Badr dan semua peperangan setelahnya. Pada waktu perang Badr beliau menjadi tentara
berkuda. Sebelum perang dimulai, beliau ikut bicara di depan majlis
umat Islam setelah Abu Bakar dan Umar. Dalam ucapannya yang terkenal itu
disebutkan, “Wahai Rasulullah, laksanakan sebab saya melihat… kami akan
bersamamu (membantu). Demi Allah, kami tidak mungkin mengatakan seperti
apa yang dikatakan bani Israel kepada Musa a.s. “Pergilah kamu dan
tuhanmu kemudian berperanglah, kami di sini duduk-duduk
saja.(QS.al-Maidah;24), tapi kami mengatakan ‘pergilah kamu dan Tuhanmu
kemudian berperanglah niscaya kami ikut berperang. …</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara
tindakan dan perbuatan yang ditakuti adalah berbuat dzalim kepada
orang. Untuk itu beliau tidak segan-segan bertanya langsung kepada
Rasulullah mengenai hal-hal dirasa kurang mengenak dihati. “Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika berjumpa orang kafir kemudian
tiba-tiba dia menyerangku. Dia pukul salah satu tanganku dengan pedang
hingga putus. Setelah itu dia mencari perlindungan di pohon sambil
berkata,”Saya berislam karena Allah SWT”, apakah saya bunuh orang itu
wahai Rasulullah setelah dirinya mengucapkan kata itu?” tanya beliau.
Rasulullah menjawab, “Jangan bunuh dia.” Beliau berkata, “Wahai
Rasulullah dia telah memotong tangganku dan dia mengucapkan kata itu
setelah tanganku dipotong. Apakah saya bunuh dia?” Rasulullah berkata,
“Jangan bunuh dia, sekiranya kamu bunuh dia maka itu berarti dia
kedudukannya sama denganmu sebelum kamu bunuh dia. Dan kedudukanmu sama
dengan dia sebelum dia mengucapkan kata-kata itu.”(HR.Bukhori)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak
hanya itu, beliau juga sangat takut jika diberi kekuasaan tidak dapat
melaksanakan dengan baik dan meremehkannya. Sebab kekuasaan itu adalah
amanah. Beliau berkata, “Suatu ketika Rasulullah menyuruhku suatu
pekerjaan. Pada waktu saya pulang dari tugas itu, Rasulullah bertanya,
“Gimana dengan tugas yang dibebankan kepadamu?” saya jawab, “Wahai
Rasulullah! Saya tidak mengira bahwa manusia, secara kesuluruhannya,
adalah pelayanku. Demi Allah saya tidak akan meremehkan tugas itu selama
saya masih hidup.”(HR.Hakim)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari
Abdurahman bin Jubair bin Nufir dari ayahnya berkata, “Suatu hari kami
duduk di samping al-Miqdad, tiba-tiba seseorang lewat. Orang itu
berkata, “Alangkah senang dan bahagianya dua mata ini (al-Miqdad) dapat
melihat Rasulullah. Demi Allah, niscaya kami ingin sekali berjumpa
seperti yang dia jumpai.Kemudian saya mendengar kepada ucapannya. Saya
pun merasa terkesima sebab apa yang diucapkan adalah kebaikan hingga
saya ambil darinya.” Mendengar ucapan itu, al-Miqdad berkata, “Apa yang
membuat kalian untuk berangan-angan sesuatu yang telah Allah wafatkan
untuk diwujudkan kembali. Dia tidak tahu sekirany dia hidup ketika
apakah dia berbuat yang sepatutnya. Demi Allah, banyak kaum yang hidup
sezaman dengan Rasulullah tapi mereka dimasukkan ke neraka jahanam oleh
Allah karena tidak menerima dan percaya ajarannya. Kenapa kalian tidak
memuji Allah sebab telah dihindarkan dari siksa dan azab sepert mereka.
Bahwkan Allah telah beri kemuduhan pada kalian untuk mengenal Allah dan
ajarannya dengan mudah. “(Abu Na’im, <em>al-hillyah 1/175-1716)</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em> </em></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari
kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa kita perlu banyak bersyukur
atas nikmat Islam yang diberikan Allah kepada kita tanpa kesusuhan yang
kita hadapi. Dan juga tanpa banyak siksaan dari orang-orang yang tidak
hendak menghalangi ajaran Islam. Mestinya keinginan dan cita-cita mati
tetap berpegang pada ajaran Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari
Karimahh binti al-Miqdad bercerita bahwa al-Miqdad pernah berwasiat
kepada Hasan dan Husain untuk diberi tiga ribu dirham dan untuk tiap
istri-istri Rasulullah tujuh ribu dirham.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama
berjuang menyebarkan ajaran Islam bersama Rasulullah, beliau telah
meriwayatkan kurang lebih 48 hadits. Pada tahun 33 Hijriah beliau wafat
di dekat kota Madinah dan dikuburkan di sana.</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-81764845863353461352018-09-22T03:50:00.001-07:002018-09-22T03:50:13.967-07:00Shuhaib bin Sinan<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib ar-Rumi radhiallahu ‘anhu adalah salah seorang di antara sahabat senior Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mungkin tidak dikenal oleh banyak kaum muslimin. Ia merupakan as-sabiquna-l awwalun (orang-orang yang pertama memeluk Islam). Saat jumlah kaum muslimin masih sekitar 30-an orang, Suhaib telah menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan takut akan ancaman kafir Quraisy Mekah. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib bukanlah penduduk asli Mekah, ia adalah perantau yang datang ke Kota suci tersebut dari kampung halamannya di Bashrah. Nama belakangnya ar-Rumi yang artinya orang Romawi, juga bukanlah menunjukkan jati dirinya yang asli, karena dia adalah orang Arab. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu, bagaimana kisah Suhaib bisa sampai ke Mekah? Mengapa nama belakangnya ar-Rumi padahal ia orang Arab? Dan bagaimana kisah keislamannya? Simak kisahnya berikut ini. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Latar Belakang </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib adalah anak dari salah seorang hakim di wilayah dekat Bashrah. Saat orang-orang Romawi menyerang daerah tersebut, Suhaib pun menjadi seorang budak Romawi. Ia tumbuh besar di wilayah Romawi tersebut, karena itulah ia dipanggil Suhaib ar-Rumi. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Nama aslinya adalah Suhaib bin Sinan bin Malik, kun-yahnya Abu Yahya. Banyak versi tentang nama aslinya, ada yang mengatakan Khalid bin Abdu Amr bin Aqil, ada juga yang mengatakan Thufail bin Amir bin Jandalah bin Saad bin Khuzaimah. Namun, insya Allah yang lebih tepat Suhaib bin Sinan bin Malik adalah nama asli beliau radhiallahu ‘anhu. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ternyata, kisah pilunya sebagai budak membawanya kepada suatu hikmah yang tidak dia sangka-sangka. Seorang penjual budak menjualnya kepada salah satu orang kaya Mekah, namanya Abdullah bin Jad’an. Beberapa lama bersama tuan barunya tersebut, Suhaib memperlihatkan kualitas diri yang menunjukkan dia tidak layak menjadi seorang budak. Ia memiliki kecerdasan, etos kerja yang tinggi, dan ketulusan hati. Lalu Abdullah bin Jad’an pun membebaskan Suhaib ar-Rumi, dan berubahlah statusnya dari seorang budak menjadi orang merdeka. Setelah merdeka, Suhaib memulai jalan hidupnya di Mekah sebagai pedagang sehingga ia menjadi salah seorang pedangang yang sukses di Ummul Qura tersebut. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Memeluk Islam </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ammar bin Yasir mengisahkan: </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aku berjumpa dengan Suhaib bin Sinan di depan pintu rumah al-Arqam, saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di dalam rumah itu. Aku berkata kepada Suhaib, “Apa yang kau inginkan?” Namun Suhaib malah balik bertanya, “Kamu juga, apa yang kau inginkan?” Lalu kujawab, “Aku ingin masuk ke dalam rumah ini menemui Muhammad, lalu mendengarkan apa yang ia sampaikan.” Kata Suhaib, “Aku juga menginginkan hal yang sama.” </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ammar melanjutkan, “Kami berdua pun masuk ke dalam rumah al-Arqm, lalu menyatakan keislaman kami. Lalu kami berdiam di rumah hingga tiba sore hari, kemudian keluar dari rumah dalam keadaan takut.” </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;"> السباق أربعة: أنا سابق العرب، وصهيب سابق الروم، وبلال سابق الحبشة، وسلمان سابق الفرس </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Empat orang pendahulu: Aku adalah yang paling awal dari kalangan Arab, Suhaib paling awal dari kalangan Romawi, Bilal paling awal dari orang-orang Habasyah, dan Salam yang paling awal dari orang Persia.” </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kedudukan Suhaib </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Salah satu peristiwa yang paling terkenal dan sangat mengagumkan dari perjalanan hidup Suhaib adalah kisah hijrahnya beliau radhiallahu ‘anhu. Sebagaimana telah disebutkan, Suhaib adalah seorang yang tidak memiliki apa-apa, lalu datang ke Mekah dan menjadi salah seorang pedagang yang kaya. Lalu datanglah panggilan hijrah, dan Suhaib pun menyambut panggilan tersebut. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Saat dalam perjalanan dari Mekah menuju Madinah, Suhaib dicegat oleh orang-orang Mekah. “Wahai Suhaib, engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin dan hina, kemudian hartamu menjadi banyak setelah tinggal di daerah kami. Setelah itu terjadilah di antara kita apa yang terjadi (perselisihan karena Islam). Engkau boleh pergi, tapi tidak dengan semua hartamu.” Suhaib pun meninggalkan hartanya tanpa ia pedulikan sedikit pun. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian sampailah Suhaib di Madinah, lau ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang langsung mengucapkan, </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;"> ربح البيع أبا يحيى.. ربح البيع أبا يحيى </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya, perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya.” </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang melihat apa yang kualami.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jibril yang memberi tahuku.” </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Lalu turunlah ayat, </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;"> وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207) </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib dikenal sebagai seorang sahabat yang sangat dermawan dan sangat suka memberi orang-orang miskin makan. Saking rajinnya Suhaib dalam bersedakah, sampai-sampai Umar bin Khattab menganggapnya mubadzir (karena sedekah tidak tepat sasaran .pen). Kata Umar, “Wahai Suhaib, aku tidak melihat kekurangan pada dirimu kecuali dalam tiga hal: (1) Engkau menisbatkan diri sebagai orang Arab, padahal logatmu logat Romawi, (2) engkau berkun-yah dengan nama Nabi, (3) dan engkau orang yang mubadzir.” Suhaib menanggapi, “Aku seorang yang mubadzir? Tidaklah aku berinfak kecuali dalam kebenaran. Adapun kun-yahku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang memberinya. Dan logatku logat Romawi, karena sejak kecil aku ditawan orang-orang Romawi. Sehingga logat mereka sangat berpengaruh padaku.” Saat Umar wafat, beliau mewasiatkan agar Suhaib yang menjadi imam shalat jenazahnya. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ia juga selalu turut serta dalam peperangan yang diikuti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Wafatnya </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Suhaib wafat di Kota Madinah pada bulan Syawal tahun 38 H. Saat itu usia beliau 70 tahun. Semoga Allah Ta’ala meridhai beliau dan menempatkannya di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Penutup </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kisah awal perjalanan hidup Suhaib radhiallahu ‘anhu sama halnya dengan apa yang terjadi dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Beliau awalnya orang yang merdeka, lalu dijadikan budak dan dijual kepada salah seorang pembesar di negeri Mesir sampai akhirnya menjadi pemimpin di negeri tersebut. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dari sini dapat kita petik pelajaran, terkadang Allah menimpakan sebuah musibah kepada kita, namun musibah tersebut adalah jalan yang harus kita lalui menjadi orang yang lebih baik atau bahkan orang yang hebat. Nabi Yusuf tidak akan menjadi pembesar di negeri Mesir seandainya beliau tidak menempuh perjalanan hidup menjadi seorang yang disisihkan saudaranya. Suhaib tidak akan mulia menjadi seorang muslim dan sahabat Rasulullah, jika ia tidak menempuh perjalanan hidup menjadi budak yang mengatarkannya ke Mekah hingga bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Oleh karena itu, janganlah kita berprasangka buruk kepada Allah atas musibah yang menimpa kita. Bisa jadi Allah simpan hikmah yang besar atau Allah persiapkan sesuatu yang istimewa di balik musibah yang kita derita. </span></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sumber: islamstory.com</span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-46031679674531053712018-09-22T03:47:00.002-07:002018-09-22T03:47:33.940-07:00Abdullah bin Umar<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 16px; line-height: 18.4px;">Saat</span><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Abdullah bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="color: #545454; font-size: xx-small; line-height: 16px;">(bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب)</span><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> telah berusia senja, ia
berbicara, “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Aku telah berbaiat kepada
Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;"> dan sampai saat ini, aku tidak pernah merusak atau mengingkari janji
itu. Aku tidak pernah berbaiat kepada pengobar fitnah dan tidak pula
membangunkan orang Mukmin dari tidurnya.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;">”</span></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kalimat-kalimat tersebut
merupakan rangkuman kehidupan seorang laki-lai saleh yang dikaruniai usia
panjang hingga melebihi 80 tahun, dan telah memulai hubungannya dengan Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> dan Islam sejak berusia 13 tahun, yaitu ketika ia ingin menyertai ayahandanya
dalam Perang Badar,cdengan harapan mendapatkan tempat dalam deretan para
pejuang, seandainya tidak ditolak oleh Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> karena usianya yang masih
terlalu muda.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Sejak saat itu dan bahkan
sebelumnya lagi, ketika ia menyertai ayahandanya dalam hijrah ke Madinah,
hubungan anak yang cepat matang kepribadiannya itu dengan Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> dan Islam
telah mulai terjalin.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Sejak saat itu sampai saat ia
menemui Allah, yakni setelah ia mencapai usia 85 tahun, kita akan mengetahui
bahwa ia adalah seorang yang tekun dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Ia
tidak pernah bergeser dari pendiriannya, walau seujung rambut, dan tidak pernah
menyimpang dari baiat yang telah diikrarkannya atau melanggar janji yang telah
diucapkannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Banyak sekali keistimewaan yang
bisa diambil dari Abdullah bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">. Ilmu, kerendahan hati, kebulatan tekad dan
keteguhan pendirian, kedermawanan, kesalehan dan ketekunannya dalam beribadah
serta ketangguhannya dalam berpegang kepada teladan yang diberikan oleh
Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;">; semua sifat dan keutamaan ini turut berperan dalam menempa
kepribadiannya yang luar biasa dan kehidupannya yang suci lagi benar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Abdullah</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> belajar banyak hal
tentang kebaikan dari ayahanda, Umar bin Al-Khattab</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">. Bersama ayahnya ia belajar
dari Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;"> tentang semua macam kebaikan dan keagungan. Seperti ayahnya, ia
telah berhasil mencapai keimanan yang baik terhadap Allah dan Rasul-Nya. Karena
itu, kesetiaannya mengikuti jejak langkah Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;"> merupakan suatu hal yang
sangat menakjubkan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Abdullah</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> selalu memperhatikan
apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> lalu menirunya secara cermat dan
teliti. Contohnya, Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pernah melakukan shalat di suatu tempat, maka
Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pun melakukan hal yang sama di tempat itu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Di tempat lain, Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pernah berdo’a sambil berdiri, maka Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pun berdo’a di tempat itu sambil
berdiri. Ketika di tempat lain Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> berdo’a sambil duduk, Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pun
berdo’a di sana sambil duduk. Saat di suatu lokasi Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> turun dari
punggung untanya dan melakukan shalat dua rakaat, Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> pun tidak mau
ketinggalan melakukannya, jika dalam perjalanannya ia lewat di daerah dan
tempat itu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Bahkan, ia tidak lupa ketika
unta tunggangan Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> berputar dua kali di suatu tempat di Mekkah sebelum
beliau turun dari atasnya untuk melakukan shalat dua rakaat, meski barang kali
unta itu berputar karena mencari tempat yang cocok baginya untuk menderum. Nah,
ketika Abdullah bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> sampai di tempat itu, ia segera membawa untanya
berputar dua kali kemudian menderumkan untanya, dan setelah itu ia shalat dua
rakaat, sehingga persis dengan perbuatan Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;"> yang telah disaksikannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kesetiannya yang sangat tulus
dalam mengikuti jejak Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> ini telah mengundang pujian dari Ummul
Mukminin Aisyah, sehinnga ia mengatakan, “<i>Tidak
seorang pun yang mengikuti jejak langkah Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i> di tempat-tempat
persinggahan beliau sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Abdullah</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> telah memanfaatkan
usianya yang panjang dan penuh berkah itu untuk membuktikan kesetiaannya yang
mendalam terhadap Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">, hingga suatu masa kaum Muslimin yang saleh
berdo’a, “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ya Allah, biarkanlah Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> tetap hidup selama engkau memberikan hidup bagiku, agar aku dapat mengikuti
jejaknya, karena aku tidak mengetahui seorang pun yang menghirup dari sumber
pertama selain dia.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Karena kegemarannya yang kuat
tidak pernah luntur dalam mengikuti sunnah dan jejak langkah Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">, Ibnu
Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> bersikap sangat hati-hati dalam penyampaian hadits dari Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;">. Dia
tidak akan menyampaikan suatu hadits darinya, kecuali ia ingat seluruh kata-kata
Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;">.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Orang-orang yang semasa
dengannya mengatakan, “<i>Tak seorang pun di
antara shahabat Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i> yang lebih berhati-hati agar tidak tercecer atau
dikurangi sehuruf pun dalam menyampaikan hadits Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i> sebagaimana Ibnu
Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">” Pun demikian dalam berfatwa, ia sangat berhati-hati dan lebih suka
menjaga diri.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Suatu hari, seseorang datang
kepadanya untuk meminta fatwa. Setelah orang itu mengajukan pertanyaan, Ibnu
Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menjawab, “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Saya tidak tahu tentang
masalah yang anda tanyakan itu.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">” Orang itu pun pergi dan baru beberapa
langkah ia meninggalkannya, Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menggosok-gosokkan telapak tangannya
sebagai ungkapan suka cita dan berkata dalam hatinya, “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> ditanyai orang tentang yang tidak diketahuinya maka ia
menjawab tidak tahu.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Dia tidak ingin berijtihad
untuk memberikan fatwa, karena takut berbuat kesalahan. Walaupun pola hidupnya
mengikuti ajaran agama besar, yang menyediakan satu pahala bagi orang-orang
yang berijtihad salah dan dua pahala bagi yang berijtihad benar, sikap
kehati-hatiannya telah menyebabkannya tidak berani berfatwa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Dia juga menghindarkan diri
dari jabatan hakim, padahal jabatan ini merupakan jabatan tertinggi di antara
jabatan kenegaraan dan kemasyarakatan, di samping menjamin pemasukan keuangan,
pengaruh, dan kedudukan mulia. Namun, apa perlunya kekayaan, pengaruh, dan
kemuliaan it bagi Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">?</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Suatu hari, Khalifah Utsman</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> memanggilnya dan meminta kesediaannya memegang jabatan hakim tersebut, tetapi
ia menolaknya. Utsman</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> tetap mendesaknya, tetapi Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> juga tetap
mempertahankan penolakannya itu.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “<i>Apakah engkau tidak menaati perintahku?</i>” Tanya Utsman</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menjawab, “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sama sekali tidak, hanya saya dengar para
hakim itu ada tiga macam: Pertama, hakim yang mengadili tanpa ilmu, maka ia
dalam neraka. Kedua, hakim yang mengadili berdasarkan nafsu, maka ia juga dalam
neraka. Ketiga, hakim yang berijtihad dan hasil ijtihadnya benar, maka ia dalam
keadaan berimbang, tidak berdosa tapi tidak pula mendapat pahala. Atas nama
Allah, saya memohon kepadamu agar dibebaskan dari jabatan itu.</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Khalifah Utsman</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menerima
keberatan itu setelah mendapat jaminan bahwa ia tidak akan menyampaikan hal itu
kepada siapa pun. Sebab, Utsman</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menyadari bagaimana kedudukan Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> di hati
masyarakat. Bila orang-orang yang bertakwa lagi saleh mengetahui keberatan Ibnu
Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menerima jabatan tersebut, mereka pasti akan mengikuti langkahnya,
sehingga Utsman</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> tidak akan menemukan seorang bertakwa yang bersedia menjadi
hakim.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Pendirian Abdullah bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> ini mungkin terlihat sebagai sikap yang
kurang positif. Tetapi, sebenarnya tidak demikian. Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> tidak akan menolak
jabatan tersebut apabila tidak ada lagi orang lain yang pantas menduduki
jabatan itu, karena masih banyak orang saleh dan wara’ di antara shahabat
Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: justify;">, yang sebelumnya memang sudah memiliki pengalaman kerja cukup lama
di bidang kehakiman dan fatwa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Penolakan Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> ini tentu
saja tidak akan menyebabkan lowongan kursi jabatan tersebut atau
mengakibatkannya jatuh ke tangan orang-orang yang tidak berwenang. Telah
tertanam dalam kepribadian Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> untuk selalu membina dan meningkatkan diri
agar lebih sempurna ketaatan dan peribadatannya kepada Allah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Di sisi lain, kehidupan Islam
pada waktu itu bias juga menjadi factor penolakan itu. Pada masa itu, keduniaan
telah terbuka lebar bagi kaum Muslimin. Harta kekayaan yang melimpah ruah,
pangkat dan jabatan terbuka luas. Godaan harta dan kedudukan itu telah mengikat
dan membius hati sebagian orang beriman, sehingga sebagian shahabat Rasulullah</span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">—di
antaranya Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">—bangkit mengibarkan bendera perlawanan terhadap godaan itu.
Wujudnya ialah dengan menjadikan diri mereka sebagai teladan dalam kezuhudan
dan kesalehan, menjauhi kedudukan-kedudukan tinggi, mengatasi fitnah dan
godaannya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Bias dikatakan bahwa Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> adalah “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">shahabat malam</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">” yang selalu
mengisinya dengan waktu shalat, dan “</span><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">sekutu
waktu sahur</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">” yang memanfaatkan waktu itu untuk menangis dan memohon
ampunan. Kala remaja, ia pernah bermimpi yang oleh Rasulullah</span></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> ditakwilkan bahwa
qiyamul lail nantinya akan menjadi tumpuan cita-cita Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">, tempat
bersemayam kesenangan dan kebahagiaannya. Sekarang, marilah kita dengar cerita
tentang mimpinya itu:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> “<i>Pada masa Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>, aku pernah bermimpi seolah-olah di tanganku ada
selembar kain beludru. Tempat mana saja yang aku ingini di surge maka beludru
itu menerbangkan aku ke sana. Aku melihat kedua orang mendatangiku dan ingin
membawaku ke neraka. Tetapi, seorang malaikat menghadang mereka, dan berkata,
‘Jangan ganggu!’ kedua orang itu pun membiarkan jalan bagiku. Hafshah,
saudariku, menceritakan mimpi itu ke Rasulullah</i></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="background-color: white; color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>. Beliau pun bersabda, ‘Abdullah</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> akan menjadi lelaki utama bila ia rajin shalat malam dan banyak melakukannya!’</i><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Sejak itu sampai pulang ke
Rahmatullah, Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, baik sedang
mukim maupun musafir. Ia selalu giat menunaikan shalat, mambaca Al-Qur’an, dan
banyak berdzikir menyebut nama Allah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Satu hal yang sangat menyerupai
ayahnya ialah air mata bercucuran bila mendengar ayat-ayat peringatan dari
Al-Qur’an. Ubaid bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menuturkan, “<i>Suatu
hari saya membacakan ayat berikut ini kepada Abdullah bin Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;">:</i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">فَكَيْفَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">إِذَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">جِئْنَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">مِنْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">كُلِّ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">أُمَّةٍ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">بِشَهِيدٍ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">وَجِئْنَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">بِكَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">عَلَىٰ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">هَٰؤُلَاءِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">شَهِيدًا</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Maka bagaimanakah
(halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul)
dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas
mereka itu (sebagai umatmu). <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:An-Nisaa | Ayat: 41</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">يَوْمَئِذٍ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَوَدُّ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الَّذِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">كَفَرُوا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">وَعَصَوُا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الرَّسُولَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لَوْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">تُسَوَّىٰ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">بِهِمُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الْأَرْضُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">وَلَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَكْتُمُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">اللَّهَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">حَدِيثًا</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Di hari itu
orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka
disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah)
sesuatu kejadianpun. <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:An-Nisaa | Ayat: 42</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Seketika Ibnu Umar</span></i><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> menangis, hingga
janggutnya basah oleh air mata.</span></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Suatu hari ketika ia duduk di antara
shahabat-shahabatnya, ia membaca:</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">بِسْمِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">اللَّهِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الرَّحْمَٰنِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الرَّحِيمِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">وَيْلٌ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لِلْمُطَفِّفِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang curang <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 1</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">الَّذِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">إِذَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">اكْتَالُوا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">عَلَى</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">النَّاسِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَسْتَوْفُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">(yaitu) orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 2</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">وَإِذَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">كَالُوهُمْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">أَوْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">وَزَنُوهُمْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يُخْسِرُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 3</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">أَلَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَظُنُّ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">أُولَٰئِكَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">أَنَّهُمْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">مَبْعُوثُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Tidaklah orang-orang
itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 4</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">لِيَوْمٍ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">عَظِيمٍ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">pada suatu hari yang
besar, <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 5</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">يَوْمَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَقُومُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">النَّاسُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لِرَبِّ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الْعَالَمِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">(yaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Muthaffif | Ayat: 6</span><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;"> Dia terus mengulang kalimat-kalimat:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">يَوْمَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">يَقُومُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">النَّاسُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لِرَبِّ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الْعَالَمِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">(yaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;"> Sedangkan air matanya mengucur bagai
hujan. Puncaknya, ia jatuh pingsan disebabkan paerasaan sedih dan tangis.</span><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Sikap dermawan, zuhud, dan wara’ berkolaborasi pada dirinya dalam suatu
paduan seni yang agung membentuk corak kepribadian mengagumkan dari manusia
besar ini. Dia banyak memberi karena ia seorang dermawan. Abdullah</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> hanya
memberikan barang yang halal karena ia seorang yang wara’ atau saleh. Ia tidak
peduli, andaikata kemurahannya itu akan menyebabkan dirinya miskin, sebab
dirinya seorang berhati zuhud.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> termasuk orang yang hidup makmur dan berpenghasilan besar. Ia
adalah seorang pedagang yang jujur dan berhasil dalam kehidupannya. Selain itu,
gajinya dari Baitul Mal tidak sedikit. Hanya saja, tunjangan itu tidak sedikit
pun disimpannya untuk kehidupan pribadi, tetapi dibagi-bagikan
sebanyak-banyaknya kepada para fakir, miskin, dan pengemis.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ayyub bin Wail Ar-Rasibi pernah menceritakan kepada kita salah satu
kedermawaannya. Suatu hari Ibnu Umar </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">menerima uang sebanyak 4 ribu dirham dan
sehelai baju dingin. Pada hari berikutnya Ibnu Wail</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> melihatnya di pasar sedang
membeli makanan untuk hewan tunggangannya, namun tidak dibayar secara kontan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Didorong oleh rasa penasaran, Ibnu Wail menjumpai keluarganya, lalu
bertanya, “<i>Bukankah kemarin Abu
Abdirrahman—maksudnya adalah Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">—menerima kiriman 4 ribu dirham dan
sehelai baju dingin?”</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><i><br /></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> “Benar.”</span></i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Jawab mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Wail berkata, “<i>Saya lihat, ia
tadi ke pasar membeli makanan untuk hewan tunggangannya, dan ia tidak punya
uang untuk membayarnya.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Mereka menjawab, “<i>Tidak sampai
malam hari, uang itu telah habis dibagi-bagikannya. Setelah itu ia mengambil
baju dingin itu dan menyampirkan di pundaknya, lalu pergi dan ketika kembali,
ia menjawab bahwa baju itu telah diberikannya kepada seorang miskin.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Mendebgar jawaban itu, Ibnu Waill langsung pergi sambil menepukkan
telapak tangannya satu sama lain, dan pergi menuju pasar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Di sana ia naik ke suatu tempat yang tinggi dan berteriak kepada para
pedagang di pasar, “<i>Wahai kaum pedagang!
Apa yang kalian terhadap dunia? Lihatlah Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, yang mendapatkan kiriman
4 ribu dirham lalu membagi-bagikannya, sehinnga esok pagi ia membelikan makanan
untuk hewan tunggangannya secara utang!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Begitulah bila orang yang gurunya Muhammad</span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, dan ayahnya Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">; luar biasa
dan mampu malakukan hal-hal istimewa. Kedermawanan, kezuhudan, dan kewara’an
merupakan tiga unsur yang menyatu pada Abdullah bin Umar</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, yang membuktikan
secara nyata bahwa dia adalah seorang pengikut terpercaya dan seorang putra
teladan.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Bagi orang yang ingin melihat kesetiaannya mengikuti jejak langkah
Rasulullah</span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, cukuplah sebagai bukti bahwa Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> menghentikan tunggangannya
persis di tempat Rasulullah</span></span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px; text-align: justify;"> menghentikan unta beliau, dan ia berkata, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px; text-align: justify;">Semoga setiap jejak akan berpijak di atas
jejak sebelumnya.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px; text-align: justify;">”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Begitu pula dalam persoalan bakti, hormat, dan kagum kepada orang tua,
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> mencapai suatu taraf yang , mengharuskan agar kepribadian Umar itu
diteladani oleh pihak musuh, apalagi oleh kaum kerabat, dan putra-putra
kandungnya sendiri.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Bila dipikir, memang tidak masuk akal bila orang yang mengaku sebagai
pengikut Rasulllah</span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> ini dan ayah seperti Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> akan menjadi budak harta. Karena
itulah, meski harta itu datang kepadanya secara berlimpah ruah, itu semuanya
hanya sekedar lewat, atau mampir ke rumahnya saja.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Kedermawanan itu baginya bukanlah alat untuk mencari nama, atau agar
dirinya menjadi buah bibir dan sanjungan orang. Karena itulah, pemberiannya
hanya ditujukannya kepada fakir miskin dan yang benar-benar membutuhkan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Abdullah</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> jarang sekali makan seorang diri. Dia pasti disertai oleh
anak-anak yatim dan orang miskin. Sebaliknya, ia sering kali memarahi dan menyalahkan
sebagian putra-putranya, ketika mereka menyediakan jemuan untuk orang-orang
yang banyak harta dan tidak mengundang fakir miskin. Ia memberikan teguran.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">“<i>Kalian mengundang orang-orang yang dalam
keadaan kekenyangan, sementara orang-orang yang kelaparan kalian biarkan!</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Kaum fakir miskin sangat mengenal siapa Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, mengetahui sifat
santunnya, dan merasakan akibat kedermawanan dan budi baiknya. Mereka sering
duduk di jalan yang dilalui oleh Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> saat pulang, dengan harapan terlihat
olehnya lalu diajak ke rumahnya. Mereka berkumpul di sekelilingnya tidak ubah
bagai kawanan lebah yang berhimpun mengerumuni bunga untuk menghisap sari
madunya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Bagi Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> harta itu adalah sebagai pelayan, dan bukan sebagai tuan
atau majikan. Harta adalah alat untuk mencukupi kebutuhan hidaup dan bukan
untuk bermewah-mewahan. Hartanya bukanlah miliknya semata, melainkan hak fakir
miskin yang telah ditentukan di dalamnya. Jadi, setiap hamba punya hak yang
sama dan tidak ada hak istimewa karena kedudukan seseorang.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Kedermawanan yang tak terbatas ini disokong oleh sikap zuhudnya. Ibnu
Umar </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">tidak hendak membanting tulang dalam mencari dan mengusahakan dunia.
Harapan dari dunia itu hanyalah hendak mendapatkan pakaian sekedar penutup
tubuhnya dan makanan sekedar penunjang hidup.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Salah satu shahabatnya yang baru pulang dari Khurasan menghadiahkan
sehelai baju yang halus dan indah kepadanya, dan berkata, “<i>Saya bawa baju ini dari Khurasan untukmu. Alangkah senangnya hatiku
bila aku dapat melihatmu menanggalkan pakaianmu yang kasar ini, lalu
menggantinya dengan baj baru yang indah ini!</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Biarkanlah kulihat dulu,</i>”
jawab Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Apakah ini sutera?</i>” Tanya
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> sembari meraba baju itu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Bukan, itu hanya katun,</i>”
jawab shahabatnya tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> mengusap-usap baju itu sebentar, kemudian menyerahkannya
kembali kepada orang tersebut dan berkata, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Tidak,
aku khawatir terhadap diriku. Aku takut dia akan menjadikan diriku sombong dan
tampak mewah, sedangkan Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan bermegah
diri.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Pada kesempatan lain, seorang shahabat memberinya sebuah kotak yang
penuh dengan sesuatu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Apa ini isinya?</i>” Tanya Ibnu
Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Obat istimewa, aku bawa untukmu
dari Iraq!</i>” jawab shahabatnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Obat untuk penyakit apa?</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Obat penghancur makanan untuk
membantu pencernaan.</i>” Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> tersenyum, dan berkata kepada shahabat itu,
“</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Obat penghancur makanan? Selama 40 tahun
ini aku tidak pernah memakan sesuatu makanan sampai kenyang.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Seseorang yang tidak pernah makan sampai kenyang selama 40 tahun tentu
maksudnya bukan hendak menjauhi rasa kenyang itu semata, melainkan karena
dorongan sifat zuhud dan wara’nya, di samping bagian dari upayanya untuk
mengikuti jejak langkah Rasulullah</span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> dan ayahandanya. Ia sangat khawatir bila
kelak akan dihadapkan pada hari kiamat dengan pertanyaan, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Telah engkau habiskan segala kenikmatanmu waktu kamu hidup di dunia,
yang kamu bersenang-senang dengannya!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ia menyadari bahwa di dunia ini ia hanyalah tamu atau seorang musafir
yang akan segera berlalu. Ia pernah bercerita tentang dirinya, “<i>Aku tidak pernah membuat tembok dan tidak
pula menanam sebatang kurma sejak wafatnya Rasulullah</i></span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Maimun bin Mahran berkata, “<i>Saya
masuk ke rumah Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> dan menaksir harga barang-barang yang terdapat di sana
berupa ranjang, selimut, tikar, dan apa saja yang terdapat di sana, maka saya
mendapati harganya tidak sampai 100 dirham.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Hal ini terjadi bukanlah karena Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> miskin, sebab sejatinya ia
orang kaya, dan juga bukan orang yang pelit terhadap diri sendiri, karena
sebenarnya ia adalah seorang yang pemurah dan dermawan! Yang demikian karena ia
seorang yang zuhud yang tidak terpikat oleh dunia, tidak suka hidup mewah, dan
tidak senang menyimpang dari kebenaran serta kesalehan dalam menempuh hidup
ini.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> dikaruniai umur panjang dan masih hidup pada Dinasti Umayyah,
di mana harta melimpah ruah, tanah tersebar luas, dan kemewahan terbentang di
kebanyakan rumah kaum Muslimin, apalagi di istana. Meski demikian, “”</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">gunung yang mulia ini” </i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">(Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">) tetap
tegak dan tidak tergoyahkan, tidak hendak beranjak dari tempatnya, dan tidak
hendak bergeser dari sifat zuhud dan wara’nya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Jika seseorang menyebut persoalan kebahagiaan dan kesenangan dunia yang
dihindarinya itu, ia berkata, “<i>Aku dan
shahabatku telah sepakat atas suatu perkara, dan aku khawatir jika menyalahi
mereka, dan tak akan bertemu lagi dengan mereka untuk selama-lamanya.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Kemudian, ia menuturkan kepada orang-orang bahwa dia meninggalkan dunia
itu bukanlah disebabkan oleh ketidakmampuan. Kemudian ia menadahkan kedua
tangannya ke langit, sembari berkata, “<i>Ya
Allah, Engkau mengetahui bahwa kalau tidaklah karena takut kepada-Mu, tentulah
kami akan ikut berdesakan dengan bangsa kami Quraish memperebutkan dunia ini.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Memang benar, seandainya ia tidak takut kepada Allah, tentulah ia akan
merebut dunia dan tentulah ia akan berhasil. Tetapi, ia tidak perlu berebut karena
dunia datang sendiri kepadanya, merayunya dengan berbagai kesenangan dan daya
tariknya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Apakah ada yang lebih menarik daripada jabatan Khalifah? Jabatan ini
ditawarkan berkali-kali kepada Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, tetapi ia tetap menolak. Bahkan, ia
pernah diancam jika tidak mau menerimanya, tetapi pendiriannya semakin teguh
dan penolakannya semakin keras.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Al-Hasan menuturkan, “<i>Tatkala
Utsman bin Affan</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><i> terbunuh, kaum Muslimin berkata kepada Abdullah bin Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">,
‘Engkau adalah seorang pemimpin. Keluarlah, agar kami meminta orang-orang
berbaiat kepadamu!’</i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><i><br /></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Ibnu Umar</span></i><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> menjawab, ‘Demi
Allah, bila mungkin, jangan ada walau setetes darah pun yang tertumpah
disebabkan diriku!’</span></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Mereka berkata lagi, ‘Engkau
harus keluar! Kalau tidak, kami akan membunuhmu di tempat tidurmu!’</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Namun, jawaban Ibnu Umar</span></i><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> tidak
berbeda dengan yang pertama. Demikianlah, mereka membujuk dan mengancamnya,
tetapi mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa.”</span></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Setelah waktu berjalan sekian tahun dan fitnah semakin menjadi-jadi,
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> tetap merupakan satu-satunya harapan. Orang-orang mendesaknya agar
sedia menerima jabatan Khalifah dan mereka akan berbaiat kepadanya, tetapi ia
selalu menolak. Penolakan ini menyebabkan timbulnya permasalahan yang ditujukan
kepada Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">. Tetapi, ia mempunyai alasan yang logis.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Telah dimaklumi bahwa Utsman</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> terbunuh, keadaan bertambah buruk dan
belarut-larut, sehingga bencana dan malapetaka pun tidak terelakkan. Walau pun
dia tidak mempunyai ambisi untuk menempati jabatan Khalifah tersebut, ia sejatinya
bersedia bertanggung jawab dan menaggung resikonya, dengan syarat ia dipilih
oleh seluruh kaum Muslimin dengan kemauan sendiri tanpa dipaksa. Adapun jika
baiat itu dipaksakan oleh sebagian orang atas sebagian yang lainnya di bawah
ancaman pedang, inilah yang tidak disetujui oleh Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, dan ia menolak
jabatan Khalifah yang dicapai dengan cara seperti itu.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ketika itu syarat tersebut tidak mungkin terwujud. Meski sebesar apa pun
kebaikan Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> dan kekompakkan kaum Muslimin dalam mencintai dan
menghormatinya, luasnya daerah san letaknya yang berjauhan, di samping
pertikaian yang sedang berkecamuk di antara kaum Muslimin, menyebabkan mereka
terpecah-pecah menjadi beberapa golongan yang saling berperang dan mengangkat
senjata. Suasana waktu itu tidak memungkinkan tercapainya consensus atau
kesepakatan yang diharapkan oleh Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Suatu hari, seseorang mendatanginya dan berkata, “<i>Tidak ada seorang pun yang lebih buruk perlakuannya terhadap umat
manusia selain dirimu!</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“Mengapa?” Tanya Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Demi
Allah, saya tidak pernah menumpahkan darah mereka, tidak pula berpisah dengan
jamaah mereka apalagi memecah-belah kesatuan mereka!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Orang itu berkata lagi, “<i>Seandainya
engkau bersedia (menjadi Khalifah), tidak akan seorang pun yang menentang.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Jawab Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Saya tidak ingin
jabatan itu menjadi milikku, sementara masih ada orang yang mengatakan setuju,
sedangkan orang lain mengatakan tidak.</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ketika peristiwa telah berkembang sedemikian rupa dan kedudukan
Mu’awiyah</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> telah kokoh, lalu beralih ke putranya, Yazid, Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> tetap
menjadi tumpuan harapan manusia untuk menempati jabatan Khalifah. Bahkan, ketika
Mu’awiyah II putra Yazid menduduki jabatan Khalifah lalu hanya selang beberapa
hari ia meninggalkannya karena tidak menyukainya, harapan terhadap Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> tersebut tidak pernah surut. Padahal, pada saat itu Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> telah menjadi
seorang yang berusia lanjut.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Marwan datang kepadanya dan berkata, “<i>Ulurkanlah tangan anda agar kami berbaiat! Anda adalah pemimpin Islam
dan putra pemimpin Islam!</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> menjawab, </span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Apa yang akan
kita lakukan terhadap orang dari wilayah timur (masyriq)?</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">“</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Kita gempur mereka sampai mau
berbaiat</i>” jawab Marwan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
“<i>Demi Allah, saya tidak sudi dalam
umur saya yang sudah 70 tahun ini ada seorang manusia yang terbunuh karena
saya.</i>”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Marwan akhirnya pergi sambil menyenandungkan syair:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Aku melihat hingga api fitnah berkobar hingga puncaknya</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Sepeninggal Abu Laila </span></i><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 10pt;"><Mu’awiyah bin
Yazid></span></i><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, kerajaan akan berada di tangan yang
kuat lagi perkasa</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Penolakan untuk menggunakan kekerasan dan senjata inilah yang
menyebabkan Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> tidak ingin ikut campur dan bersikap netral dalam
kekalutan bersenjata yang terjadi di antara pengikut Ali</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> dan pendukung Mu’awiyah</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">.
Dia mengambil kalimat-kalimat berikut sebagai semboyan dan prinsipnya:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Siapa yang berkata,”Marilah shalat” akan aku penuhi.</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Dan siapa yang berkata, “Marilah menuju kebahagiaan”, akan aku turuti
pula.</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Tetapi siapa yang mengatakan, “Marilah membunuh saudaramu seagama dan
merampasnya!” maka aku akan katakan TIDAK.</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Meski Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> yang sudah mengambil sikap menjauh dari urusan
kekhalifahan itu dan menunjukkan ketidakberpihakan, ancaman kebathilan tetap
saja tidak luput darinya. Telah lama sekali Mu’awiyah</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> yang ketika itu berada
di puncak kejayaannya melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan dan
membingungkannya, bahkan Mu’awiyah</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> mengancam akan membunuhnya </span><i style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 10pt;"><Tuduhan yang dikemukan Khalid di sini sangat
serius, karena terkait kehormatan seorang shahabat Nabi, disamping tidak
diketahui dasarnya—edt.>.</span></i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px;"> </span><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">padahal, Ibnu Umaar selalu bersemboyan, “<i>Seandainya antara diriku dan seseorang ada
hubungan, walau hanya sebesar rambut, itu tidak akan putus.</i>”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Suatu hari, Al-Hajjaj tampil berpidato, “<i>Ibnu Zubair</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> telah menyimpangkan kitabullah!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> berteriak menentangnya, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Bohong,
kamu dusta!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Al-Hajjaj yang selama ini telah ditakuti oleh siapa pun juga merasa
terpukul mendapatkan serangan tiba-tiba. Tetapi, ia melanjutkan pembicaraan dengan
mengancamnya akan memberikan balasan yang seburuk-buruknya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> mengacungkan tangannya ke muka Al-Hajjaj, dan di hadapan
orang-orang yang semuanya merasa takjub, ia menjawab, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Jika ancamanmu itu kamu laksanakan, sungguh itu tidak aneh karena
engkau adalah seorang dictator yang biadab!</i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">” tetapi, meski sekeras dan
sebesar apa pun keberanian Ibnu Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">, sampai akhir hayat ia selalu ingin agar
tidak terlibat dalam fitnah bersenjata itu dan menolak untuk berpihak kepada
salah satu golongan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Abu Al-‘Aliyah Al-Bara’</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> berkata, <i>“Suatu
hari saya berjalan di belakang Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><i> tanpa diketahui olehnya. Saya dengar
ia berbicara kepada dirinya, ‘Mereka meletakkan pedang-pedang di atas
pundak-pundak orang lain, mereka saling membunuh lalu berkata, ‘Wahai Abdullah
Bin Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, ulurkanlah bantuanmu.’</i></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><i><br /></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Dia sangat menyesal dan berduka
melihat darah kaum Muslimin tertumpah oleh sesamanya. Seandainya ia maampu
menghentikan peperangan dan menjaga darah agar tidak tertumpah, ia pasti
melakukannya. Tetapi, peristiwa yang terjadi di luar kemampuannya, sehingga ia
lebih memilih untuk menjauhinya.</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> Hati kecilnya sejatinya
berpihak kepada Ali</span></i><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">, bahkan tampak pada Ibnu Umar</span></i><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> yakin Ali</span></i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> berada di pihak
yang benar. Terbukti, pada akhir hayatnya, diriwayatkan bahwa ia berkata,
‘Tiada sesuatu pun yang aku sesali karena tidak ku peroleh di dunia ini,
kecuali satu hal; aku sangat menyesal tidak mendampingi Ali</span></i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> saat memerangi
golongan yang melampaui batas!’.”</span></i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> </span></i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Penolakannya berperang di pihak Ali</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">,
yang sebenarnya mempertahankan kebenaran dan berada di pihak yang benar,
dilakukannya bukan dengan maksud hendak lari atau menyelamatkan diri, melainkan
karena tidak setuju dengan semua perselisihan dan fitnah itu, serta menghindari
peperangan yang terjadi bukan antara Muslim dan musyrik, melainkan antara
sesama Muslim, yang saling menerkam saudaranya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Hal itu dijelaskan secara gambling ketika Nafi’ bertanya kepadanya, “<i>Wahai Abu Abdirrahman, anda adalah putra
Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> dan shahabat Rasulullah</i></span><span style="color: #444444; font-size: 12pt; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><img src="http://www.elahmad.com/sahaba/salla.gif" style="color: #444444; font-size: large; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px;" title="صلى الله عليه وسلم" /><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">. Anda lebih tahu dalam hal ini, tetapi apa yang
menghalangi anda untuk bertindak?—maksudnya membela Ali</i></span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">”</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"> menjawabnya dengan ungkapan, “</span><i style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Alasannya, karena Allah Ta’ala telah mengharamkan atasku menumpahkan
darah Muslim!</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;">Allah berfirman:</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #0d0d0d; font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 26.5pt;">وَقَاتِلُوهُمْ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">حَتَّىٰ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">تَكُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">فِتْنَةٌ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">وَيَكُونَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الدِّينُ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">لِلَّهِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">ۖ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">فَإِنِ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">انْتَهَوْا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">فَلَا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">عُدْوَانَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">إِلَّا</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">عَلَى</span><span style="font-size: 26.5pt;"> </span><span style="font-size: 26.5pt;">الظَّالِمِينَ</span><span style="font-size: 26.5pt;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Dan perangilah mereka itu,
sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan
(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. <br />
</span><span style="font-size: 7.5pt;">QS:Al-Baqarah | Ayat: 193.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 7.5pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="font-size: 12pt;"> Kita telah melakukan itu dan memerangi
orang-orang musyrik, hingga agama hanya untuk Allah semata. Tetapi, sekarang,
apa tujuan kita berperang?</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="font-size: 12pt;"> Aku telah memulai berperang sejak
berhala-berhala masih memenuhi Al-Masjid Al-Haram dari pintu sampai ke
sudut-sudutnya, hingga akhirnya semua itu dibasmi Allah dari Tanah Arab.
Sekarang, apakan aku akan memerangi orang yang mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH?</span></i><i><span style="font-size: 12pt;">”</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<i><span style="font-size: 12pt;"> </span></i><span style="font-size: 12pt;">Itulah logika, argument, dan
keyakinan Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">. Jadi, ia menghindari peperangan dan tidak ingin terlibat
dalam hal itu, bukanlah karena takut atau hal-hal negative lainnya, melainkan
tidak menyetujui perang saudara antara sesama orang beriman, dan menentang
tindakan seorang Muslim yang menghunus pedang terhadap Muslim lainnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;"> dikaruniai usia lanjut dan mengalami saat pintu-pintu
keduniaan terbuka lebar bagi kaum Muslimin. Harta melimpah ruah, jabatan
beraneka ragam, dan angan-angan manusia melambung tinggi. Namun, kekuatan
psikologisnya yang luar biasa mampu mengubah racun pada zamannya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Kondisi zaman itu memang penuh dengan segala macam keinginan, fitnah dan
harta benda, bagi dirinya justru diubah menjadi zaman yang diliputi oleh
kezuhudan dan kesalehan. Dia menjalani masa itu sebagai orang yang tekun
beribadah dan selalu dekat dengan Sang Pencipta, dengan penuh keyakinan.
Kehidupannya diisi sepenuhnya dengan kegiatan tersebut. Karakternya yang agung,
yang telah dibentuk oleh Islam pada masa-masanya yang gemilang dan tinggi
menjulang, tidak tergoyahkan sedikit pun.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Corak kehidupan mengalami perubahan bersamaan dengan awal masa kekuasaan
Dinasti Umayyah, tidak ada seorang pun yang dapat lari dari perubahan tersebut.
Masa itu bias dikatakan sebagai masa kelonggaran dalam segala hal; kelonggaran
yang bukan hanya bisa menuruti semua keinginan pemerintah, melainkan juga
keinginan-keinginan pribadi dan golongan. Di tengah-tengah badai godaan dunia
dan pasukan masa yang penuh dengan keluasan, kekayaan, dan kemegahannya, Ibnu
Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;"> tetap bertahan dengan segala keutamaannya, tidak menghiraukan semua itu,
dan tetap melanjutkan pengembangan jiwanya yang besar.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Sungguh, ia telah berhasil menjaga tujuan mulia dari kehidupannya
seperti yang diharapkannya, hingga orang-orang yang hidup semasa dengannya
melukiskannya dengan ungkapan, “<i>Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt;"> telah meninggal dunia, dan dalam hal keutamaan ia tidak ubahnya seperti Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">.”</i><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">
Bahkan, ketika menyaksikan sifat dan akhlaknya yang mengagumkan itu, mereka
membandingkannya dengan Umar</span></span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">, yaitu ayahnya yang berpribadi besar. Mereka
berkata, “</span><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">Umar</i></span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt;"> hidup pada masa yang waktu
itu banyak tokoh yang menjadi saingannya, sedangkan Ibnu Umar</i></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 14pt; line-height: 20.796875px; margin: 0px; padding: 0px;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;"> hidup pada masa
yang waktu itu tidak ditemui siapa yang menandinginya.</i><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">”</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Perbandingan itu terlalu berlebihan, tetapi dapat dimaafkan terhadap
orang seperti Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">. Adapun Umar</span></span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 20.7969px;">, tidak seorang pun dapat disejajarkan
dengannya, tidak mungkin ada bandingannya di setiap masa dari kaum manapun
juga.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-size: 12pt;">
Pada tahun 73 H, ketika sang surya telah condong ke barat hendak
memasuki peraduannya, sebuah kapal keabadian telah mengangkat sauh dan mulai
berlayar ke alam lain dan <i>Ar-Rafiq
Al-A’la </i></span><i><span style="font-size: 10pt;"><Istilah
ini, jika diterjemahkan, menyesuaikan konteksnya. Biasanya dimaksudkan untuk
kekasih tertinggi, surga, atau Allah—edt.></span></i><span style="font-size: 12pt;">, membawa sosok tubuh salah
seorang tokoh teladan terakhir mewakili zaman wahyu di Mekkah dan Madinah,
yaitu jasad Abdullah bin Umar bin Al-Khatthab</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">. Adapun tokoh dari kalangan
shahabat yang terakhir wafat adalah </span><i style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">Anas
bin Malik </i><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt;">yang meninggal di Bashrah pada tahun 91 atau 93 H.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Selamat jalan Ibnu Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Semoga Allah merahmatimu ya Ibnu
Umar</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; color: #444444; font-size: 14pt; line-height: 20.7969px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img height="14" src="http://www.islamdoor.com/k/radia-icon.gif" style="margin: 0px; padding: 0px;" width="30" /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Perubahan zaman tak mempengaruhi
sifatmu yang zuhud dan saleh.</span></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-52489266753068557822018-09-22T03:16:00.005-07:002018-09-22T03:19:48.294-07:00Bilal bin Rabah<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"></span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ketika Rasulullah</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i> Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alalfalaahi</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">. Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>id</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i> istisqa’ </i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">(mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal menyertai Nabi </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ketika Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i> Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam, </i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi </i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">(Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> masuk ke kota Mekah..</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> hidup. Selama itu pula, Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Sesaat setelah Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi </i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">(Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Sejak kepergian Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah</span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i> Shalallahu ‘alaihi wasallam</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> wafat.”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Radhiallahu ‘anhu</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"> setelah terpisah cukup lama.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shalallahu ‘alaihi wasallam.</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">.Bilal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.</span><br />
<span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">Disalin dari Biografi Ahlul Hadits, yang bersumber dari </span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;"><i>Shuwar min Hayaatis Shahabah</i></span><span style="color: black; font-family: 'Segoe UI'; font-size: 12pt;">, karya Doktor ‘Abdurrahman Ra’fat Basya</span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">===========</span></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pertama kali yang terbesit di benak penulis ketika hendak mengisahkan tentang muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Bilal bin Rabah radhiallahu ‘anhu, adalah sejak 15 abad yang lalu Islam telah menyerukan persamaan harkat dan derajat manusia, apapun ras dan suku bangsanya, apapun warna kulitnya, dan apapun status sosialnya, yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan kepada Allah. <br /><br />Sedangkan orang-orang Barat di abad 18 (3 abad yang lalu), masih berpikir bahwa orang kulit hitam adalah hewan bukan manusia. Mereka memperlakukan orang-orang kulit hitam dengan kejam, lebih kejam dari hewan, tidak ada hak bagi orang-orang kulit hitam, membunuh dan menyiksa mereka bukanlah dosa dan dianggap perbuatan biasa. Bahkan sampai hari ini, rasisme terhadap orang-orang negroid masih bercokol di benak sebagian masyarakat Eropa dan Amerika, yang mereka tahu pisanglah makanan pokok bagi orang-orang kulit berwarna ini. Uniknya, dalam keadaan mereka yang demikian, mereka mengkritisi Islam tentang perbudakan dan persamaan harkat dan derajat manusia. <br /><br />Baiklah, bercerita tentang Bilal bin Rabah, tentu yang pertama kita ingat bahwa beliau radhiallahu ‘anhu adalah seorang muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suaranya lantang terdengar ketika waktu-waktu shalat datang, sebagai panggilan bagi orang-orang yang beriman. Dia adalah seorang laki-laki kulit hitam yang pernah mengalami kejamnya perbudakan lalu mendapatkan kebebasan serta kedudukan yang tinggi dengan datangnya Islam. <br /><br />Profil Bilal <br /><br />Dia adalah Bilal putra dari Rabah dan ibunya bernama Humamah, seorang laki-laki Habasyah yang lahir 3 tahun –atau kurang dari itu- setelah tahun gajah, ada juga yang mengatakan 43 tahun sebelum hijrah sebagaimana termaktub dalam Shuwar min Hayati ash-Shahabah. Kulit Bilal legam, badannya kurus tinggi dan sedikit bungkuk serta rambutnya lebat. Ia bukanlah dari kalangan bangsawan, Abu Bakar membelinya –masih dengan status budak- lalu membebaskannya. <br /><br />Keislamannya <br /><br />Bilal termasuk orang yang pertama memeluk Islam. Diriwayatkan, saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu beruzlah di gua, lewatlah Bilal yang sedang menggembala kambing-kambing milik Abdullah bin Jad’an. Saat Rasulullah melihat Bilal yang sedang bersama kambing-kambing tersebut beliau berkata, “Wahai penggembala, apakah engkau memiliki susu?” Bilal menjawab, “Tidak ada, hanya kambing ini saja. Apabila kalian mau, kusisihkan susunya hari ini untuk kalian.” Rasulullah berkata, “Bawa kemari kambingmu itu.” <br /><br />Setelah Bilal mendekat, Rasulullah berdoa dengan membawa sebuah bejana yang besar, lalu memerah susu kambing dan memenuhi bejana tersebut. Beliau meminumnya hingga kenyang. Setelah itu memerah kembali susunya hingga bejana penuh, lalu memberikannya kepada Abu Bakar hingga Abu Bakar kenyang. Kemudian memerahnya kembali sampai bejana terisi penuh dan menyerahkannya kepada Bilal. Bilal pun meminumnya hingga kenyang. <br /><br />Kemudian Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Apakah engkau telah mengenal Islam? Sesungguhnya aku adalah utusan Allah.” Bilal pun memeluk Islam berkat dakwah Rasulullah tersebut dan memerintahkan Bilal agar menyembunyikan keislamannya. Bilal pun pulang dengan kambingnya yang kantung susunya mengembung penuh. Sepulangnya dari penggembalaan Bilal menemui pemilik kambing, lalu sang pemilik mengatakan, “Engkau telah menggembalakannya dengan baik, ambillah kambing itu untukmu.” <br /><br />Selama beberapa hari kemudian, Bilal tetap menemui Rasulullah untuk menyajikan susu kambing dan belajar Islam kepada beliau, sampai akhirnya orang-orang kafir Mekah mengetahui keislamannya. Mereka menyiksa Bilal dengan siksaan yang berat. <br /><br />Kedudukan Bilal <br /><br />Derap langkah Bilal terdengar di surga: Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah berkata, <br /><br /> عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ بِلاَلٌ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِيْ مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوْرًا تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ (رواه مسلم) <br /><br />Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah bersabda kepada Bilal setelah menunaikan shalat subuh, ‘Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga.’ Bilal radhiyallahu ‘anhu menjawab, ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunat) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.’ (HR. Muslim). <br /><br />Orang pertama yang mengumandangkan adzan: Dari Zaid bin Arqam berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, <br /><br /> نعم المرء بلال، هو سيد المؤذنين، ولا يتبعه إلا مؤذن، والمؤذنون أطول الناس أعناقًا يوم القيامة <br /><br />“Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muadzin dan tidaklah mengikutinya kecuali para muadzin. Para muadzin adalah orang-orang yang panjang lehernya di hari kiamat.” <br /><br />Orang pertama yang menampakkan keislaman: Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Ada tujuh orang yang pertama-tama menampakkan keislamannya: (1) Rasulullah, (2) Abu Bakar (3) Ammar dan, (4) ibunya Sumayyah, (5) Shuhaib, (6) Bilal, (7) Miqdad. Rasulullah dilindungi oleh pamannya dan Abu Bakar dilindungi oleh kaumnya. Adapun selain keduanya disiksa oleh orang-orang musyrik Quraisy, mereka dipakaikan pakaian dari besi lalu dijemur di terik matahari. Mereka semua yang disiksa akhirnya menuruti apa yang diinginkan kafir Quraisy (mengucapkan kalimat kufur walaupun keimanan tetap berada di hati mereka) kecuali Bilal, ia menundukkan dirinya di jalan Allah…” <br /><br />Wafatnya Bial <br /><br />Ketika ajal telah dekat, Bilal memanggil istrinya dan berkata, “Alangkah gembiranya aku, besok aku akan berjumpa dengan kekasihku, Rasulullah dan sahabatnya.” <br /><br />Bilal wafat di Damaskus pada tahun 20 H. Saat itu ia berusia 60 sekian tahun. <br /><br />Sumber: Islamstory.com</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-66213710342505933522018-09-22T03:09:00.000-07:002018-09-22T03:09:08.514-07:00Abu Dzar Al-Ghifari<br /><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dari Abdullah bin Ash-Shamit, ia mengatakan bahwa Abu Dzar menuturkan, “Kami keluar dari kaum kami (Ghifar), dan mereka menghalalkan bulan suci. Aku keluar bersama adikku, Unais, dan ibu kami. Kami singgah di rumah paman kami (dari pihak ibu). Paman memuliakan kami dan berbuat baik kepada kami, sehingga kaumnya iri hati terhadap kami. Kata mereka, ‘Jika kamu pergi meninggalkan keluargamu, maka Unais memimpin mereka.’ Kemudian pamanku datang lalu menyampaikan kepada kami apa yang dikatakan kepadanya. Mendengar hal itu kami mengatakan, ‘Kebaikan yang anda perbuat selama ini telah anda cemari. Kami tidak bisa meneruskan hubungan lagi denganmu.’<br /><br /> Kemudian kami mendekati sekawanan unta kami dan kami menungganginya. Sedangkan paman kami menutup wajahnya dengan pakaiannya sambil menangis. Kami pun pergi sehingga kami tiba di gerbang kota Mekkah. Unais membangga-banggakan sekawanan unta kami dibandingkan unta lainnya. Keduanya lalu pergi kepada seorang dukun (sebagai hakim untuk memutuskan keduanya siapa yang lebih baik), lalu hakim tersebut menilai milik Unaislah yang terbaik. Lalu Unais datang kepada kami dengan membawa sekawanan unta kami bersama unta lainnya. <br /><br />Ia mengatakan, ‘Aku sudah melaksanakan shalat, wahai saudaraku, tiga tahun sebelum aku bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Aku bertanya, ‘Karena siapa?’ Ia menjawab, ‘Karena Allah.’ Aku bertanya, ‘Kemana kamu menghadap?’ Ia menjawab, ‘Aku menghadap di mana Tuhanku menghadap kepadaku. Aku shalat isya’ hingga ketika akhir malam, aku terhempas seolah-olah aku pakaian, hingga matahari terbit.’ <br /><br />Unais berkata, ‘Aku perlu pergi ke Makkah, berilah aku bekal.’ Ia pun berangkat hingga sampai di Makkah, dan cukup lama meninggalkanku. Kemudian ia kembali, maka aku bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di Makkah?’ Ia menjawab, ‘Di Makkah aku bertemu dengan seorang laki-laki yang beragama seperti kamu, yang menyangka bahwa Allah telah mengutusnya (sebagai rasul).’ Aku bertanya, ‘Apa yang dikatakan orang-orang?’ Mereka mengatakannya sebagai penyair, dukun dan penyihir.’ Unais adalah seorang penyair. <br /><br />Kata Unais, ‘Aku telah mendengar ucapan-ucapan para dukun, tetapi ucapan orang ini tidak seperti ucapan mereka. Aku telah membandingkan ucapannya dengan cara (yang ditempuh) para penyair, tetapi tidak ada yang sesuai dengan ucapan seorang pun, bahwa itu syair. Demi Allah, ia benar dan mereka berdusta’.” <br /><br />Aku katakan, ‘Berilah aku bekal untuk pergi ke Makkah dan melihat orang itu.’ Aku pun tiba di Makkah, dan mencari orang yang paling lemah di antara mereka, lalu aku bertanya, ‘Di manakah orang yang kamu katakan sebagai Shabi’ (pembawa agama) itu?’ Ia mengisyaratkan kepadaku seraya mengatakan, ‘(Kamu) shabi’.’ Maka penduduk lemah itu melempariku dengan batu dan tulang sehingga aku jatuh pingsan. <br /><br />Ketika aku terbangun, seolah-olah aku batu merah karena banyaknya darah di tubuhku. Kemudian aku menuju sumur Zam-zam untuk membersihkan darah dari tubuhku dan minum airnya. Aku sudah berada ditempat ini, wahai anak saudaraku, selama 30 hari 30 malam, tanpa memakan sesuatu pun selain air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga hilang lekukan perutku dan aku tidak pernah merasa lemah karena kelaparan. <br /><br />Tatkala penduduk Makkah di malam purnama yang terang benderang, ketika mereka telah tidur, tidak ada seorang pun yang thawaf di Ka`bah, selain dua orang wanita yang bernama Isaf dan Na’ilah. <br /><br />Lalu keduanya datang kepadaku dalam thawaf keduanya, maka aku katakan, ‘Nikahlah salah satu dari kalian.’ keduanya mengomel tidak karuan. Lalu keduanya datang kepadaku, maka aku katakan, ‘Aku lelaki perkasa.’ Kemudian keduanya pergi sambil mencaci maki dan mengatakan, ‘Seandainya di sini ada seseorang dari para pembela kami.’ <br /><br />Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar menyambut keduanya, saat keduanya turun. Beliau bertanya, ‘Ada apa dengan kalian berdua?’ Keduanya menjawab, ‘Ada shabi’ di antara Ka’bah dengan penutupnya.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang diucapkan kepada kalian berdua?’ Ia menjawab, ‘Ia mengatakan kepada kami dengan ucapan yang tidak pantas.’ <br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang hingga mencium hajar Aswad. Beliau thawaf di Baitullah beserta sahabatnya, kemudian mengerjakan shalat. Setelah menyelesaikan shalatnya, -Abu Dzar mengatakan, ‘Aku adalah mula-mula orang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam-, maka aku mengucapkan, ‘As-Salamu `alaika, ya Rasulallah!’ Beliau menjawab, ‘Wa `alaika wa rahmatullah.‘ Kemudian beliau bertanya, ‘Siapa kamu?’ Aku menjawab, ‘Dari Ghifar.’ <br /><br />Tapi, lanjut Abu Dzar, beliau menarik tangannya dan meletakkan jarinya pada dahinya. Aku bergumam dalam hatiku, ‘Mungkin beliau tidak suka jika aku menyebut Ghifar.’ Aku pun pergi untuk memegang tangan beliau tapi sahabatnya menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertanya, ‘Sejak kapan kamu berada di sini?’ Aku menjawab, ‘Sejak 30 hari 30 malam yang lalu.’ Beliau bertanya, ‘Siapa yang memberimu makan?’ Aku menjawab, ‘Aku tidak pernah memakan makanan kecuali air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Air Zam-zam itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang mengenyangkan.’ <br /><br />Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku malam ini untuk menjamunya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar pergi, dan aku ikut pergi bersama keduanya. (Setelah sampai rumahnya) Abu Bakar membuka pintu dan menyuguhkan kepada kami kismis Tha’if. Itulah jamuan pertama yang aku santap. Kemudian aku boleh pergi sesukaku. Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak melihatnya kecuali Yatsrib; apakah kamu sudi menyampaikan kepada kaummu tentang dakwahku? Mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka berkat dakwahmu dan memberi pahala kepadamu karena mendakwahi mereka.’ <br /><br />Kemudian aku mendatangi Unais, maka ia bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di sana?’ Aku menjawab, ‘Yang aku perbuat ialah bahwasanya aku telah masuk Islam dan beriman.’ Unais berkata, ‘Aku tidak membenci agamamu. Sebab aku sudah masuk Islam dan beriman.’ Lalu kami menemui ibu kami, maka ibu mengatakan, ‘Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman.’ Kemudian kami berangkat hingga datang pada kaum kami, Ghifar. Maka, sebagian dari suku Ghifar masuk Islam. Mereka dipimpin oleh ‘Ima’ bin Ruh-shah al-Ghifari, sesepuh mereka. <br /><br />Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, ‘Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madinah, maka kami akan masuk Islam.’ Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisa masuk ke dalam Islam. Mereka datang untuk masuk Islam seraya mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah masuk Islam, maka kami pun masuk Islam.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa, ‘Semoga suku Ghifar mendapatkan ampunan Allah. Dan suku Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka.” (Muslim, No. 2473.) <br /><br />Sumber : 99 Kisah Orang Shalih </span></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-54092401421868825122018-09-22T03:04:00.001-07:002018-09-22T03:04:27.022-07:00Salman Al-Farisi<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Abdullah bin Abbas Radhiallaahu ‘anhu berkata, “Salman al-Farisi menceritakan biografinya kepadaku dari mulutnya sendiri. Dia berkata, ‘Aku seorang lelaki Persia dari Isfahan, warga suatu desa bernama Jai. Ayahku adalah seorang tokoh masyarakat yang mengerti pertanian. Aku sendiri yang paling disayangi ayahku dari semua makhluk Allah. Karena sangat sayangnya aku tidak diperbolehkan keluar rumahnya, aku diminta senantiasa berada di samping perapian, aku seperti seorang budak saja. <br /><br />Aku dilahirkan dan membaktikan diri di lingkungan Majusi, sehingga aku sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya api dan tidak membiarkannya padam. <br /><br />Ayahku memiliki tanah perahan yang luas. Pada suatu hari beliau sibuk mengurus bangunan. Beliau berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, hari ini aku sibuk di bangunan, aku tidak sempat mengurus tanah, cobalah engkau pergi ke sana!’ Beliau menyuruhku melakukan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. <br /><br />Aku keluar menuju tanah ayahku. Dalam perjalanan aku melewati salah satu gereja Nasrani. Aku mendengar suara mereka yang sedang sembahyang. Aku sendiri tidak mengerti mengapa ayahku mengharuskan aku tinggal di dalam rumah saja (melarang aku keluar rumah). <br /><br />Tatkala aku melewati gereja mereka, dan aku mendengar suara mereka sedang shalat maka aku masuk ke dalam gereja itu untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan? <br /><br />Begitu aku melihat mereka, aku kagum dengan shalat mereka, dan aku ingin mengetahui peribadatan mereka. Aku berkata dalam hati, ‘Demi Allah, ini lebih baik dari agama yang kita anut selama ini.’ <br /><br />Demi Allah, aku tidak beranjak dari mereka sampai matahari terbenam. Aku tidak jadi pergi ke tanah milik ayahku. Aku bertanya kepada mereka, ‘Dari mana asal usul agama ini?’ Mereka menjawab, ‘Dari Syam (Syiria).’ <br /><br />Kemudian aku pulang ke rumah ayahku. Padahal ayahku telah mengutus seseorang untuk mencariku. Sementara aku tidak mengerjakan tugas dari ayahku sama sekali. Maka ketika aku telah bertemu ayahku, beliau bertanya, ‘Anakku, ke mana saja kamu pergi? <br /><br />Bukankah aku telah berpesan kepadamu untuk mengerjakan apa yang aku perintahkan itu?’ Aku menjawab, ‘Ayah, aku lewat pada suatu kaum yang sedang sembahyang di dalam gereja, ketika aku melihat ajaran agama mereka aku kagum. Demi Allah, aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam.’ <br /><br />Ayahku menjawab, ‘Wahai anakku, tidak ada kebaikan sedikitpun dalam agama itu. Agamamu dan agama ayahmu lebih bagus dari agama itu.’ Aku membantah, ‘Demi Allah, sekali-kali tidak! Agama itu lebih bagus dari agama kita.’ Kemudian ayahku khawatir dengan diriku, sehingga beliau merantai kakiku, dan aku dipenjara di dalam rumahnya. <br /><br />Suatu hari ada serombongan orang dari agama Nasrani diutus menemuiku, maka aku sampaikan kepada mereka, ‘Jika ada rombongan dari Syiria terdiri dari para pedagang Nasrani, maka supaya aku diberitahu.’ Aku juga meminta agar apabila para pedagang itu telah selesai urusannya dan akan kembali ke negrinya, memberiku izin bisa menemui mereka. <br /><br />Ketika para pedagang itu hendak kembali ke negrinya, mereka memberitahu kepadaku. Kemudian rantai besi yang mengikat kakiku aku lepas, lantas aku pergi bersama mereka sehingga aku tiba di Syiria. <br /><br />Sesampainya aku di Syiria, aku bertanya, ‘Siapakah orang yang ahli agama di sini?’ Mereka menjawab, ‘Uskup (pendeta) yang tinggal di gereja.’ Kemudian aku menemuinya. Kemudian aku berkata kepada pendeta itu, ‘Aku sangat mencintai agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu, aku akan membantumu di gerejamu, agar aku dapat belajar denganmu dan sembahyang bersama-sama kamu.’ Pendeta itu menjawab, ‘Silahkan.’ <br /><br />Maka akupun tinggal bersamanya. <br /><br />Ternyata pendeta itu seorang yang jahat, dia menyuruh dan menganjurkan umat untuk bersedekah, namun setelah sedekah itu terkumpul dan diserahkan kepadanya, ia menyimpan sedekah tersebut untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada orang-orang miskin, sehingga terkumpullah 7 peti emas dan perak. <br /><br />Aku sangat benci perbuatan pendeta itu. Kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani pun berkumpul untuk mengebumikannya. Ketika itu aku sampaikan kepada khalayak, ‘Sebenarnya, pendeta ini adalah seorang yang berperangai buruk, menyuruh dan menganjurkan kalian untuk bersedekah. Tetapi jika sedekah itu telah terkumpul, dia menyimpannya untuk dirinya sendiri, tidak memberikannya kepada orang-orang miskin barang sedikitpun.’ <br /><br />Mereka pun mempertanyakan apa yang aku sampaikan, ‘Apa buktinya bahwa kamu mengetahui akan hal itu?’ Aku menjawab, ‘Marilah aku tunjukkan kepada kalian simpanannya itu.’ Mereka berkata, Baik, tunjukkan simpanan tersebut kepada kami.’<br /> Lalu Aku memperlihatkan tempat penyimpanan sedekah itu. Kemudian mereka mengeluarkan sebanyak 7 peti yang penuh berisi emas dan perak. Setelah mereka menyaksikan betapa banyaknya simpanan pendeta itu, mereka berkata, ‘Demi Allah, selamanya kami tidak akan menguburnya.’ Kemudian mereka menyalib pendeta itu pada tiang dan melempari jasadnya dengan batu. <br /><br />Kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya. Aku tidak pernah melihat seseorang yang tidak mengerjakan shalat lima waktu (bukan seorang muslim) yang lebih bagus dari dia, dia sangat zuhud, sangat mencintai akhirat, dan selalu beribadah siang malam. Maka aku pun sangat mencintainya dengan cinta yang tidak pernah aku berikan kepada selainnya. Aku tinggal bersamanya beberapa waktu. <br /><br />Kemudian ketika kematiannya menjelang, aku berkata kepadanya, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersamamu, dan aku sangat mencintaimu, belum pernah ada seorangpun yang aku cintai seperti cintaku kepadamu, padahal sebagaimana kamu lihat, telah menghampirimu saat berlakunya taqdir Allah, kepada siapakah aku ini engkau wasiatkan, apa yang engkau perintahkan kepadaku?’ <br /><br />Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, sekarang ini aku sudah tidak tahu lagi siapa yang mempunyai keyakinan seperti aku.<br /> Orang-orang yang aku kenal telah mati, dan masyarakatpun mengganti ajaran yang benar dan meninggalkannya sebagiannya, kecuali seorang yang tinggal di Mosul (kota di Irak), yakni Fulan, dia memegang keyakinan seperti aku ini, temuilah ia di sana!’ <br /><br />Lalu tatkala ia telah wafat, aku berangkat untuk menemui seseorang di Mosul. Aku berkata, ‘Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan kepadaku menjelang kematiannya agar aku menemuimu, dia memberitahuku bahwa engkau memiliki keyakinan sebagaimana dia.’ <br /><br />Kemudian orang yang kutemui itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku. Aku pun hidup bersamanya.’ Aku dapati ia sangat baik sebagaimana yang diterangkan Si Fulan kepadaku. Namun ia pun dihampiri kematian. Dan ketika kematian menjelang, aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Fulan, ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepadamu dan agar aku menemuimu, kini taqdir Allah akan berlaku atasmu sebagaimana engkau maklumi, oleh karena itu kepada siapakah aku ini hendak engkau wasiatkan? Dan apa yang engkau perintahkan kepadaku?’ <br /><br />Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tak ada seorangpun sepengetahuanku yang seperti aku kecuali seorang di Nashibin (kota di Aljazair), yakni Fulan. Temuilah ia!’ <br /><br />Maka setelah beliau wafat, aku menemui seseorang yang di Nashibin itu. Setelah aku bertemu dengannya, aku menceritakan keadaanku dan apa yang di perintahkan si Fulan kepadaku. <br /><br />Orang itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’ Sekarang aku mulai hidup bersamanya. Aku dapati ia benar-benar seperti si Fulan yang aku pernah hidup bersamanya. Aku tinggal bersama seseorang yang sangat baik. <br /><br />Namun, kematian hampir datang menjemputnya. Dan di ambang kematiannya aku berkata, ‘Wahai Fulan, Ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, dan kemarin Fulan mewasiatkan aku kepadamu? Sepeninggalmu nanti, kepada siapakah aku akan engkau wasiatkan? Dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?’ <br /><br />Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tidak ada seorangpun yang aku kenal sehingga aku perintahkan kamu untuk mendatanginya kecuali seseorang yang tinggal di Amuria (kota di Romawi). Orang itu menganut keyakinan sebagaimana yang kita anut, jika kamu berkenan, silahkan mendatanginya. Dia pun menganut sebagaimana yang selama ini kami pegang.’ <br /><br />Setelah seseorang yang baik itu meninggal dunia, aku pergi menuju Amuria. Aku menceritakan perihal keadaanku kepadanya. Dia berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’ <br /><br />Akupun hidup bersama seseorang yang ditunjuk oleh kawannya yang sekeyakinan. <br /><br />Di tempat orang itu, aku bekerja, sehingga aku memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Kemudian taqdir Allah pun berlaku untuknya. Ketika itu aku berkata, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersama si Fulan, kemudian dia mewasiatkan aku untuk menemui Si Fulan, kemudian Si Fulan juga mewasiatkan aku agar menemui Fulan, kemudian Fulan mewasiatkan aku untuk menemuimu, sekarang kepada siapakah aku ini akan engkau wasiatkan?dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?’ <br /><br />Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mengetahui seorangpun yang akan aku perintahkan kamu untuk mendatanginya. Akan tetapi telah hampir tiba waktu munculnya seorang nabi, dia diutus dengan membawa ajaran nabi Ibrahim. Nabi itu akan keluar diusir dari suatu tempat di Arab kemudian berhijrah menuju daerah antara dua perbukitan. Di antara dua bukit itu tumbuh pohon-pohon kurma. Pada diri nabi itu terdapat tanda-tanda yang tidak dapat disembunyikan, dia mau makan hadiah tetapi tidak mau menerima sedekah, di antara kedua bahunya terdapat tanda cincin kenabian. Jika engkau bisa menuju daerah itu, berangkatlah ke sana!’ <br /><br />Kemudian orang inipun meninggal dunia. Dan sepeninggalnya, aku masih tinggal di Amuria sesuai dengan yang dikehendaki Allah. <br /><br />Pada suatu hari, lewat di hadapanku serombongan orang dari Kalb, mereka adalah pedagang. Aku berkata kepada para pedagang itu, ‘Bisakah kalian membawaku menuju tanah Arab dengan imbalan sapi dan kambing-kambingku?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku memberikan ternakku kepada mereka. <br /><br />Mereka membawaku, namun ketika tiba di Wadil Qura, mereka menzha-limiku, dengan menjualku sebagai budak ke tangan seorang Yahudi. <br /><br />Kini aku tinggal di tempat seorang Yahudi. Aku melihat pohon-pohon kurma, aku berharap, mudah-mudahan ini daerah sebagaimana yang disebutkan si Fulan kepadaku. Aku tidak biasa hidup bebas. <br /><br />Ketika aku berada di samping orang Yahudi itu, keponakannya datang dari Madinah dari Bani Quraidzah. Ia membeliku darinya. Kemudian membawaku ke Madinah. Begitu aku tiba di Madinah aku segera tahu berdasarkan apa yang disebutkan si Fulan kepadaku. Sekarang aku tinggal di Madinah. <br /><br />Allah mengutus seorang RasulNya, dia telah tinggal di Makkah beberapa lama, yang aku sendiri tidak pernah mendengar ceritanya karena kesibukanku sebagai seorang budak. Kemudian Rasul itu berhijrah ke Madinah. Demi Allah, ketika aku berada di puncak pohon kurma majikanku karena aku bekerja di perkebunan, sementara majikanku duduk, tiba-tiba salah seorang keponakannya datang menghampiri, kemudian berkata, ‘Fulan, <br /><br />Celakalah Bani Qailah (suku Aus dan Khazraj). Mereka kini sedang berkumpul di Quba’ menyambut seseorang yang datang dari Makkah pada hari ini. Mereka percaya bahwa orang itu Nabi.’ <br /><br />Tatkala aku mendengar pembicaraannya, aku gemetar sehingga aku khawatir jatuh menimpa majikanku. Kemudian aku turun dari pohon, dan bertanya kepada keponakan majikanku, ‘Apa tadi yang engkau katakan? Apa tadi yang engkau katakan?’ Majikanku sangat marah, dia memukulku dengan pukulan keras. Kemudian berkata, ‘Apa urusanmu menanyakan hal ini, Lanjutkan pekerjaanmu.’ <br /><br />Aku menjawab, ‘Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mencari kejelasan terhadap apa yang dikatakan. Padahal sebenarnya saya telah memiliki beberapa informasi mengenai akan diutusnya seorang nabi itu.’ <br /><br />Pada sore hari, aku mengambil sejumlah bekal kemudian aku menuju Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, ketika itu beliau sedang berada di Quba, lalu aku menemui beliau. Aku berkata, ‘Telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang shalih, engkau memiliki beberapa orang sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit sedekah, dan menurutku kalian lebih berhak menerima sedekahku ini daripada orang lain.’ <br /><br />Aku pun menyerahkan sedekah tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabat, ‘Silahkan kalian makan, sementara beliau tidak menyentuh sedekah itu dan tidak memakannya. Aku berkata, ‘Ini satu tanda kenabiannya.’ <br /><br />Aku pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, aku mendatangi beliau sambil berkata, ‘Aku memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa sedekah, sedangkan ini merupakan hadiah sebagai penghormatanku kepada engkau.’ <br /><br />Kemudian Rasulullah makan sebagian dari hadiah pemberianku dan memerintahkan para sahabat untuk memakannya, mereka pun makan hadiahku itu. Aku berkata dalam hati, ‘Inilah tanda kenabian yang kedua.’ <br /><br />Selanjutnya aku menemui beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di kuburan Baqi’ al-Gharqad, beliau sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabat, beliau mengenakan dua lembar kain, ketika itu beliau sedang duduk di antara para sahabat, aku mengucapkan salam kepada beliau. Kemudian aku berputar memperhatikan punggung beliau, adakah aku akan melihat cincin yang disebutkan Si Fulan kepadaku. <br /><br />Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku sedang memperhatikan beliau, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari kejelasan tentang sesuatu ciri kenabian yang disebutkan salah seorang kawanku. Kemudian beliau melepas kain selendang beliau dari punggung, aku berhasil melihat tanda cincin kenabian dan aku yakin bahwa beliau adalah seorang Nabi. Maka aku telungkup di hadapan beliau dan memeluknya seraya menangis. <br /><br />Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Geserlah kemari,’ maka akupun bergeser dan menceritakan perihal keadaanku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu ini wahai Ibnu Abbas. Kemudian para sahabat takjub kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam ketika mendengar cerita perjalanan hidupku itu.” <br /><br />Salman sibuk bekerja sebagai budak. Dan perbudakan inilah yang menyebabkan Salman terhalang mengikuti perang Badar dan Uhud. “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam suatu hari bersabda kepadaku, ‘Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!’ Maka majikanku membebaskan aku dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah. <br /><br />Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam mengumpulkan para sahabat dan bersabda, ‘Berilah bantuan kepada saudara kalian ini.’ Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10 pohon, masing-masing sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon. <br /><br />Setelah terkumpul Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku.’ Aku pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam dan memberitahukan perihalku. Kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di tangan beliau. Maka, demi jiwa Salman yang berada di TanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati. <br /><br />Untuk tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, aku masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang. Lantas beliau bersabda, ‘Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?’ Kemudian aku dipanggil beliau, lalu beliau bersabda, ‘Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu wahai Salman!’ <br /><br />Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam, bagaimana status emas ini bagiku? Rasulullah menjawab, ‘Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kebaikan kepadanya.’ Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di TanganNya, berat ukuran emas itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus aku serahkan kepada majikanku, dan aku dimerdekakan. <br /><br />Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dalam perang Khandaq, dan sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.” [1] <br /><br />PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK: <br />Di antara hasil/buah mentaati kedua orang tua adalah dicintai orang.<br />Masuk penjara, cekal, rantai adalah cara musuh Islam menghalangi kaum muslimin dalam menegakkan agama Allah.<br />Jika gigih memperjuangkan keimanan maka urusan dunia terasa ringan.<br />Berpegang pada keimanan lebih kokoh dari seluruh rayuan.<br />Hendaknya seorang mukmin senantiasa siap mental menghadapi segala kemungkinan.<br />Terkadang orang-orang jahat mengenakan pakaian/menampakkan diri sebagai orang baik-baik.<br />Jalan mencapai ilmu tidak bisa ditempuh melainkan dengan senantiasa dekat dengan orang yang berilmu.<br />Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah memberikan jalan keluar dari problematika hidupnya.<br />Takaran keimanan seseorang adalah mencintai dan membenci karena Allah.<br />Di antara akhlak terpuji para nabi adalah mau mendengarkan seseorang yang sedang berbicara dengan baik.<br />Seorang pemimpin hendaknya senantiasa memantau kondisi bawahannya.<br />Diperbolehkan membeli budak dari tawanan perang, menghadiahkan dan memerdekakannya.<br />Saling tolong menolong adalah gambaran dari wujud hidup bermasyarakat. <br /><br />________________ <br /><br />[1] HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir (6/222); Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat, 4/75; al-Baihaqi dalam al-Kubra, 10/323. <br /><br />[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: “61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat”, pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta]<br /><br /></span></span></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-19370315799125742872018-09-16T18:48:00.000-07:002018-09-16T18:48:16.407-07:00Mengenal Pribadi Nabi Ibrahim Alaihissalam<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah nabi yang namanya selalu kita sebut dalam shalat kita; Seorang nabi yang Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam termasuk kita disuruh untuk meneladani beliau Alaihissalam. Siapakah dan Bagaimanakah pribadi beliau Alaihissalam ?</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Berikut kami bawakan beberapa hal terkait pribadi beliau Alaihissalam yang kami sajikan dalam poin-poin.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">1</span>. <span style="font-weight: 700;">Beliau Alaihissalam termasuk para Nabi yang mendapatkan wahyu dari Allâh Azza wa Jalla.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.</em>.[An-Nisa’/4:163]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Bahkan beliau Alaihissalam termasuk para rasul yang mendapat gelar <em>ulul azmi</em>. Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.</em>.[Al-Ahzâb/33:7]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Juga firman Allâh Azza wa Jalla :</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka.</em> [Al-Ahqâb/46:35]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Ulul azmi Yaitu para rasul yang super sabar dalam menghadapi penentangan dan pembangkangan kaum mereka.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">2. Allâh Azza wa Jalla menakdirkan kenabian dari anak keturunan beliau Alaihissalam , sebagaimana keutamaan ini juga Allâh Azza wa Jalla anugerahkan untuk nabi Nuh </span><span style="font-weight: 700;">Alaihissalam</span><span style="font-weight: 700;">. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan Kami anugrahkan Ishak dan Ya’qub kepada Ibrahim, dan Kami jadikan kenabian dan al-Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan Sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.</em> [Al-Ankabût/29:27]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Juga firman-Nya:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.</em> [Al-Hadid/57:26]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Saat menjelaskan ayat ke-27 dari Surat al-Ankabut di atas, Syaikh Abdurrahman Nashir as-sa’di rahimahullah mengatakan, “Tidak ada seorang nabi pun setelah Nabi Ibrahim kecuali berasal dari anak keturunan beliau Alaihissalam dan tidak satu kitab pun yang diturunkan kecuali kepada anak keturunan beliau Alaihissalam, termasuk kepada penutup para Nabi yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam .</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Dan ini termasuk kedudukan tertinggi dan paling membanggakan, dimana materi sumber hidayah, kasih sayang, kebahagian dan keberuntungan berada pada anak keturunan beliau Alaihissalam . Melalui tangan-tangan anak keturunan beliau Alaihissalam orang-orang mendapatkan petunjuk, menjadi beriman dan menjadi orang-orang shalih.”</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Abul Fida’ Ismail ibni Katsir dalam kitab tafsir beliau rahimahullah mengatakan, “Tidak ada seorang nabi pun setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam kecuali berasal dari anak keturunan beliau Alaihissalam . Semua nabi bani Israil berasal dari anak keturunan Nabi Ya’qub putra Nabi Ishaq putra Nabi Ibrahim, sampai nabi terakhir dari bani Israil yaitu Nabi Isa Alaihissalam bin Maryam yang menyampaikan kabar gembira kepada khalayak ramai akan kedatangan seorang nabi dari orang arab quraisy al-hasyimi, penutup para Nabi secara mutlak, pemimpin bani Adam di dunia dan akhirat, yang Allâh Azza wa Jalla pilih dari orang arab pilihan yang berasal dari garis keturunan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim <em>alahimussalam</em>. Tidak ada seorang nabi pun yang berasal dari anak keturunan Nabi Ismail Alaihissalam kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam .”</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">3. Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah </span><em style="font-weight: 700;">khalîlurrahman</em><span style="font-weight: 700;"> (kekasih Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Pengasih), sebagaimana juga Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam juga menjadi </span><em style="font-weight: 700;">khalîlurrahman</em><span style="font-weight: 700;"> setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا</span><span style="font-weight: 700;"> ۗ</span><span style="font-weight: 700;"> وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allâh, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allâh mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.</em> [An-Nisa’/4:125]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Kata <em>khalîl</em> itu berasal dari kata <em>al-khullah</em> yang bermakna puncak kecintaan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَإِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Saya berlepas diri kepada Allâh Azza wa Jalla dari menjadikan salah seorang diantara kalian sebagai khalîl (kesayangan atau kekasih), karena sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menjadikanku sebagai khalîl-Nya sebagaimana Dia telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai khalîl (kesayangan). Seandainya aku boleh menjadikan salah seorang dari umatku sebagai khalîl, maka tentu aku telah menjadikan Abu Bakr </em><em>Radhiyallahu anhu</em><em> sebagai khalîlku.</em> [HR. Muslim, no. 532 dari hadits Jundub bin Abdillah Radhiyallahu anhu]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">4. Nabi Ibrahim Alaihissalam akan menjadi orang pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا َ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan dalam keadaan belum disunat.</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam membaca ayat:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> وَعْدًا عَلَيْنَا</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>(yaitu) pada hari kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.</em> [Al-Anbiya’/21:104]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَأَوَّلُ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan orang pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat adalah Nabi Ibrahim.</em> (HR. Al-Bukhâri, no. 3349 dari hadits Ibnu Abbâs z )</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">5. Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah orang pertama yang kedatangan dan menjamu tamu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ</span> <span style="font-weight: 700;">﴿٢٤﴾</span><span style="font-weight: 700;"> إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ</span><span style="font-weight: 700;">﴿٢٥﴾</span><span style="font-weight: 700;">فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ</span><span style="font-weight: 700;">﴿٢٦﴾</span><span style="font-weight: 700;">فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ</span><span style="font-weight: 700;">﴿٢٧﴾</span><span style="font-weight: 700;">فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> قَالُوا لَا تَخَفْ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu para malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salâmun”. Ibrahim menjawab, “Salâmun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.”</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, “Silahkan anda makan.”</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>(Tetapi mereka tidak mau makan), Karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq).</em>[Adz-Dzâriyât/51:24-28]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">6. Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah imamnya orang-orang yang mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla memberikan pujian kepadanya dalam kitab-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em> (Nabi) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allâh) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.</em> [Ali Imran/3:67]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allâh dan hanif. dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allâh)</em> [An-Nahl/16:120]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji oleh Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allâh berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata, “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allâh berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zhalim”.</em> [Al-Baqarah/2:124]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Beliau Alaihissalam memusuhi segala bentuk kesyirikan dan menghancurkan berhala dengan tangan beliau sendiri. Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ</span><span style="font-weight: 700;">﴿٥١﴾</span><span style="font-weight: 700;">إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَٰذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan hidayah kebenaran kepada Ibrahim sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. </em><em>(ingatlah), ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”</em> [Al-Anbiya’/21:51-52]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Nabi Ibrahim bersumpah dengan nama Allâh Azza wa Jalla akan menghancurkan berhala-berhala tersebut.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ</span> <span style="font-weight: 700;">﴿٥٧﴾</span> <span style="font-weight: 700;">فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Demi Allâh! Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.</em> <em>Lalu Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. </em>[Al-Anbiya’/21:57-58]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Tidak hanya itu, Nabi Ibrahim Alaihissalam juga mencela kaumnya yang menjadikan berhala-berhala itu sebagai sesembahan. Nabi Ibrahim Alaihissalam mengatakan:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ</span><span style="font-weight: 700;">﴿٦٦﴾</span><span style="font-weight: 700;">أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> أَفَلَا تَعْقِلُونَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Ibrahim berkata, “Mengapakah kamu menyembah selain Allâh sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allâh. Maka apakah kamu tidak memahami?”</em> [Al-Anbiya’/21:66-67]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">7. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim Alaihissalam .</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman :</div>
<div class="body" id="body" style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px;">
<div class="main" id="quranSection">
<div class="quran" id="searchableSection">
<div class="aya selectedAya" id="16_123">
<div class="quran" lang="ar" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا<span class="waqfSign"> ۖ</span> وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allâh.”</em> [An-Nahl/16:123]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan kepada umat Islam untuk mengikuti millah (agama) Nabi Ibrahim Alaihissalam.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Jadi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam dan umatnya mengikuti millah Nabi Ibrahim. Adapun orang-orang yang membenci millah Nabi Ibrahim, berarti dia termasuk orang-orang yang membodohi dirinya sendiri, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا</span><span style="font-weight: 700;"> ۖ</span><span style="font-weight: 700;"> وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
“<em>Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnyadi dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.</em> [Al-Baqarah/2:130]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">8. Nabi Ibrahim Alaihissalam telah memberikan contoh terbaik dalam masalah al-wala’ wal bara’. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk mencontoh beliau Alaihissalam .</div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dari dari apa yang kamu sembah selain Allâh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allâh saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allâh.”</em> [Al-Mumtahanah/60:4]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Ketika menjelaskan tentang Nabi Ibrahim Alaihissalam yang memintakan ampun untuk ayahnya yang masih musyrik pada ayat di atas, Syaikh Abdurrahman Nashir as-sa’di t mengatakan, “Kalian tidak boleh mengikuti Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam permohonan ampunnya kepada Allâh Azza wa Jalla untuk orang musyrik. Kalian tidak boleh memohonkan ampun untuk orang musyrik sambil kalian mengatakan, ‘Kami mengikuti Nabi Ibrahim.’ Karena Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan alasan atau uzur Nabi Ibrahim dalam masalah ini, dengan firman-Nya:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ</span><span style="font-weight: 700;"> ۚ</span><span style="font-weight: 700;"> إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allâh) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. </em><em>Maka, tatkala tampak jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allâh, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.</em>[At-Taubah/9:114]<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftn2" name="_ftnref2" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[2]</a></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">9. Nabi Ibrahim Alaihissalam telah memberikan contoh terbaik dalam ketundukan terhadap perintah Allâh Azza wa Jalla .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara yang menggambarkan ketundukan beliau Alaihissalam terhadap perintah Allâh Azza wa Jalla yaitu:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">a</span>. Ketika Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepadanya untuk membawa istrinya Hajar dan anaknya Ismail ke sebuah lembah gersang tanpa tumbuhan dan tidak berpenghuni di dekat baitullah al-haram. Setibanya disana, beliau Alaihissalam diperintahkan untuk meninggalkan keluarganya di sana dengan perbekalan yang sangat minim. Ketika beranjak meninggalkan istri dan anaknya, sang istrinya mengerjar dan bertanya, “Apakah Allâh Azza wa Jalla yang menyuruhmu melakukan ini?” Beliau Alaihissalam menjawab, “Ya.” Mendengar jawab yang begitu menyakinkan dari suami tercinta, istrinya mengatakan, “Kalau begitu, Allâh Azza wa Jalla tidak menyia-nyiakan kita.”</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Perhatikanlah! Bagaimana beliau tunduk dan pasrah terhadap perintah Allâh Azza wa Jalla .</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">b.</span> Ketika Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih anak semata wayang saat usianya mulai sanggup untuk bekerja. Ketika itu, Nabi Ibrahim Alaihissalam bergegas hendak melaksanakan perintah tersebut. Kisah ini dibawakan dalam firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka bagaimana pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allâh kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim! Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.</em> [Ash-Shaffaat/37:102-111]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">10. Nabi Ibrahim Alaihissalam memberikan gambaran terbaik dalam realisasi tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam sudah menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, mereka menjadi murka. Saat tahu dan melihat orang yang melakukannya, kemurkaan mereka sudah memuncak dan menyuarakan agar Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Itulah yang akan terjadi. Ketika hari ekskusi, Nabi Ibrahim Alaihissalam membaca doa:</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Cukuplah Allâh menjadi penolong kami dan Allâh adalah sebaik-baik Pelindung</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Setelah itu, datanglah perintah Allâh Azza wa Jalla kepada api yang sedang berkobar-kobar agar tidak membakar jasad Nabi Ibrahim Alaihissalam. Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ</span> <span style="font-weight: 700;">﴿٦٩﴾</span> <span style="font-weight: 700;">وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Kami berfirman, “Wahai api! Menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,</em></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.</em> [Al-Anbiya’/21:69-70]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ </span><span style="font-weight: 700;">أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا </span><span style="font-weight: 700;">:</span><span style="font-weight: 700;"> إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Doa <span style="font-weight: 700;">Hasbunallâhu wa ni’mal wakîl</span> diucapkan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam ketika dilemparkan kedalam api dan doa ini juga diucapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam ketika banyak orang yang mengatakan kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam , “Sesungguhnya manusia (kafir Quraiys) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allâh menjadi penolong kami dan Allâh adalah sebaik-baik Pelindung</em>.” [Ali Imran/3:173]<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftn3" name="_ftnref3" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[3]</a></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">11. Nabi Ibrahim Alaihissalam dibantu oleh Nabi Ismail Alaihissalam yang meninggikan tembok Ka’bah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah Nabi Ibrahim Alaihissalam , setelah sekian lama meninggalkan istrinya yang bernama Hajar di lembah gersang yang tak berpenghuni beserta bayinya, beliau Alaihissalam akhirnya kembali lagi kepada keduanya.</div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma menceritakan:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">ثُمَّ لَبِثَ عَنْهُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ جَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِسْمَاعِيلُ يَبْرِي نَبْلًا لَهُ تَحْتَ دَوْحَةٍ قَرِيبًا مِنْ زَمْزَمَ فَلَمَّا رَآهُ قَامَ إِلَيْهِ فَصَنَعَا كَمَا يَصْنَعُ الْوَالِدُ بِالْوَلَدِ وَالْوَلَدُ بِالْوَالِدِ ثُمَّ قَالَ يَا إِسْمَاعِيلُ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِأَمْرٍ قَالَ فَاصْنَعْ مَا أَمَرَكَ رَبُّكَ قَالَ وَتُعِينُنِي قَالَ وَأُعِينُكَ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ هَا هُنَا بَيْتًا وَأَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا قَالَ فَعِنْدَ ذَلِكَ رَفَعَا الْقَوَاعِدَ مِنْ الْبَيْتِ فَجَعَلَ إِسْمَاعِيلُ يَأْتِي بِالْحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبْنِي حَتَّى إِذَا ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ جَاءَ بِهَذَا الْحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ فَقَامَ عَلَيْهِ وَهُوَ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الْحِجَارَةَ وَهُمَا يَقُولَانِ {رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan mereka dalam waktu yang telah dikehendaki oleh Allâh kemudiann beliau Alaihissalam mendatangi mereka kembali sementara Ismail sedang meruncingkan anak panahnya dibawah pohon besar dekat air Zam zam. Ketika dia melihat Nabi Ibrahim, dia bangun dan menghampirinya lalu kedua melakukan sebagaimana yang dilakukan orang tua terhadap anak dan sebagaimana yang dilakukan anak terhadap orang tua. Nabi Ibrahim mengatakan, “Wahai Ismail! Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla memerintahkanku untuk melakukan suatu perintah.” Ismail mengatakan, “Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Rabbmu!” Nabi Ibrahim Alaihissalam mengatakan, “Dan engkau akan membantuku?” Nabi Ismail menjawab, “Saya akan menolong.” Nabi Ibrahim Alaihissalam mengatakan, “Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menyuruhku untuk membangun rumah (Allah yaitu Ka’bah-red) di sini.” Beliau Alaihissalam menunjuk suatu tempat sekitar suatu tempat yang agak tinggi.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu mengatakan, “Ketika itulah mereka berdua mulai meninggikan pondasi tembok Ka’bah. Nabi Ismail datang membawa batu-batu sementara bapaknya yaitu Nabi Ibrahim yeng bertugas membangun Ka’bah. Ketika bangunan semakin bertambah tinggi, Nabi Ismail datang membawa batu dan menaruhnya sebagai tempat berdiri atau berpijak<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftn4" name="_ftnref4" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[4]</a> sementara Nabi Ismail terus mencari dan mendatangkan batu-batu kepada Nabi Ibrahim. Keduanya mengatakan:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Wahai Rabb kami! Terimalah dari kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui</em><a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftn5" name="_ftnref5" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[5]</a></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Kemudian, Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk membersihkan Ka’bah dari semua najis, baik najis <em>hissiyah</em> (najis yang berwujud benda atau dzat) ataupun najis <em>maknawiyah atau hukmiyah</em>. Allâh Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<span style="font-weight: 700;">وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
<em>Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu menyekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. </em>[Al-Hajj/22:26]</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Selanjutnya, Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyeru manusia agar menunaikan ibadah haji di Baitullah. Dan akhirnya, sampai sekarang dan selanjutnya, kaum Muslimin akan terus berduyun mendatangi Ka’bah untuk menunaikan rangkaian ibadah haji.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Itulah sekelumit tentang Nabi Ibrahim Alaihissalam , <em>khalîlurrâhman</em> (kesayangan Allah) dan imamnya orang yang mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla .</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px; text-align: justify;">
Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua untuk terus meneladani beliau Alaihissalam sampai akhir hayat kita.</div>
<div style="background-color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 17px; margin-bottom: 27.2px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XXI/1438H/2017M]</div>
<div style="text-align: justify;">
_______</div>
<div style="text-align: justify;">
Footnote</div>
<div style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-align: justify; text-decoration-line: none;">
<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref1" name="_ftn1" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[1]</a> Kami angkat dari kitab al-Burhan min Qashashil Qur’an karya Abu Islam Shalih bin Thoha Abdulwâhid dengan sedikit penambahan dari kitab tafsir.</div>
<div style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-align: justify; text-decoration-line: none;">
<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref2" name="_ftn2" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[2]</a> Lihat Tafsir Taisir karimirrahman</div>
<div style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-align: justify; text-decoration-line: none;">
<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref3" name="_ftn3" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[3]</a> HR. Al-Bukhâri, no. 4564</div>
<div style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-align: justify; text-decoration-line: none;">
<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref4" name="_ftn4" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[4]</a> Itulah <em>maqam</em> Ibrahim, yaitu batu yang berada di dekat Ka’bah dengan bekas dua telapak kaki di atasnya-red</div>
<div style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-align: justify; text-decoration-line: none;">
<a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref5" name="_ftn5" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;"></a><a data-slimstat-callback="false" data-slimstat-clicked="false" data-slimstat-tracking="false" data-slimstat-type="2" href="https://almanhaj.or.id/9775-mengenal-pribadi-nabi-ibrahim-alaihissalam-dalam-al-quran-dan-hadits.html#_ftnref5" name="_ftn5" style="background-color: transparent; color: #090a0b; text-decoration-line: none;">[5]</a> HR. Al-Bukhâri, no. 3364</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-30514868034079816512018-02-17T23:01:00.003-08:002018-02-17T23:01:58.264-08:00‘Abdullâh bin Abi Aufa<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nasab ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Abdullâh bin Abi Aufa‘Alqamah bin Khâlid bin al-Hârits bin Abu Asîd bin Rifa’ah bin Tsa’labah bin Hawazin bin Aslam al-Aslami al-Kufi. Berkunyah Abu Ibrahim, atau Abu Muhammad atau Abu Mu’awiyah. <a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn1">[1]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keutamaan ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu telah merengkuh kemuliaan yang sangat istimewa dengan menjadi salah satu Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan kemuliaan tersebut juga digapai sang ayah,‘Alqamah bin Khâlid Radhiyallahu anhu dan saudara lelakinya, Zaid.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selain itu, ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu termasuk kaum Mukminin yang berbaiat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Baiat Ridhwân pada tahun ke-6 H. Allâh Azza wa Jalla telah memberitahukan tentang keridhaan-Nya kepada kaum Mukminin yang berjumlah 1400<a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn2">[2]</a> yang ikut serta dalam baiat yang bersejarah tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla berfirman:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesungguhnya Allâh telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allâh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). [Al-Fath/48:18].</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ini sudah cukup menjadi keutamaan bagi orang-orang yang mengikutinya. Apalagi bila ditambah dengan keikutsertaan ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu dalam beberapa jihad fî sabîlillâh bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketabahannya dalam peperangan .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu pernah mengatakan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kami berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tujuh peperangan, sedang kami memakan belalang”.<a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn3">[3]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bagi Keluarga ‘Abdullâh bin AbiAufa Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keberkahan doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diperoleh oleh keluarga besar ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu. Dari ‘Abdullâh bin Abi Aufa, “Dahulu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila diserahi zakat satu kaum, beliau mendoakan mereka. Lalu datanglah ayahku membawa zakatnya, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِيْ أَوْفَى</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya, Allâh, rahmatilah keluarga Abi Aufa [HR. Al-Bukharidan Muslim]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jumlah Hadits ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Imam Ibnul Mulaqqin asy-Syâfi’i rahimahullah (wafat tahun 804 H) menyebutkan bahwa jumlah hadits ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu sebanyak 95 hadits. Sejumlah 10 hadits disepakati oleh Imam Al-Bukhâri dan Imam Muslim. <a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn4">[4]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu hadits yang diriwayatkannya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">يَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَاسْأَلُوْا اللهَ الْعَافِيَةَ. فَإِذَا لَقِيْتَهُمْ فَاصْبِرُوْا. وَاعْلَمُوْا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوْفِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahai sekalian manusia, janganlah kalian berharap bertemu musuh. Mohonlah keselamatan kepada Allâh. Apabila kalian telah menghadapi mereka, bersabarlah dan ketahuilah bahwa surga ada di bawah bayang-bayang pedang”. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Murid-Murid ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Orang-orang yang meriwayatkan dan belajar dari ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu di antaranya ialah Ibrâhîm bin Muslim al-Hajari, Ibrâhîm bin ‘Abdur Rahmân as-Saksaki, ‘Athâ bin Saib, Abu Ishaq asy-Syaibâni dan Sulaimân Al-A’masy dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu Anhu , Sahabat Nabi Yang Paling Akhir Meninggal Di Kota Kufah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu berpindah ke kota Kufah. Allah Azza wa Jalla karuniakan umur panjang kepada ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu. Ia wafat pada tahun 86 H<a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn5">[5]</a>dalam usia hampir 100 tahun dan merupakan sahabat nabi yang paling akhir meninggal di kota Kufah. Dan sekaligus, dengan wafatnya ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu , telah berpulanglah orang terakhir dari Sahabat Nabi yang ikut serta dalam Baiat Ridhwan. <a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftn6">[6]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada akhir hayat, ‘Abdullâh bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu yang dikenal sebagai orang faqih ini mengalami kebutaan mata karena usia. Radhiyallahu ‘anhu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ustadz Abu Minhal, Lc</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1437H/2017M.]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">_______</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Footnote</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref1">[1] </a>Siyaru A’lâmin Nubalâ 3/423, Al-Ishâbah hlm. 843.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref2">[2] </a>Berdasarkan berita dari Jâbir bin ‘Abdillâh Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri rahimahullah dalam Shahîhnya no.4154.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref3">[3] </a>HR. Al-Bukhâri dan Muslim.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref4">[4] </a>Al-I’lâm bi Fawâidi ‘Umdatil Ahkâm 10/94.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref5">[5] </a>Sebagian Ulama menyebutkan wafatnya tahun 88 H.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8480-abdullh-bin-abi-aufa-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref6">[6] </a>Tadrîbur Râwî 3/ 441-442. Sedangkan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling akhir wafatnya secara mutlak adalah Abu Thufail Âmir bin Watsilah al-Laitsi yang meninggal tahun 110 H.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-38694892356844410852018-02-16T17:37:00.001-08:002018-02-16T17:38:16.431-08:00Al-Barâ bin ‘Âzib Al-Anshâri<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif;">Sungguh merupakan sebuah kemuliaan saat anak-anak tumbuh dan berkembang serta mengarungi masa remaja mereka di masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Sebuah kemuliaan dan kebahagiaan yang tidak hanya dirasa oleh mereka, akan tetapi juga oleh para orang tua mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Anak-anak yang akan menjadi generasi penerus umat itu telah melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beriman kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan Allâh Azza wa Jalla dan menikmati tarbiyah imaniyah dari Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung. Dan tak lupa, mereka pun dapat mendengarkan sabda-sabda Beliau yang haq dan merekamnya, untuk disampaikannya ke umat di kemudian hari. Betapa indahnya hidup mereka!.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Nama Al-Barâ bin ‘Âzib Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Al-Barâ` bin ‘Âzib bin al-Harits Abu Umârah al-Anshâri Radhiyallahu anhu salah satu Sahabat Nabi yang masuk kategori shighârus Shahabah. Hal ini dapat diketahui bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak keikutsertaannya di Perang Badr yang terjadi pada tahun ke-2 H. Ini sudah cukup menunjukkan masih berusia beliau, belum mencapai usia 15 tahun. Tentang itu, Al-Barâ` bin ‘Âzib Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memandangku dan Ibnu ‘Umar belum cukup umur pada Perang Badar. Beliau pun menolak kami. Maka, kami tidak ikut serta dalam Perang Badar. Waktu itu, aku dan Ibnu ‘Umar sepantaran”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Secara lengkap, nama tokoh kita sekarang ialah Al-Barâ` bin ‘Âzib bin al-Harits bin ‘Adi bin Majda’ah bin Hâritsah bin al-Hârits bin al-Khazraj bin ‘Amr bin Mâlik bin Aus al-Madani al-Hâritsi al-Ausi. Berkunyah Abu ‘Umârah atau Abu ‘Amr. Ayah beliau ‘Âzib bin al-Hârits termasuk salah satu orang Anshar yang telah memeluk Islam sejak lama. Dan al-Barâ Radhiyallahu anhu memeluk Islam bersama sang ayah. Tidak banyak infomarsi tentang ayahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sedangkan sang ibu bernama Habîbah binti Abi Habiibah bin al-Hubâb bin Anas bin Zaid dari Bani Mâlik bin an-Najjâr. Pendapat lain menyatakan bahwa ibunya adalah Ummu Khâlid bin Tsâbit bin Sinân bin ‘Abîd bin Tsa’labah bin ‘Ubaid bin al-Abjar Khudrah bin ‘Auf bin al-Hârits bin al-Khazraj. Dengan demikian, ibunya ini masih memiliki hubungan darah dengan Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu karena merupakan putri dari paman Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, Sinân bin ‘Abid al-Khudri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sedangkan al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah meringkas biografi Al-Barâ` bin ‘Âzib Radhiyallahu anhu dalam Taqrîbu at-Tahdzîb dengan berkata, “Al-Barâ` bin ‘Âzib bin al-Hârits bin ‘Adi al-Anshâri al-Ausi. Seorang Sahabat Nabi putra seorang Sahabat Nabi. Hidup di Kufah. Dipandang masih beliau pada Perang Badar. Ia dan Ibnu Umar sepantaran. Wafat tahun 72 H”. <a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftn1">[1]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pujian Terhadap Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengawali penulisan biografi al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu dengan menyebutnya sebagai al-faqîhul kabîr (ahli fiqih yang besar) dan termasuk sahabat-sahabat yang terpandang. <a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftn2">[2]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Hal ini bertolak dari kesempatannya yang luas untuk mendapatkan ilmu dari sumber-sumbernya. Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu meriwatkan ilmu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakar Radhiyallahu anhu , ‘Umar Radhiyallahu anhu dan Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior lainnya. Sedangkan beberapa orang yang berguru dan mereguk ilmu darinya adalah ‘Abdullâh bin Yazîd al-Khathmi Radhiyallahu anhu , Abu Juhaifah as-Suwâi Radhiyallahu anhu , ‘Adi bin Tsâbit rahimahullah , Sa’d bin ‘Ubaidah rahimahullah, Abu ‘Umar Zâdân, Abu Ishâq as-Sabii’i rahimahullah serta lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Meriwayatkan 305 hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dalam Shahihain terdapat 22 hadits yang diriwayatkan oleh al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu . Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh al-Jamâ’ah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kesan-Kesan Manis Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu Anhu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sebuah masyarakat yang hidup bersama seorang utusan Allâh Azza wa Jalla , pemimpin para nabi dan rasul, Muhammad bin ‘Abdillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menggapai berbagai kesempatan manis dan merasakan saat-saat yang indah. Ini pula yang diungkapkan oleh al-Barâ` bin ‘Âzib Radhiyallahu anhu yang menceritakan kebersamaannya dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa momen, dalam rangka mentransfer ilmu yang ia lihat dari Rasûlullâh dan tahadduts bin ni’mah (mensyukuri nikmat).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Abu Ishâq menceritakan bahwa al-Barâ` bin ‘Âzib Radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Aku ikut serta berperang bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam 15 peperangan”. <a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftn3">[3]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dalam pengakuannya yang lain, “Aku bepergian bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam 18 kali”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Bantahan Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu Anhu Terhadap Orang Yang Mengingkari Siksa Kubur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Al-Qur`ân telah menyinggung pembahasan siksa kubur, tidak seperti pandangan sebagian kelompok yang menyimpang. Hal itu telah dipahami oleh seorang Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu. Beliau menyatakan siksa kubur disinggung dalam firman Allâh Azza wa Jalla berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Allâh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat [Ibrâhîm/14:27]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu berkata, “Ayat ini berbicara tentang siksa kubur”.<a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftn4">[4]</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu Anhu Wafat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Al-Barâ` bin Âzib Radhiyallahu anhu yang merupakan penduduk asli kota Madinah wafat di kota Kufah setelah membangun tempat tinggal di sana dan melepaskan jabatan. Beliau wafat pada masa pemerintahan Mush’ab bin Zubair . Sebagian ahli sejarah menyebutkan wafatnya pada tahun 72 H dalam usia 80-an tahun. Radhiyallâhu ‘anhu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Oleh Ustadz Abu Minhal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XX/1437H/2017M.]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">_______</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Footnote</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref1">[1]</a>Taqrîbu at-Tahdzîb hlm.60.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref2">[2]</a>Siyaru A’lâmin Nubalâ` 3/194.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref3">[3]</a> Isnadnya shahih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://almanhaj.or.id/8473-albar-bin-zib-alanshri-radhiyallahu-anhu.html#_ftnref4">[4]</a> Diriwayatkan Muslim dalam Shahîhnya kitab al-Jannah bab ditampakkannya tempat tinggal mayyit di surga atau neraka kepadanya dan penetapan adanya siksa kubur dan berlindung darinya.</span><br />
<br /></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-43495648009531080752017-10-14T23:17:00.000-07:002017-10-14T23:17:43.969-07:00Biografi Thalhah Bin Ubaidillah<div style="text-align: justify;">
A. Masa Kecil, Remaja, dan Masuk Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Nama, Nasab, Penisbatan, dan Julukannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah, Al-Qurasyi At-Taimi Al-Makki dan Kemudian Al-Madani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Julukannya Abu Muhammad, dengan ini ia dipanggil oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, dan dengan nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq pada Taim bin Murrah. Mereka berdua berasal dari Kabilah Taim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun garis keturunan inilah shahabat mulia, Thalhah berasal. Dan ia lahir di negeri Islam. Dan tempat yang terbaik di bumi. Ia pertama kali membuka matanya dan melihat dunia ini dalam naungan Baitul Atiq, Ka’bah. Disanalah pertama kali ia mendongakkan kepalanya melihat langit dan menerima cahaya dan kebaikannya, dan ia pun menyatakan berlepas diri dari segala hal yang berkaitan dengan penyembahan berhaka dan mensucikan dirinya dari hal tersebut. Ia hanya menerima kemurnian tauhid. Maka ia pun menunggu kabar langit dan membuka kedua tangannya untuk menerima kebenaran wahyu yang mulai turun dan membawa akidah yang berdasarkan kepada keikhlasan ibadah hanya untuk Alllah, dan mencampakkan semua sesembahan selainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari-hari pun berganti, siang dan malam datang silih berganti, dan kemudian menjadi hitungan tahun. Thalhah mulai tumbuh di lingkungan kota Mekah, dan ia menerima berbagai kelebihan yang ada di sana, mulai dari keturuna yang baik, keluarga yang mulia, dan kaum kerabat yang terhormat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari garis keturunan dan hubungan kerabat yang ia miliki, ia dikelilingi oleh sosok terbaik dan sangat terhormat di kalangan Quraisy, baik pada masa jahiliyah maupun Islam. Ayahnya berasal dari kabilah Taim Quraisy. Dan tampaknya ia telah wafat pada masa jahiliyah, karena tidak ada satupun riwayat yang menceritakan tentang sikapnya pada saat kedatangan Islam. Ibunya adalah Ash-Sha’bah binti Al-Hadhrami, saudari Al-Ala’ bin Al-Hadhrami, seorang shahabiyah mulia yang masuk Islam dan ikut berhijrah. Pamannya Amru bin Utsman juga masuk Islam, hijrah ke Madinah, dan ikut dalam perang Qadisiyah. Lalu neneknya dari garis ibunya adalah Atikah binti Wahab bin Abdu bin Qushay bin Kilab, dan Wahab bin Abdu adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab mengurus makanan jamaah haji. Thalhah merupakan ipar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melalui empat istrinya Thalhah menikahi Ummu Kultsum binti Abu Bakar yang merupakan saudari dari Aisyah Ummul Mukminin, dan Hamnah binti Jahsy yang merupakan saudari dari Ummul mukminin Zainab, lalu Rafa’ah binti Abu Sufyan yang merupakan saudari dari Ummul mukminin Habibah, dan Qaribah binti Abi Umayyah yang merupakan saudari dari Ummul mukminin Ummu Salamah. Dan ia juga menikahi Khaulah binti Qa’qa’ bin Mu’id, yang dijuluki aliran sungai Eufrat karena kedermawanannya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mempunyai keturunan yang banyak, di antara putra-putranya yang terkenal adalah Muhammad bin Thalhah yang bergelar As-Sajjad (yang banyak bersujud), Musa, dan Isa, mereka semua adalah tokoh-tokoh terhormat. Dan di antara putri-putrinya yang menonjol adalah Aisyah binti Thalhah, kakeknya adalah Abu Bakar, dan ayahnya adalah Thalhah, dan ia merupakan wanita paling berpengaruh di zamannya. Lalu ummu Ishaq yang dinikahi oleh Husain bin Ali, dan kemudian dinikahi oleh adiknya, Husain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini Cuplikan tentang garis keturunan Thalhah yang mulia, dan kekerabatan yang terhormat melalui istri-istrinya, yang menunjukkan tentang tingginya kedudukannya, dan kemurnian lingkungan keluarnya, sejak kelahirannya hingga masa dewasa, dan kemudian membangun keluarganya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sifat dan kepribadiannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jikalau seseorang mempunyai keberuntungan tersendiri dengan namanya, maka Thalhah telah mendapatkan yang terbaik dan tertinggi dari keberuntungan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thalhu, merupakan bentuk jamak dari Thalhah dan nama ini diberikan untuk laki-laki. Dan ia merupakan sebuah pohon di wilayah Hijaz yang tumbuh di dalam lembah pada tanah yang keras, subur, dan sulit dijangkau. Pohon ini mempunyai batang yang besar, daun yang lebat, sangat hijau, dahannya keras, dan mempunyai daya perekat yang terbaik. Pohon ini tinggi sehingga serin digunakan sebagai tempat berteduh para musafir dan unta-unta mereka, batang pohonnya sangat besar sehingga tidak bisa dipeluk oleh satu orang laki-laki, mempunyai dahan-dahan yang besar dan panjang sehingga melambai kea rah langit. Ia juga mempunyai duri yang besar dan panjang, namun tidak membahayakan, sehingga duri-duri ini banyak dimakan oleh unta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang pernah membaca perjalanan hidup Thalhah, ia akan menemukan banyak sifat dan ciri-ciri yang sesuai dengan pohon tersebut, baik dalam hal kekuatannya, ketegarannya, kebaikannya, keutamaannya, dan juga manfaat yang dipetik orang lain darinya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia dilahirkan di pusat wilayah Hijaz, tumbuh di padang pasirnya, dan berkembang dalam naungannya. Ia mempunyai tubuh yang kuat dan kokoh, tegar, memiliki hati yang tak tergoyahkan. Ia merupakan pribadi yang dermawan, tangannya senantiasa terulur memberikan bantuan, dan sangat baik hati. Ia tak ragu menempuh kesulitan dalam menghadapi musuh-musuh Allah. Tidak ada lawan yang ditakutinya, dan ia tak gentar menghadapi kebisingan dan kerasnya medan pertempuran. Ia menghabiskan hartanya demi kebaikan dan membela Islam serta menolong mereka yang membutuhkan. Ia juga melibatkan dirinya dalam banyak medan jihad dan melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan membela dakwahnya serta menyebarkan risalahnya. Ia bagaikan pohon Ath-Thalhu dalam kekokohannya, kedermawanannya, dan banyaknya manfaat yang ia berikan sehingga tidak ada yang menandingi kedermawanannya. Sungguh ayahnya sangat tepat ketika memilihkan nama ini untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketampanan dan keindahan tubuhnya menjadi keistimewaan lain bagi kepribadiannya. Sehingga terkumpul dalam dirinya ketampanan dan kemuliaan pekerti. Putranya, Musa bin Thalhah menggambarkannya sebagai berikut, “Thalhah bin Ubaidillah mempunyai kulit putih kemerah-merahan, tingginya sedang dan cenderung agak pendek, dadanya bidang, kedua bahunya lebar, dan jika ia menoleh, ia akan menggerakkan semuanya. Kakinya besar, wajahnya tampan, batang hidungnya ramping, jika berjalan ia bergegas, dan ia tidak pernah mengubah warna rambutnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pada bagian akhir ia menggambarkan, “Rambutnya lebat, tidak terlalu keriting dan juga tidak lurus.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dapat dilihat bahwa pada sebagian ciri-ciri ini ia mirip dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pertumbuhannya dan Keislamannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Remaja ini tumbuh dan berkembang di Mekah dan lingkungan sekelilingnya, hingga ia menjadi kuat dan pola pikirnya mulai terbentuk sempurna. Ia tumbuh bersama-sama dengan teman-teman seusianya seperti Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Mereka bertiga sangat dekat, dan ketika cahaya wahyu mulai terbit dan turun kepada hati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Thalhah baru berusia lima belas tahun, yang berarti bahwa ia masih sangat remaja dan baru akan memasuki tahap kedewasaannya. Pikirannya tidak pernah terkontaminasi oleh keburukan jahiliyah, hatinya juga tidak pernah tertarik kan akidah mereka, dan ia juga tidak tertarik untuk mengikuti kebiasaan nenek moyangnya. Dalam hal ini ia tidak berbeda dengan banyak remaja yang belum memasuki kancah kehidupan yang dihiasi dengan berbagai macam akidah, ritual keagamaan, dan aneka bentuk ibadah yang ada. Ia masih menapaki langkah-langkah awal dari jalan kehidupan yang amat panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dikenal sebagai orang yang menjauhi akidah Quraisy dan berbagai kebathilan mereka. Ia seolah mempresentasikan suatu gambaran yang bersih suci dalam lingkungannya, dan bukan sebagai gambaran dari lingkungan tersebut. Jalan yang di ambilnya telah menarik perhatian sejumlah orang. Kemuliaan akhlaknya juga telah dikenal luas, dan bahkan ia dijuluki Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur dan terpercaya). Thalhah pun telah mendengar tentang hal itu, namun ia tidak tahu banyak tentang Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum kenabiannya, karena jarak umur yang cukup jauh di antara mereka yaitu sekitar dua puluh lima tahun. Dan ini tentunya berpengaruh kepada pola fikir dan cara hidup mereka, juga pada hal-hal yang berkaitan dengan minat, kecenderungan, dan cita-cita serta tujuan hidup yang ingin dicapai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Percikan pertama yang memberikan cahaya pada langit jiwa dari remaja ini adalah ketika ia tengah berada di negeri Syam. Saat itu ia dalam suatu perjalanan dengan para pedagang menuju Bushra. Saat itu, api nuraninya, serta kobaran keingintahuan di dalam hatinya telah dinyatakan oleh seorang rahib yang merupakan salah satu dari rahib terbaik di negeri itu yang mengetahui ciri-ciri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan juga saat kemunculannya serta tempat ia akan diutus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah menceritakan kepada kita tentang peristiwa tersebut, sebagimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Al-Hakim, Ibnu Asakir, dan yang lainnya, dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah berkata, “Thalhah bin Ubaidillah telah bercerita, “Aku berada di pasar Bushara ketika seorang rahib berkata dari dalam biaranya, “Tanyalah orang-orang yang datang pada musim ini, adakah diantara mereka yang berasal dari tanah haram?” Thalhah berkata, “Maka aku berakata, “iya, saya berasal dari sana.” Lalu rahib itu bertanya, “Apakah Ahmad telah hancur?” Aku berkata, “Siapa Ahmad?” dia menjawab, “Putra Abdullah bin Abdul Muthalib, ini adalah bulan kemunculannya, di adalah Nabi terakhir, ia akan muncul dari tanah haram, dan akan hijrah ke suatu tempat yang memiliki banyak pohon kurma, berbatu, dan banyak rawa, maka jangan sampai engkau didahului oleh orang lain! Thalhah berkata, “Ucapannya meninggalkan bekas di hatiku, Maka aku segera pergi dan sampai di Mekah aku bertanya, “Adakah yang yang terjadi?” Orang-orang menjawab, “Ya, Muhammad bin Abdullah Al-Amin mengaku sebagai Nabi, dan ia telah diikuti oleh Ibnu Quhafah.” Ia berkata, “Maka aku segera pergi menemui Abu Bakar, dan berkata, “Apakah engkau telah mengikuti laki-laki ini?” ia menjawab, “Ya, maka segeralah pergi menemuinya, dan ikutilah dia, sesungguhnya ia menyeru kepada kebenaran.” Kemudian Thalhah memberitahunya tentang apa yang telah dikatakan oleh sang rahib. Mendengat itu Abu Bakar segera berangkat bersama Thalhah menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan Thalhah masuk Islam, lalu ia juga memberitahu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang ucapan sang rahib, dan beliau gembira mendengarnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun pengetahuan Thalhah tentang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik tentang pertumbuhannya, budi pekertinya, akhlaknya, dan kelebihan-kelebihannya sangat sedikit, dan tidak cukup untuk membuat nya yaking tentang perkara yang begitu agung, namun remaja yang cerdas ini tidak ingin menyimpang dari jalannya. Ia juga tidak meremehkan apa yang diucapkan oleh sang rahib, dan tidak menganggapnya remeh dan menunggu hingga perkara tersebut telah menyebar dan menjadi pembicaraan seleuruh kalangan. Ia juga tidak begitu saja beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan membenarkan apa yang dibawanya tanpa melihat dahhulu tentang latar belakang kehidupannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Remaja ini telah dianugerahi oleh Allah sebuah akal yang cerdas, hati yang tajam, serta pemikiran yang tepat. Hal ini mulai terlihat ketika ia bertemu dengan rahib tersebut, dan terus menjadi bagian dari kepribadiannya sepanjang hidupnya. Ia memikirkan tentang perkara yang agung tersebut, menggunakan ketajaman pikirannya, dan berusaha melihatnya dari banyak sudut pandang. Maka kemudian ia berkesimpulan untuk menanyakan hal itu kepada orang yang paling dapat ia percaya, orang yang paling tepat untuk menerangkan tentang hal-hal yang membingungkan, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Salah satu kerabat terdekat nya dari Bani Taim, yang paling terkemuka dari kaumnya, dan merupakan orang yang paling mengenal Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan paling dekat dengannya. Ia juga orang yang paling mengenal sifat-sifat dan perjalanan hidupnya, dan tentunya orang yang paling jujur yang dapat memberitahukan tentang segala hal yang berkaitan dengannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Begitu Thalhah sampai di Mekah dari Bushra, dan mendengar berita tentang kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan bahwa Abu Bakar telah membenarkan dan mengikutinya, ia segera mendatanginya. Ia melangkah kakinya menuju rumah Abu Bakar, dan masuk menemuinya, dan berkata, “Ya, Maka segeralah pergi menemuinya, dan ikutilah dia, sesungguhnya ia menyeru kepada kebenaran.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Abu Bakar, maka sejak detik pertama dari keislamannya, ia telah membebankan di pundaknya kewajiban untuk menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka ia pun segera menyeru mereka yang ia percayai dan dapat memperkuat kelangsungan dakwah. Keinginan Ash-Shiddiq ini bertepatan dengan kedatangan Thalhah dari Syam dengan membawa sebuah berita menarik yang menyuruhnya untuk mengikuti Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan Abu Bakar lah yang menjadi perantara bagi Islamnya Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berita ini diperkuat, dan disempurnakan oleh riwayat dari Imam Muhammad bin Ishaq yang juga menerangkan dari sisi lain dari kisah di atas, ia berkata, “Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia menunjukkan keislamannya. Dan menyeru kepada Allah dan Rasullnya Shallallahu Alaihi wa Sallam. Abu Bakar adalah seorang yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena ia serba mudah. Paling mengenak nasab Quraisy, memahami dengan baik seluk beluk kabilah itu, yang baik maupun yang jahat. Ia adalah seorarng pedagang, dan berakhlak mulia. Dia sering didatangi oleh orang-orang dari kaumnya untuk masalah yang berbeda-beda. Baik itu karena pengetahuannya, karena perdagangannya, ataupun juga karena kerahamahannya dalam bergaul. Maka ia pun mengajak mereka yang ia percaya dari kaumnya kepada Islam, terdiri dari mereka yang sering bergaul dengannya, sehingga masuk Islamlah karena seruannya orang-orang seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhum. Saat mereka menerima ajakannya, ia membawa mereka kehadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau menawarkan Islam kepada mereka, membacakan Al-Qur’an, menerangkan tentang kebenaran Islam, dan merekapun beriman. Merekalah delapan orang yang paling pertama masuk Islam. Mereka membenarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan mengimani apa yang beliau bawa dari Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sejak detik pertama, Thalhah melangkahkan kakinya pada jalan yang benar, dan bergabung dengan kelompok Islam yang pertama, yang merupakan cikal bakal dari masyarakat muslim, dan titik awal dakwah, serta titik tolak dari penyampaian risalah kepada seluruh alam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. Kehidupannya Dalam Naungan Kenabian, Serta Jihadnya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kesabarannya Dalam Menghadapi Cobaan dan Siksaan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah menyambut seruan fitrah yang suci, dan menerima ajakan Ash-Shiddiq, maka ia segera menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan menyatakan keislamannya. Ia bergabung dengan kelompok pertama yang membangun pondasi awal dari keberlangsungan dakwah. Merekalah kelompok pertama yang ikut dalam kapal kebenaran dan petunjuk, memperkuat kedudukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dengan keberadaan mereka maka Allah mengokohkan keberadaan beliau. Dan kemudian mereka diikuti oleh satu demi satu yang menyatakan keislamannya baik secara sembunyi maupun terang-terangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Quraisy mulai mendengar tentang keislaman pemuda-pemuda terbaik mereka, dan mereka yang berasal dari keluarga dan keturunan terbaik pula. Jumlah mereka terus meningkat, dan bergabung di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan menyatakan keimanan mereka kepada dakwahnya, membenarkan risalahnya, dan mengikuti petunjuknya. Orang-orang Quraisy pun mulai bisa melihat bahaya yang mengancam kehidupan jahiliyah mereka, juga mengancam keberlangsungan akidah leluhur mereka. Bumi seolah berguncang di bawah mereka, dan api kebencian pun mulai membakar hati mereka. Mereka mulai menyalakan api siksaan, dan menimpakan berbagai cobaan, serta menyeret putra-putra terbaik mereka yang melepaskan kepercayaan lama mereka dan mengikuti sang Nabi baru, yang mengajak mereka kepada agama tauhid.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah juga menerima berbagai siksaan dan penderitaan. Bahkan ia disiksa oleh mereka yang merupakan keluarga terdekatnya. Pertama adalah saudaranya yang menimpakan siksaan kepadanya, lalu kekerasan sifat jahiliyah ibunya juga harus di tanggungnya. Namun ia menerima itu semua dengan kesabaran, dan tanpa sedikitpun menyimpan dendam. Ia tetap berpegang teguh kepada agamanya dan bertekad untuk membelanya dan membawa panji-panjinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam At-Tarikh Al-Ausath, dan juga Ibnu Asakir dari Mas’ud bin Hirasy berkata, “Ketika aku tengah berjalan diantara Shafa dan Marwa, aku lihat banyak orang yang mengikuti beberapa orang lainnya, aku melihat lebih dekat, dan ternyata itu adalah seorang pemuda yang tangannya terikat ke lehernya. Aku berkata, “Ada apa dengan mereka?” mereka menjawab, “Ini adalah Thalhah bin Ubaidillah telah meninggalkan agamanya.” Lalu di belakangnya terdapat seorang wanita yang menyuruhnya untuk meninggalkan agama barunya dan juga mencaci agama barunya. Aku bertanya, “Siapa wanita ini?” mereka menjawab, “ini adalah ibunya Ash-Sha’bah binti Al-Khadhrami.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah bin Yahya berkata, “Aku diberitahu oleh Isa bin Thalhah dan yang lainnya, bahwasanya Utsman bin Ubaidillah, saudara Thalhah, mengikat Thlahah dengan Abu Bakar untuk menghalanginya agar tidak shalat dan meninggalkan agamanya. Ia mengikat tangan Thalhah dan tangan Abu Bakar dalam satu ikatan, namun itu tidak menghalanginya untuk tetap shalat bersama Abu Bakar!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun permusuhan yang diperlihatkan oleh ibu dan saudaranya terhadap Islam tidak berlangsung lama, keduanya mendapatkan rahmat Allah, dan memperoleh kebahagiaan ketika mereka menyatakan keislaman mereka, semoga Allah meridhai mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini terlihat bahwasanya ayah dari Thalhah telah meninggal sebelum kedatangan Islam, karena para sejarawan tidak menyebutkan apapun tentang sikapnya. Jikalau ia masih hidup pada masa kenabian, dan belum masuk Islam, tentu ia yang pertama kali menyiksa putranya Thalhah dan memaksanya untuk meninggalkan agamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah terus menerus menerima siksaan dari salah seorang toko Quraisy yang paling jahat. Ia disiksa oleh Naufal bin Khuwailid bin Asad yang merupakan salah satu pemuka Quraisy dan juga tokoh paling jahat. Ia dinamakan singa Quraisy. Ketika Abu Bakar, Thalhah, dan yang lainnya masuk Islam, Naufal menyeret Abu Bakar dan Thalhah dengan satu tali, sehingga kemudian mereka berdua dijuluki dengan Al-Qarinain (Sepasang shahabat yang mulia), dan saat itu Bani Taim sama sekali tidak membela mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khuwailid tetap berada dalam keangkuhan dan kesombongannya, menunjukkan permusuhannya kepada Allah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, menentang perjalanan dakwah, dan terus berada dalam kesesatannya. Hingga akhirnya ia ditundukkan oleh kekuatan Islam saat ia memimpin pasukan Quraisy pada perang Badar. Saat kedua pasukan telah bertemu, dan para pejuang saling bertempur, pedang Ali yang tidak kenal ampun menebas kepalanya dan membunuhnya. Ia pun mati dalam keadaan kafir dan sengsara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Thalhah dan saudara-saudaranya yang seiman, berhasil melewati ujian, dan tidak terpengaruh oleh cobaan. Mereka bersabar dalam menerima siksaan, dan menerima cobaan yang telah ditetapkan untuk mereka. Mereka pun keluar dari api peperangan dalam keadaan yang lebih suci, keimanan yang lebih tinggi, keimanan yang lebih mantap, dan lebih teguh dalam berpegang kepada agama mereka. Mereka bertekad untuk tetap meneruskan dakwah hingga ajal menjemput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Hijrah dari Persaudaraan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak detik pertama keislamannya, Thalhah telah menggariskan jalannya, dan mencanangkan tujuan hidupnya. Lalu ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencapai tujuannya, serta mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menggapai cita-citanya. Ia berpegang teguh kepada agama yang telah dipilihnya, memikul beratnya beban dakwah, dan terus maju membela agamanya, dan melindungi sosok pertama yang mengangkat panji dakwah tersebut, yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Thalhah termasuk di antara segelintir mereka yang terpilih untuk selalu mendampingi beliau. Merekalah penolong dan pembela beliau, dan merupakan sekelompok shahabat yang paling dekat dengan beliau, paling siap membela dan melindungi beliau, serta paling besar rasa cintanya. Ini berlaku sejak hari pertama kemunculan fajar dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, hingga detik-detik akhir dari usia beliau yang penuh berkah, dan sampai mereka semua juga kembali menghadap Allah dalam keadaan ridha dan diridhai. Mereka telah membenarkan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka, dan mereka gugur dengan menepati janji tersebut, dan mereka sedikitpun tidak mengubah janjinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah masuk Islam dan bernaung di bawah naungannya yang amat luas sejak hari pertama keislamannya saat ia masih sangat muda belia di mana perasaannya masih bergolak, dan api iman membara dalam hatinya. Keyakinannya begitu mantap, ambisinya menggebu, kekuatan nya melimpah-limpah, dan ia adalah satu di antara pembela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang terpilih dan penuh keikhlasan tanpa peduli akan bahaya apapun juga. Ia hidup bersama beliau pada periode Mekah sebagai seorang pengikut yang membela dan melindungi beliau. Pada saat hijrah ia bertemu dengan beliau, dan terjadi sebuah peristiwa yang menarik. Dan setelah itu ia segera menyusul hijrah ke Madinah, dan ikut dalam peristiwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan oleh Al-Imam Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawi nama-nama shahabat pembela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia menyebutkan nama mereka satu persatu yaitu “Hamzah, Ja’far, Ali, Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Utsman bin Affan, Utsman bin Mazh’un, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam, Radhiyallahu Anhum.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat tersebut berhasil mendapatkan kedudukan yang begitu mulia karena mereka adalah generasi pertam yang masuk Islam, yang terbaik dan paling utama dari kalangan shahabat. Dan mereka selalu berada di barisan terdepan dalam berdakwah pada segala fase dan keadaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan oleh Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dalam hadits tentang hijrahnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar ke Madinah, bahwasanya ketika mereka dalam perjalanan ke Madinah, mereka menerima kiriman hadiah dari Syam yang dikirim oleh Thalhah bin Ubaidillah untuk Abu Bakar. Hadiah tersebut berisi pakaian putih dari Syam, mereka berdua memakainya dan memasuki Madinah dengan pakaian putih tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam riwayat lain, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam beranjak dari Al-Kharrar (Sebuah tempat di hijaz dekat dari Al-Juhfah, di katakana juga sebuah tempat di Khaibar) pada saat hijra ke Madinah, beliau bertemu dengan Thalhah bin Ubaidillah yang baru datang daro Syam bersama sebuah kafilah. Thalhah menghadiahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar dengan pakaian dari Syam, dan memberitahu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahswasanya kaum muslimin yang berada di Madinah telah menunggu kedatangan beliau. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallammempercepat jalannya, sementara Thalhah meneruskan perjalanannya ke Mekah hingga menyelesaikan seluruh urusannya. Setelah itu ia pun hijrah bersama keluarga Abu Bakar. Dialah yang membawa mereka ke Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Thalhah hijrah ke Madinah, ia tinggal di rumah As’ad bin Zurarah. Di Madinah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan dasar-dasar bangunan masyarakat muslim yang baru. Masjid merupakan dasar pertama yang beliau bangun, dan yang kedua adalah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Beliau mempersaudarakan mereka masing-masing berdua, dan Thalhah bin Ubaidillah bersaudara dengan Ka’ab bin Malik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. Kehidupannya Dalam Naungan Kenabian, Serta Jihadnya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan di sanalah, di Madinah, Thalhah menempatkan dirinya di antara para shahabat. Ia hidup bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, shalat di belakang beliau, menghadiri mejelis-majelisnya. Bersama shahabat-shahabat lainnya ia turut mengokohkan pondasi agama, membangun Negara kaum muslimin, membangun masyarakat, menegakkan hokum-hukumnya, dan menjalankan seluruh syariatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah Radhiyallahu Anhu tidak pernah berpisah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia mendapingi beliau dengan sempurna, dan selalu bersama beliau baik pada saat berada di Madinah maupun saat bepergian, walaupun semua itu tidak harus ia lakukan. Karena kalau seluruh shahabat melakukan apa yang dilakukannya, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup mereka, karena mereka akan melalaikan begitu banyak kewajiban agama, dan juga kan berpengaruh kepada urusan mereka secara individu maupun dalam konteks bernegara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ada sebagian shahabat yang mengabdikan diri mereka kepada Islam dengan cara mendampingi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Madinah maupun pada saat bepergian, sementara sebagian lainnya tetap menghadiri majelis-majelis beliau dan mendampingi beliau secukupnya. Mereka bergantian menuntut ilmu dari beliau, menemui beliau secara berkala, hari demi harim dan setelah itu mereka pergi berjalan di muka bumi untuk mengais rezeki dan mengurus urusan dunia dan akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah termasuk golongan ini. Ia beribadah kepada Allah bersama yang lain, berjihad bersama para mujahidin, mendatangi majelis-majelis Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mereguk ilmu dari beliau, dan apabila hak Allah telah terpenuhi ia akan bepergian dalam perniagaannya. Ia akan berada di pasar-pasar, mengembangkan hartanya, mengurus perniagaan dan propertinya. Terkadang ia pergi keluar kota untuk berniaga, dan dengan demikian ia berhasil menyelaraskan antara kepentingan dan propertinya. Terkadang ia pergi ke luar kota untuk berniaga, dan dengan demikian ia telah berhasil menyelaraskan antara kepentingan dunia dan agama. Ia menghasilkan banyak harta yang bisa mencukupi kebutuhan keluarganya serta orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dan ia juga tidak lupa untuk menginfakkan hartanya untuk kepentingan saudara-saudaranya, masyarakatnya, serta untuk membela agamanya baik dalam keadaan damai maupun perang, dan dalam keadaan susah ataupun senang. Ia termasuk di antara tokoh shahabat yang kaya raya, yang menjadi contoh dalam kedermawaannya, dan kemurahan hati mereka dalam berinfak selalu melegenda, sekaligus menakjubkan. Ia sering memberikan kegembiraan dalam hati orang-orang yang beriman karena kedermawanan dan kemurahan hatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la , juga At-Tirmidzi yang menganggapnya hadtis hasan, serta Al-Hakim yang menshahihkan dan disetujui oleh Adz-Dzhabi, dan juga diriwayatkan oleh perawi lain selain mereka, dari Abu Anas Malik bin Abu Amir, kakek dari Malik merupakan Imam Darul Hijrah ia berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Suatu saat aku sedang bersama Thalhah bin Ubaidillah. Lalu datanglah seseorang dan berkata, “Wahai Abu Muhammad, Demi Allah kami tidak tahu, apakah orang Yaman ini maksudnya Abu Hurairah lebih tahu tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam daripada kalian, ataukah ia meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sesuatu yang tidak pernah beliau katakana?” maka Thalhah berkata, “Demi Allah, kami tidak pernah ragu bahwa ia telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apa yang belum pernah kami dengar, dan ia juga mengetahu apa yang tidak kami ketahui. Sungguh saat itu kami termasuk golongan yang kaya dan mempunyai keluarga, sehingga kami hanya mendatangi Rasulullah pada pagi hari dan petang, dan setelah itu kami pulang. Adapun Abu Hurairah adalah seorang shahabat yang miskin, yang tidak mempunyai harta, maupun keluarga dan anak. Maka tangannya seolah terika kepada tangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia selalu bersama beliau dimanapun juga, maka kami tidak pernah ragu bahwa ia telah mengetahu apa yang tidak kami ketahui, dan mendengar apa yang tidak kami dengar. Dan tidak seorangpun dari kami yang pernah menuduhnya bahwa ia telah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apa-apa yang tidak pernah beliau katakana.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah selalu merasakan kegembiraan saat menunaikan shalat di belakang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di masjid beliau yang penuh berkah. Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam segera mengerjakan raka’at yang terlupa tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa’I, Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Adz-Dzahabi, dari Muawiyah bin Hudaji berkata, “Aku menunaikan shalat Maghrib bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu beliau lupa, dan salam apda rakaat kedua. Dan kemudian beliau pun beranjak pergi. Lalu seseorang berkata, “Wahai Rasulullah sungguh engkau telah lupa, engkau salam pada rakaat kedua.” Maka beliau menyuruh Bilal untuk mengumandangkan iqamat dan menyempurnakan rakaat yang tertinggal tersebut. Lalu aku bertanya kepada orang-orang tentang laki-laki yang mengatakan, “Wahai Rasulullah sungguh engkau telah lupa.” Dan mereka berkata kepadaku, “Apakah kau mengenalnya?” aku menjawab, “Tidak, kecuali kalau aku melihatnya.” Kemudian seorang laki-laki berjalan melewatiku dan aku berkata, “Inilah dia.” Maka mereka berkata, “ini adalah Thalhah bin Ubaidillah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mendengarkan hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyimaknya dengan baik, dan menimba ilmu dari beliau. Ia berusaha untuk selalu mengikuti sunnah beliau, dan kadang kala ia menanyakan beberapa hal tentang shalat yang tidak sempat ia dengar, sehingga ia bisa belajar langsung dari beliau. Dan dengan demikian ia juga membawa kebaikan bagi kaum muslimin karena telah berperan dalam meneguk hikmah-hikmah kenabian yang tentunya membawa kebaikan bagi kaum muslimin, dari satu generasi ke generasi berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Musa bin Thalhah, dari ayahnya berkata, “Suatu ketika kami melaksanakan shalat sementara hewan ternak berjalan melewati kami. Maka kami menceritakan itu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau berkata, “Kalaulah sudah ada benda seperti kayu yang ada di punggung unta dan diletakkan di depan salah seorang dari kalian, maka sesuatu yang lewat di hadapannya tidak akan membahayakan (membatalkan shalatnya).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan An-Nasa’I dari Musa bin Talhah, dari ayahnya berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah kami bershalawat kepadamu?” beliau menjawab, “Katakanlah, “Allahumma Shalli Ala Muhammad wa Ala Ali Muhammad, Kama Shllaita Ala Ibrahim Innaka Hamidun Majid, Wa Barik Ala Muhammad wa Ala Ali Muhammad, kama Barakta Ala Ibrahim Innaka Hamidun Majid.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah senantiasa mendampingi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam majelis-majelis beliau, dan saat beliau keluar untuk berkeliling madinah atau saat beliau melakukan ziarah kubur, dan juga pada sebagian perjalanan beliau. Ia berusaha untuk selalu menyenangkan hati beliau, menuntun unta beliau, memegang tali kekangnya, menunaikan berbagai keperluan beliau, dan melaksanakan seluruh perintah beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Thalhah, “Kami keluar bersama Rasulullah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga ketika kami telah mendekati Harrah Waqim, kami menemukan beberapa kuburan di sebuah tekungan lembah. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ini kuburan saudara-saudara kita?” Rasulullah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Kuburan shahabat-shahabat kita.”. Kemudian kami terus berjalan hingga kami telah sampai di kuburan para syuhada, beliau berkata, “inilah kuburan saudara-saudara kita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan diriwayatkan oleh Al-Fasawi dan Al-Hakim dengan sanad yang lemah dari Thalhah berkata, “Aku menjumpai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau sedang memegang buah jambu biji, beliau melemparkan buah itu kepadaku dan berkata, “Makanlah buah ini wahai Abu Muhammad, sesungguhnya buah ini melembutkan hati.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Thalhah, ia berkata, “Tugas menyiapkan kendaraan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan memegang minyak wangi beliau adalah tugasku. Suatu ketika beliau didatangi seorang laki-laki yang meminta salah satu dari tugas tersebut. Beliau berkata, “Mintalah kepada Thalhah bin Ubaidillah.” Maka orang itu mendatangiku dan memberitahukan maksudnya, namun aku menolaknya. Kemudian ia kembali kepada Rasulullah dan mengadukannya. Dan beliau kembali mengatakan sebagaimana yang pertama. Orang itu pun kembali kepadaku, maka aku berkata pada diriku, “Rasulullah tidak akan mengirimnya kepadaku kecuali bahwa beliau memang ingin mengabulkan permintaannya, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu mengabulkan apa yang diminta kepadanya. Aku berkata, “Sungguh memberikan kebahagiaan bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lebih aku sukai daripada menyiapkan kendaraannya.” Maka akupun menyerahkan tugas itu kepadanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hendak melakukan perjalanan, dan memerintahkan agar kendaraannya disiapkan. Orang itu mendatangiku dan berkata, “Dari dua unta ini, yang manakah yang lebih disukai oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?” aku menjawab, “Ath-Thaifiyah” dan ia pun menyiapkan unta tersebut dan membawanya kepada beliau. Namun ternyata unta tersebut melawan. Maka beliau berkata, “Siapa yang menyiapkan unta ini?” mereka menjawab, “Fulan” dan beliau berkata, “Kembalikan tugas itu kepada Thalhah.” Dan tugas itu pun dikembalikan kepadaku. Thalhah berkata, “Demi Allah aku tidak pernah mencurangi siapapun dalam Islam selain orang itu, itu aku lakukan agar tugas menyiapkan kendaraan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dikembalikan kepadaku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, “Dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwasanya dua orang laki-laki dengan pakaian lusuh mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka berdua telah masuk Islam secara bersamaan, namun yang satu lebih banyak ijtihadnya disbanding yang lain. Lalu si mujtahid pergi berperang di jalan Allah dan mati syahid, sementara temannya masih hidup sampai satu tahun kemudian, lalu ia juga wafat. Thalhah berkata, “Aku bermimpi bahwasanya ketika aku sedang berada di pintu surge, tiba-tiba aku telah berada bersama mereka berdua. Kemudian seseorang keluar dari surge dan mempersilahkan orang yang terakhir wafat di antara mereka. Setelah itu ia keluar lagi dan mempersilahkan orang yang syahid di antara mereka untuk masuk surge. Lalu ia kembali kepadaku dan berkata, “Pulanglah, waktumu belum tiba.” Pagi harinya Thalhah menceritakan mimpinya kepada orang-orang, dan mereka heran akan mimpi tersebut. Lalu berita itu sampai di telinga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mereka pun menceritakan itu kepada beliau. Beliau berkata, “Apa yang membuat kalian heran?” mereka menjawab, “Wahai Rasulullah orang yang pertama ini adalah yang paling banyak ijtihadnya di antara mereka, lalu ia mati syahid, tapi kenapa temannya yang meninggal terakhir masuk surge lebih dahulu darinya?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” mereka menjawab, “betul”, beliau berkata, “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan shalat ini dan itu selama satu tahun itu?!” mereka menjawab, “betul”, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Maka jarak antara mereka lebih jauh dariapda jarak antara langit dan bumi!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, dari Abdullah bin Syaddad, “Bahwasanya tiga orang laki-laki dari Banu Udzrah mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Siapa yang akan mengurus mereka untukku?” Thalhah berkata, “Saya” dan mereka pun tinggal bersama Thalhah. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirimkan sebuah ekspedisi militer, dan salah seorang dari mereka ikut dalam misi tersebut dan mendapatkan syahid. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim sebuah misi yang lain, dan salah seorang dari mereka kembali ikut dan mendapatkan syahid. Lalu yang ketiga meninggal di atas kasurnya. Thalhah berkata, “Aku bermimpi melihat tiga orang yang pernah bersamaku itu di surge, dan aku menyaksikan bahwa orang ketiga yang meninggal di atas kasurnya berada paling depan, lalu yang syahid terakhir berada di belakangnya, dan yang syahid pertama kali berada paling belakang.” Dia berakat, “Hal ini menjadi tanda Tanya bagiku, maka aku mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menceritakan mimpi tersebut kepada beliau. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamberkata, “Apa yang membuatmu heran dalam hal ini !? Tidak ada yang lebih di sisi Allah dari seorang mukmin yang diberikan umur yang panjang karena banyaknya tasbih, takbir, dan tahlilnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Terkadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa kehilangan Thalhah dalam majelis beliau, maka beliau bertanya kepada para shahabat tentangnya. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak segan-segan untuk memuji dan menyanjungnya. Di antaranya sebagaiamana yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Thalhah, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika telah duduk di majelisnya akan bertanya tentangku, dan berkata, “Kenapa aku tidak melihat Ash-Shabih (yang berseri-seri), Al-Malih (yang tampan), dan Al-Fashih (yang fasih dalam berbicara).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Peperangannya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di medan jihad Thalhah selalu berada pada barisan terdepan. Ia melesat ke kancah pertempuran, dan menyambut musuh dengan tangan terbuka dan dengan membusungkan dada. Ketika perang semakin memanas, dan mata-mata semakin memerah, ia akan menyerang musuh dengan hati yang kokoh sekokoh iman yang bersemayam di dadanya, dan tekad sekuat gunung karang, ia tidak pernah membalikkan punggungnya kecuali berbelok untuk siasat perang atau menggabungkan diri dengan pasukan yang lain. Tidak pernah sekalipun ia takluk dalam pertempuran atau gugup dalam menyerang. Tidak ada pahlawan musuh yang bisa menggentarkannya, tak ada pedang yang membuatnya mengurungkan niat untuk menyerang. Ia akan tetap menusuk masuk menghadapi kondisi sesulit apapun, meladeni kesatria terbaik musuh, dan para pahlawan mereka. Ia berperang bagaikan satu pasukan prajurit yang mengeluarkan suara gemuruh, mempersembahkan seluruh kemampuannya di jalan Allah, untuk mempertahankan agamanya dan membela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Berbagai peristiwa yang mengagumkan telah meninggalkan banyak bekas luka di tubuhnya, yang menjadi bukti akan keberanian dan kepahlawanannya yang menakjubkan. Luka-luka tersebut juga menjadi lencana kehormatan dan bukti tak terbantahkan akan keteguhan shahabat yang mulia ini dalam berpegang kepada tali Allah, dan perjuangannya dalam mempertahankan agamanya dan membela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam walaupun semua itu harus dengan mempertaruhkan nyawanya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perang Uhud merupakan bukti yang paling nyata akan kebenaran apa yang kami sebutkan di atas. Sekaligus sebagai bukti dari kebenaran kiprah shahabat yang mulia ini dalam membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan keikhlasannya untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Abu Bakar Ash-Shiddiq telah menggambarkan peristiwa tersebut dengan sangat tepat dan sempurna ketika ia berbicara tentang perang Uhud dengan mengatakan, “Hari itu semuanya milik Thalhah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah ikut dalam seluruh peperangan Rasulullah selain Badar. Adapun sebab ketidakhadirannya pada perang tersebut adalah karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menugaskannya untuk menyelidiki berita tentang kafilah Quraisy. Dan ketika ia pulang setelah menyelesaikan misinya, perang Badar juga telah berakhir. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memberikan bagiannya dari harta rampasan perang dan menjamin pahala yang sama untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah tidak hanya berjihad di jalan Allah dengan jiwanya, namun ia menggabungkan dua keutamaan yang ada dan menerima dua kebaikan sekaligus. Ia berjihad dengan hartanya dan jgua dengan jiwanya untuk menyambut seruan Allah dalam firman-Nya, “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” (QS. At-Taubah [9]: 41). Maka ia menginfakkan hartanya dalam jumlah yang sangat banyak mempersiapkan perang dan menafkahi para mujahidin. Memberi mereka bekal yang membantu mereka dalam urusan dunia dan menyiapkan kebutuhan jihad. Sikap nya yang demikian mulia tersebut merupakan buah dari pendidikan kenabian yang diterimanya dalam naungan kerasulan sejak di madrasah Mekah hingga Madinah. Di mana pendidikan tersebut telah berhasil membuka pintu-pintu kebaikan dan air mata kebaikan yang telah ada di dalam dirinya. Thalhah adalah seorang yang sangat dermawan dalam mengeluarkan hartanya, mempunyai sifat pemurah dalam dirinya dan jiwanya khususnya dalam hal berhubungan dengan dakwah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Perang Badar</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menugaskan Thalhah dan Sa’id bin Zaid Radhiyallahu Anhuma untuk mengumpulkan informasi tentang kafilah Quraisy yang baru kembali dari Syam. Mereka segera melaksanakan perintah beliau dan bergegas melaksanakan misi tersebut. Sementara itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya juga mempersiapkan diri untuk mencegat kafilah tersebut dengan harapan agar Allah memberikan mereka kemenangan. Mereka tidak berniat untuk perang, dan ketika Abu Sufyan yang mengepalai kafilah tersebut mengetahu rencana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan bahwa beliau telah bergerak bersama para shahabatnya, ia segera mengubah arah perjalanan dan berhasul menyelamatkan diri bersama kafilah yang dipimpinnya. Dengan demikian tujuan kedua pasukan pun menjadi berubah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah, dan terjadilah perang badar Al-Kubra. Dengan pertolongan dari Allah, kaum muslimin berhasil mendapatkan kemenangan yang menjadi pembicaraan seluruh kabilah arab di seantero jazirah Arab. Keangkuhan orang-orang Quraisy berhasil mereka taklukkan, dan memberi mereka rasa malu yang luar biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah dan Sa’id kembali ke Madinah dan mendapati bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat telah keluar dari kota itu. Mereka segera menyusul, namun mereka telah menjumpai pasukan tersebut telah kembali dari Badar dengan membawa kemenangan atas Quraisy. Mereka sangat menyesal karena tidak mendapatkan kehormatan untuk turut serta dalam peperangan pertama bagi tentara Islam dalam menghadapi pasukan musyrikin. Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi mereka anugerah dan kehormatan yang tinggi serta memberikan ketenangan dan kegembiraan pada jiwa mereka berdua. Beliau memberi mereka kabar gembira bahwa pahala mereka sama dengan mereka yang ikut dalam perang tersebut, karena mereka berdua juga menjalankan misi dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam rangka mengamankan keberlangsungan dakwah dan membela risalahnya, ini diperkuat dengan memberi mereka bagian yang sama dari rampasan perang, untuk membuktikan bahwa kedudukan mereka dari rampasang perang, untuk membuktikan bahwa keududukan mereka berdua setara dengan mereka yang ikut berperang, baik dalam hal pahala maupun dalam hak mendapatkan bagian dari rampasan perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Khalifah bin Khayyath, dan Al-Hakim secara ringkas, dan Ibnu Saa’d dalam riwayat yang lebih panjang, ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunggu-nunggu kedatangan kafilah Quraisy dari Syam, beliau mengutus Thalhah bin Ubaidillah dan sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail sepuluh malam sebelum keberangkatan beliau dari Madinah, untuk menyelidiki berita tentang kafilah tersebut. Mereka pun pergi hingga sampai di Al-Haura’, dan tetap di sana sampai kafilah tersebut melewati mereka. Berita tentang hal ini sampai kepada Rasulullah sebelum kepulangan mereka berdua, maka beliau pun memimpin shahabat-shahabatnya dan pergi untuk mencegat kafilah. Namun ternyata kafilah itu mengambil jalan pantai dan bergegas. Mereka berjalan siang dan malam untuk menghindari pengejaran. Sementara itu, Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid kembali ke Madinah untuk memberitahukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang kafilah tersebut, tanpa mengetahui bahwa beliau telah meninggalkan Madinah. Mereka pun sampai di Madinah tepat pada hari di mana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka menemui beliau di Turban, yang terletak antara malal dan As-Sayalah dalam perjalanan pulang dari Badar. Jadi Thalhah dan Sa’id tidak sempat mengikuti pertempuran. Namun demikian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap menghitung bagian dan pahala mereka di Badar. Sehingga seolah mereka ikut dalam perang tersebut.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah Thalhah dianggap sebagai salah satu ahli Badar, dan para sejarawan dan penulis Biografipun menganggapnya sebagai salah satu dari mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. Kehidupannya Dalam Naungan Kenabian, Serta Jihadnya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Thalhah dalam Perang Uhud</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kali ingat akan perang Uhud, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu selalu berakat, “Hari itu semuanya merupakan miliki Thalhah!”. Beginilah orang-orang yang ikut dalam perang tersebut dan merasakan kehebatannya memberi kesaksian. Mari kita mengikuti kiprah Thalhah pada perang tersebut, dan menyaksikan kisah kepahlawanannya, agar bisa mengambil berbagai pelajaran tentang kejujuran, keikhlasan, dan pengorbanan dalam membela Islam dan melindungi jiwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari segala hal yang bisa menyakiti beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan Quraisy telah bergerak menuju Madinah dengan kekuatan tiga ribu tentara, menggetarkan bumu dengan segala keangkuhannya, dan membawa dendang kesumat atas kekalahan mereka paa perang Badar. Mereka bermaksud untuk membasuh habis kehinaan akibat kekalahan yang mereka derita, dan berharap dapat memberi kaum muslimin kekalahan yang setimpal dengan apa yang mereka tanggung pada perang Badar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua pasukan telah bertemu, dan pertempuran pun pecah. Para pahlawan dari kedua pasukan mengamuk memperlihatkan kekuatan mereka. Ali, Zubair, dan Thalhah bin Ubaidillah telah menceburkan diri dalam kancah pertempuran. Begitu juga dengan Abu Thalhah Al-Anshari, Sa’ad bin Abi Waqqash, serta para singa-singa perang lainnya dari kalangan shahabat. Bahkan singa Allah Hamzah bin Abdul Muththalib bertempur bagaikan satu pasukan tentara, sehingga tidak ada satupun prajurit musyrik yang melewatinya kecuali dengan kepala terpenggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu di gunung Uhud perang juga berkecamuk dengan dahsyat dan menerbangkan banyak kepala orang-orang musyrik. Tanah dipenuhi oleh mayat-mayat yang bergelimpangan, dan pemegang panji pasukan musyrikin terus berganti hingga Sembilan orang dari tokoh mereka, dan satu demi satu dari mereka tewas ketika berusaha mempertahankannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Muhammad bin Sa’ad menyebutkan did alam Ath-Thabaqat nama-nama mereka, dan nama-nama shahabat yang berhasil membunuh tokoh-tokoh kafir tersebut. Ia berkata, “Kemudian panji perang dipegang oleh Al-Julas bin Thalhah bin Abu Thalhah, dan ia berhasik di bunuh oleh Thalhah bin Ubaidillah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan kaum musyrikin terpecah, dan kekalahan membayangi mereka, sehingga mereka berbalik arah melarikan diri ke gunung-gunung. Keadaan itu digambarkan oleh Zubair bin Awwam sebagai berikut, “Aku melihat gelang kaki milik Hindun bin Utbah dan para pengiringnya yang menyisingkan lengan baju dan celana mereka untuk melarikan diri!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kekalahan menimpa pasukan musyrikin, dan tidak ada keraguan lagi akan hal itu. Kaum muslimin pun mulai mengumpulkan harta rampasang perang yang begitu banyak, sehingga mereka lalai untuk mengejar pasukan musyrikin dan memastikan kehancuran mereka. Pasukan pemanah pun banyak yang ikut mengumpulkan harta rampasan perang dan meninggalkan posisi mereka dan itu berarti melanggar perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan inilah yang kemudian menjadi benih awal dari kekalahan kaum muslimin!</div>
<div style="text-align: justify;">
Khalid bin Walid melihat bahwa bukit tempat pasukam pemanah telah kosong dan hanya beberapa orang saja yang masih bertahan disana. Maka ia memimpin pasukan berkuda dan diikuti oleh Ikrimah bin Abu Jahal dan berhasil membunuh pasukan yang tersisa di sana, lalu memberikan serang yang mengejutkan bagi kaum muslimin dari arah belakang mereka. Kaum musyrikin kembali menyatukan barisan dan mengambil alih peperangan. Perang pun kembali berkecamuk dengan dahsyat!.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Serangan mengejutkan tersebut berpengaruh besar dalam menghancurkan kesatuan kaum muslimin dan merusak barisan mereka. Mereka menjadi tercerai-berai, dan roda peperangan berputar memberi mereka kekalahan, dan mereka didera oleh badai pertempuran yang menghancurkan kesatuan mereka. Mereka melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan dan berusah menggapai senjata yang telah mereka letakkan. Akhirnya mereka harus menelan kekalahan dikarenakan kesalahan sebagian dari mereka yang melanggar perintah langsung dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lalu pihak lain yang kemudian mengumpulkan harta rampasan perang, sementara mereka harus menanggung musibah yang menimpa mereka secara keseluruhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanad hasan, dari Zubair bin Awwam berkata, “Pada perang Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka untuk mengumpulkan rampasan perang. Maka kami pun diserang dari belakang, dan kemudian ada yang berteriak, “Sesungguhnya Muhammad telah terbunuh.” Maka kami pun mundur untuk pulang dan mereka pun berhasil memukul kami mundur.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hafiz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari, “Saat itu kaum muslimin terpecah menjadi tga: Satu kelompok terus mundur dalam kekalahan hingga mendekati kota Madinah, dan mereka tidak pulang hingga peperangan selesai. Jumlah mereka sedikit, dan merekalah yang dimaksudkan dalam ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah maha Pengampun, Maha penyantun.” (Qs. Ali Imran [3]: 155). Kelompok lainnya merasa bingung ketika mendengar bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah terbunuh. Sehingga ada di antara mereka yang hanya berkeinginan untuk mempertahankan dirinya sendiri, dan yang lainnya bertekad untuk terus bertempur hingga terbunuh, dan mayoritas shahabat masuk dalam golongan ini. Sementara kelompok yang ketiga tetap bertahan bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan kemudian di bantu oleh kelompok kedua sedikit demi sedikit setelah mereka mengetahui bahwa beliau masih hidup.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan Quraisy menumpahkan segala kemarahan mereka untuk menghancurkan kaum muslimin dan mengarahkan seluruh kebencian dan kedengkian mereka untuk bisa membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka belasan tombak pun ditujukan kepada beliau, begitu juga dengan ratusan anak panah yang datang menghujani, sementara pedang-pedang terus merengsek maju kea rah beliau, dan seluruh usaha tersebut dicurahkan untuk membunuh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam atau paling tidak menciderai beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun bagaimana mungkin orang-orang Quraisy tersebut bisa melaksanakan maksud mereka, sementara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dikelilingi oleh singa-singa perang dan orang-orang yang paling memahami makna pengorbanan yang siap menyerahkan jiwa mereka untuk menghalangi satu buah duri sekalipun yang dapat melukai kaki beliau. Apalagi kalau tubuh dan jiwa beliau terancam bahaya seperti saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah melihat sisi medan perang di mana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada, dan ia telah yakin bahwasanya beliau merupakan sasaran utama dari seluruh kekuatan pasukan musyrikin tersebut maka ia segera berlari menuju beliau, menembus jalan yang penuh dengan dentingan pedang dan tombak pasukan kafir. Namun itu semua tidak dipedulikannya, karena tujuan utamanya adalah menyelamatkan jiwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallami dan melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara itu pedangnya terus bergerak ke kanan dan ke kiri bertempur seolah ia adalah satu pasukan tentara yang kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri bertahan di tempat nya, tidak bergeser sejengkalpun menghadapi musuh yang begitu dekat. Dan bersama beliau beberapa orang shahabat juga tetap bertahan dan kemudian yang lain ikut bergabung bersama mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan oleh Al-Waqidi dan yang lainnya bahwasanya yang bertahan bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjumlah lima belas orang, delapan dari Muhajirin yaitu Abu Bakar, Umar, Ali, Talhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Dan tujuan lainnya dari Anshar yaitu Al-Hubab bin Al-Mundzir, Abu Dujanah, Ashim bin Tsabit, Al-Harits bin Ash Shimmah, Sahl bin Hunaif, Sa’ad bin Mu’adz atau Sa’ad bin Ubadah dan Muhammad bin Maslamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan disebutkan juga, “Pada hari itu beliau dikelilingi oleh tiga puluh orang yang semuanya mengatakan, “Wajahku untuk melindungi wajahmu, jiwaku untuk melindungi jiwamu, keselamatan bagimu dan engkau tidak akan pernah ditinggalkan!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dalam Ash-Shahihain dari Abu Utsman An-Nahdl berkata, “Di sebagian hari-hari ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berperang, tidak ada yang tersisa di sisi beliau selain Thalhah dan Sa’ad, sebagaimana yang mereka katakan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari itu Thalhah tampil dengan dua baju besi, ia memakainya dengan berlapis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan oleh Zubair bin Bakkar dengan sanadnya sendiri dari Ibnu Abbas berkata, “Sa’ad bercerita kepadaku, ia berkata, “Ketika kaum muslimin menderita kekalahan pada perang Uhud, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membai’at sekelompok shahabat untuk siap mati. Mereka mampu bersabar dan mengorbankan jiwa mereka demi beliau hingga beberapa dari mereka terbunuh. Kemudian ia menyebutkan beberapa nama dari mereka yang berbai’at antara lain Abu Bakar, Umar, Thalhah, Zubair, Sa’ad, Sahl bin Hunaif, dan Abu Dujanah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dan Thalhah, “Ketika kaum muslimin menghadapi situasi demikian, dan mereka mundur, datanglah seorang laki-laki dari Bani Amir menyeret tombak dari atas kudanya yang berwarna hitam kemerah-merahan dan dengan angkuh berteriak, “Aku adalah putra Dzatul Wada’, “Tunjukkanlah padaku Muhammad!” Aku (Thalhah) pun menebas betis kudanya hingga terduduk, lalu aku mengambil tombaknya dan demi Allah aku tidak meleset untuk menikam matanya, dan ia mengeluh seperti seekor banteng. Maka aku segera menginjak pipinya dan membunuhnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita lihat beberapa kejadi hebat dan keberanian luar biasa serta kepahlawanan yang diperlihatkan oleh Thalhah dalam usahanya membela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan keteguhan tekadnya untuk melindungi jiwa beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dengan sanad yang baik sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, “Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Pada perang Uhud, di saat orang-orang mundur, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di tempatnya dengan dua belas orang dari Anshar melindungi beliau. Dan Thalhah juga berada bersama mereka. Lalu kaum musyrikin berhasil mendekatinya, maka Rasulullah menoleh kepada orang-orang yang bersamanya dan berkata, “Siapa yang akan menghadapi mereka?”Thalhah berkata, “Aku”, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Tetaplah di tempatmu”. Salah seorang dari Anshar berkata, “Aku wahai Rasulullah”, Maka beliau berkata, “Ya engkau”. Dan beliau terus berkata demikian, sementara orang-orang Anshar terus maju satu persatu untuk bertempur dan terbunuh, hingga tidak ada lagi yang tersisa selain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Thalhah bin Ubaidillah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Siapa yang akan menghadapi mereka?” Thalhah berkata, “Hassi (sebuah kata yang diucapkan ketika seseorang dalam keadaan setengah sadar karena mendapat pukulan ataupun terbakar). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Jika engkau tadi mengatakan, “Bismillah” niscaya para malaikat akan mengangkatmu dengan disaksikan oleh orang-orang yang lain!” setelah itu Allah memukul kaum musyrikin.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dlam riwayat dari Baihaqi, “Jika tadi engkau mengatakan “Bismillah” niscaya para malaikat akan mengangkatmu dengan disaksikan oleh orang-orang hingga engkau memasuki langit”. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam naik ke bukit di mana para shahabatnya telah berkumpul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah sebua peristiwa yang berdetak dengan dahsyat, hingga pena pun takkan kuasa untuk melukiskannya, dan tidak mampu menuliskan kepahlawanan yang begitu mengagumkan. Ia sama sekali tidak peduli akan kengerian yang ada. Thalhah menghadapi pedang-pedang yang haus akan darah tersebut, dan bertempur bagaikan sepasukan prajurit. Ia mampu bertahan di hadapan pasukan musyrikin tersebut dan memebrikan perlawanan yang sebanding dengan sebelas orang saudaranya dari Anshar. Jiwa macam apa yang ada di dalam diri shahabat agung ini?!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah serangan yang ganas tersebut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan cedera yang cukup parah. Wajah beliau terluka, gigi seri beliau di bagian kanan bawah patah, sebuah lemparan mengenai kepala beliau dan melukai keningnya. Beliau terjatuh ke dalam sebuah lubang yang di gali oleh Abu Amir dengan tangannya dan dipeluk oleh Thalhah, hingga bisa kembali berdiri. Sementara itu dua buah mata rantai dari penutup kepala menancap di wajah beliau, dan dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dengan giginya. Ia berusaha menggigit rantai tersebut hingga kedua giginya patah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Aisyah dan Ummu Ishaq putri-putri Thalhah, mereka berkata, “Pada perang Uhud ayah kami mendapatkan luka sebanyak dua puluh empat luka, diantaranya terdapat sebuah luka berbentuk segi empat di kepalanya, urat kakinya terputus, dan salah satu jarinya juga terputus. Sementara itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menderita cedera yang cukup parah dengan luka di wajah beliau dan beberapa gigi beliau patah, dan beliau telah sangat kepayahan. Thalhah dengan tenaga yang masih tersisa membawa beliau mundur, setiap menjumpai orang kafir ia akan bertempur untuk melindungi beliau, hingga kemudian ia menyandarkan beliau pada sebuah dinding bukit!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Luka-luka tersebut sangat melemahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan dua lapis baju besi yang beliau pakai menjadi semakin terasa berat sehingga beliau kesulitan untuk menaiki sebuah batu besar di bukit Uhud. Maka Thalhah membungkukkan badannya hingga beliau bisa menapakinya dan naik ke batu besar tersebut. Dan ketika waktu shalat tiba, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan shalat dengan duduk, di ikuti oleh kaum muslimin yang juga duduk di belakang beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa ini diceritakan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan yang lainnya, dari Abdullah bin Zubair, dari ayahnya Zubair bin Awwam berkata, “kami pergi menaiki bukit Uhud bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu beliau berusaha menaiki sebuah batu besar namun beliau kesulitan. Maka Thalhah membungkukkan badannya di bawah beliau, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menapaki badannya hingga berhasil duduk di atas batu tersebut! Zubair berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Telah wajib bagi Thalhah” (Maksudnya, Thalhah telah melakukan suatu perbuatan yang menjadikannya wajib mendapatkan surga).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sa’ad bin Abi Waqqash yang meurpakan salah seorang pahlawan yang hebat dari kalangan shahabat juga memberikan kesaksian bahwa Thalhah adalah orang yang paling banyak melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia berkata, “Semoga Allah merahmati Thalhah. Dia adalah orang yang paling besar perannya dalam melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara kami sering menjauh untuk menghadapi musuh dan kemudian kembali menemani beliau. Aku telah melihatnya sendiri berputar-putar di sekeliling Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk membentengi beliau dengan dirinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika perang usai, tubuh Thalhah membawa banyak sekali tanda dari perang tersebut. Dari kepala sampai kaki, leher dan dadanya, semuanya mendapat bekas sayatan pedang, dan mengalirkan luka bekas tusukan tombak. Banyak panah yang telah menembusnya, namun ia menghadapi itu semua tanpa ada niat untuk melarikan diri. Berbagai macam bekas senjata pun memenuhi tubuhnya. Tubuhnya diselimuti oleh darah, dan ia menyelesaikan perang dengan lebih dari tujuh puluh bekas luka yang terdiri bekas pedang, tusukan tombak, maupun panah. Itu semua menjadi lencana kehormatan dan tanda kepahlawanan serta sekaligus sebagai bukti dari ketulusan pengorbanannya. Ia memperlihatkan kesabaran dan ketabahan dalam pertempuran, dan menunjukkan kepada Allah perbuatan yang diridhai nya dengan berpegang teguh kepada agamanya dan melindungi Rasulnya Shallallahu Alaihi wa Sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita dengarkan kesaksian beberapa tokoh shahabat yang menyaksikan langsung apa yang dialami Thalhah pada hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Qais bin Abu Hazim berkata, aku menyaksikan di tangan Thalhah bin Ubaidillah banyak sayatan, ia menggunakan tangannya untuk melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada perang Uhud.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah riwayat dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah ia berkata, “Jari manis dari tangan kiri Thalhah terkena tebasan pedang dari pangkalnya hingga putus, ia melakukan itu untuk melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Bakar Ash Shiddiq menggambarkan kejadian saat itu dengan amat terperinci dan mengagumkan. Ia menceritakan sebuah kisah yang menggambarkan tentang keberanian dan kehormatan, lalu memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk merenungkannya agar tertanam di hati mereka kebanggaan dan penghormatan untuk sosok pahlawan yang rela menanggung berbagai luka demi kebenaran. Dan agar mereka mengukirkan contoh terbaik dan teladan yang paling mulia di hati mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi di dalam Ad-Dala’il dan Ibnu Hibban, juga Ibnu Asakir dan yang lainnya dalam riwayat yang lebih panjang, dan Ibnu Sa’ad serta Abu Nu’aim dalam riwayat yang lebih singkat, dari Ummul mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Setiap kali mengingat perang Uhud Abu Bakar Radhiyallahu Anhu akan menangis, dan berkata, “Hari itu semuanya adalah milik Thalhah!! Kemudian ia mulai bercerita, “Aku adalah orang yang pertama kali kembali pada saat perang Uhud, dan aku menyaksikan seorang laki-laki yang bertempur bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan melindungi beliau, aku berkata, “mudah-mudahan itu Thalhah, karena aku telah ketinggalan banyak momen saat itu. Dan aku berkata, “Dia antara aku dan pasukan musyrikin ada seorang laki-laki yang tidak bisa aku kenali, dan aku lebih dekat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam darinya, namun ia berjalan lebih cepat dariku. Dan ternyata dia adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Ketika sampai di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kami mendapati gigi beliau telah patah, wajah beliau terluka, dan dua mata rantai dari penutup kepalanya telah menancap di wajah beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Tolonglah shahabat kalian. Maksud beliau adalah Thalhah yang telah mengeluarkan banyak darah. Namun kami tidak memperhatikan ucapan beliau.” Lalu Abu Bakar menceritakan tentang kisah Abu Ubaidah yang melepaskan mata rantai di wajah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan giginya. Kemudian ia berkata, “Lalu kami merawat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan setelah itu kami mendatangi Thalhah yang berada dalam salah satu lubang yang ada di sana. Dan ia telah memiliki lebih kurang tujuh puluhan bekas luka tusukan, sayatan, maupun lemparan panah, dan jarinya juga telah putus. Maka kami pun merawatnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kitab Al-Maghazi karangan Al-Waqidi diaktakan, “Pada hari itu Thalhah terluka di bagian kepalanya, dan terus mengeluarkan darah hingga ia pingsan. Abu Bakar memercikkan air di wajahnya hingga ia siuman, dan berkata, “Bagaimana keadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?” Abu Bakar menjawab, “Baik, beliaulah yang menyuruhku merawatmu.” Ia berkata, “Alhamdulillah, setiap musibah setelahnya adalah kecil!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh Ash-Shiddiq telah berkata jujur dan tepat ketika ia berbicara tentang perang Uhud, “Hari itu semuanya adalah milik Thalhah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Peperangan Thalhah Lainnya Setelah Uhud</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah tidak pernah ketinggalan dalam seluruh peperangan yang diikuti oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia turut dalam perang Badar, Uhud, dan juga dalam Bai’atur Ridhwan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab-kitab sejarah dan kisah peperangan telah mencatatkan kiprahnya yang luar biasa pada perang-perang tersebut. Diantaranya adalah kesediaannya untuk mengeluarkan hartanya demi memenuhi kebutuhan para mujahidin, atau mengerjakan perintah-perintah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang menyempurnakan seluruh sisi jihadnya pada masa kenabian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Pada perang Hudaibiyah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah ikut berangkat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, saat itu kalangan shahabat yang berasal dari Jeddah telah membawa binatang kurban dari rumah mereka, maka Abu Bakar, Utsman, Ibnu Auf, dan Thalhah juga membawa binatang kurban masing-masing. Ketika perjanjian telah ditanda tangani dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan para shahabat untuk memotong kurban dan bercukur, Thalhah segera bangkit dan memotong hewan-hewan yang telah dibawahnya dari Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan disanalah kaum muslimin memberikan Bai’atur Ridhwan di bawah sebuah pohon, Thalhah berada pada posisi terdepan memberikan bai’at.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia juga keluar bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada perang Dzu Qarad (Sebuah mata air yang terletak sejauh dua malam perjalanan dari Madinah arak Khaibar. Qarad sebuah gunung yang terletak di atas lembah An-Naqma yang terletak di arah Timur Laut dari Madinah dengan jarak sekitar 35 Km.) Dengan hartanya, ia membeli sebuah sumur dan menyedahkannya untuk kaum muslimin. Karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakannya Thalhah yang dermawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi, ia berkata, “Pada perang Dzu Qarad, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melewati sebuah sumur yang bernama Baisan maka beliau bertanya tentangnya. Dan dijawab, “Namanya adalah Baisan wahai Rasulullah, dan airnya asin.” Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Tidak, tapi namanya Na’man (yang nikmat) dan airnya baik.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengubah namanya, dan Allah merubah rasa airnya! Thalhah membeli sumur itu dan menyedekahkannya, lalu ia mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamdan memberitahu beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau adalah Thalhah Al-Fayyadh (yang dermawan)”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Tahun Kesembilan Hijrah, Perang Tabuk</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perang ini terjadi pada saat orang-orang berada dalam kesulitan musim panas begitu menyengat, panas membakar, perjalanan begitu jauh, dan musuh amat banyak. Namun Thalhah berada dalam barisan tedepan dari pasukan mujahidin, ia berjihad dengan dirinya, berinfak dengan hartanya, mengikuti perintah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mulai mempersiapkan pasukan, mendorong kaum muslimin untuk mengeluarkan sedekah, dan menjanjikan mereka pahala yang berlipat. Para dermawan pun saling berlomba untuk mengeluarkan harta mereka. Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf menyerahkan harta yang amat banyak. Sementara Thalhah sendiri tetap berada pada barisan terdepan dalam hal ini. Ia membawa hartanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menyerahkannya secara langsung ke tangan beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat dalam diri para shahabatnya apa-apa yang menyenangkan hatinya. Wajah beliau berseri-seri, dan beliau berdoa untuk mereka secara umum, dan juga secara khusus untuk beberapa orang, dan yang terutama tentunya Utsman yang menyiapkan sepertiga pasukan, semoga Allah meridhainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada perang ini, terdapat sekelompok kecil orang yang memperlihatkan keimanan mereka sementara dalam hati menyembunyikan kekufuran. Mereka berkumpul secara sembunyi-sembunyi dalam kegelapan di rumah seorang yahudi, duduk bersama memikirkan tipu daya melawan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamdan para shahabatnya, dan bersekongkol untuk menggerogoti Islam. Mereka berencana untuk menghancurkan kaum muslimin dan membelot dari perang dan jihad. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertindak tegas dengan memotong akar dari kejahatan tersebut, dan menghilangkan pengaruh negatif yang akan ikut menggerogoti tubuh kaum muslimin. Untuk itu beliau menugaskan sekelompok shahabat yang dipimpin oleh Thalhah. Thalhah menerima tugas tersebut dengan senang hati dan segera melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Haritsah bin An-Nu’man Shallallahu Alaihi wa Sallamberkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat berita bahwa beberapa orang munafik berkumpul di rumah seorang yahudi yang bernama Suwailim. Rumahnya berada di Jasum (sebuah benteng yang berada di Madinah Al-Munawwarah). Mereka menghasut orang-orang untuk tidak mengikuti anjuran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim Thalhah memimpin beberapa orang shahabat lain, dan menugaskan mereka untuk membakar rumah Suwailim. Lalu Thalhah melaksanakan tugas tersebut. Ad-Dhahhak bin Khalifah (Adh-Dhahak, Ia pernah dicurigai sebagai seorang munafik. Setelah kejadian itu ia membuat sebuah syair yang menyiratkan bahwa ia telah bertaubat dan memperbaiki dirinya) mendobrak dari bagian belakang rumah hingga kakinya patah, sementara teman-temannya juga menerobos keluar dan berhasil kabur.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
C. Perjalanan Hidup dan Kepribadiannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita telah melihat bagaimana Thalhah senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mengikuti jejak langkah beliau, tetap berada di jalan yang telah digariskan, dan berjihad di bawah panji beliau. Dia berada pada barisan terdepan di medan perang, ia bagaikan singa dan menjadi contoh perang keberanian. Ia berani menembus dasyatnya perang, tanpa takut sedikitpun akan kematian, dan tak peduli akan jumlah musuh yang banyak. Ia mempunyai pendirian yang teguh, fisik yang kuat, sebuah model yang harus dicontoh dalam medan pengorbanan dan pembelaan terhadap Islam, serta mengangkat panji Islam tetap berkibar tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sekarang, bagaimanakah Thalhah kalau dilihat dari segi perilaku, akhlak, keperibadian, dan pergaulan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana hubungannya dengan Tuhannya, juga dengan keluarga, kerabat, dan saudara-saudaranya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa saja hal-hal yang menjadi kerinduannya, cita-citanya, dan harapan yang ingin digapainya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana keadaan pribadinya, bagaimana ia melihat dunia, dengan harta-harta dan segala macam kesenangannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang memperhatikan perjalanan hidup Thalhah akan mendapati bahwasanya seluruh hal-hal yang menjadi jawaban atas pertanyaan di atas tidak kalah hebat, dan tidak kalah mengagumkan, dilihat dari sisi kedisiplinannya dalam berpegang kepada akhlak-akhlak dan ajaran Islam, dibandingkan dengan kehebatannya dalam medan jihad bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam kehidupannya, ia tetap menerapkan keseimbangan, dan keadilan sebagaimana yang diajarkan oleh Islam dengan itu ia didik oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Shahabat mulia ini menyaksikan turunnya wahyu dan hidup pada saat turunnya wahyu tersebut sejak detik-detik awal hingga kemudian Allah tidak menurunkan wahyu lagi. Ia memperhatikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, hidup bersama beliau, dan ia mempelajari dengan teliti setiap detik dari kehidupan beliau dan setiap sikap beliau yang merupakan hakikat Islam secara umum maupun detik yang lebih kecil. Maka cahaya wahyu pun mengalir dalam dirinya, jiwa dan kepribadiannya diliputi oleh kemuliaan akhlak kenabian. Thalhah adalah satu di antara shahabat yang mendapatkan didikan langsung di bawah naungan kesucian, kebaikan, dan kebenaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka jiwanya selalu terikat kepada Tuhannya, senantias merindukan keagungan, dan tak sabar untuk mendapatkan kemenangan yang hakiki di akhirat. Hatinya lembut di tempat yang mengharuskan seperti itu, dan menjadi keran dan teguh ketika berhadapan dengan dahsyatnya pertempuran. Ia sangat rendah hati, mempunyai tutur kata yang terjaga, dan ia merupakan salah satu tokoh Quraisy yang terkenal dengan kelembutan bahasanya. Ia berpegang teguh kepada sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ajaran-ajaran beliau yang ia dapatkan dari hadits-hadits yang didengarnya. Ia mencintai saudara-saudaranya, dan ikut bergembira atas kebaikan yang mereka dapatkan. Ia bersikap lunak kepada mereka, cepat memaafkan, dan berusaha menjauhi pertentangan dengan mereka. Allah telah menganugerahkannya harta yang banyak dan kekayaan yang melimpah, dan memuliakannya dengan jiwa yang pemurah dang sangat dermawan dalam kebaikan. Ia bagaikan angin ketika memberi, dan bagaikan laut dalam hal kedermawanan. Ia mendermakan banyak sekali contoh terbaik dari pemberian dan kedermawanannya. Harta yang terkumpul di tangannya bahkan menyebabkannya tidak bisa tidur, hingga terkadang ketika ia mendapatkan ratusan ribu dinar di tangannya, ia akan memerintahkan para pegawainya untuk membagi-bagikan harta tersebut pada malam itu juga. Maka ketika pagi tiba, tidak ada lagi yang tersisa dari harta tersebut!</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia selalu terlihat bahagia, selalu tersenyum khususnya bersama anak-anak dan keluarganya. Jika diminta ia akan memberi, dan jika ada yang berbuat baik ia akan berterima kasih dan membalas kebaikan tersebut dan melebihkannya. Jika ia dizhalimi maka ia akan cepat memaafkan, semoga Allah meridhainya, dan sunggu ia telah melakukan semua itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Gambaran Umum tentang Kepribadian dan Akhlaknya</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa’I, Al-Hakim dan ia menshahihkannya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi, dari Yahya bin Thalhah bin Ubaidillah, dari ayahnya, bahwasanya Umar melihatnya sedang bersedih, maka ia berkata, “Kenapa engkau bersedih wahai Abu Muhammad? Mungkinkah engkau bersedih karena pemerintahan putra pamanmu yaitu Abu Bakar? Ia menjawab, “Tidak”, dan memuji Abu Bakar, tapi aku telah mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada sebuah kalimat yang ia jika diucapkan oleh seorang hamba pada saat kematiannya, maka Allah akan melepaskannya dari bebannya dan mecerahkan warnanya.” Namun aku tidak sempat untuk menanyakannya kepada beliau hingga wafatnya.” Maka Umar berkata, Sungguh aku mengetahuinya!” Thalhah berkata, “Apakah kalimat itu?” Umar menjawab, “Apakah engkau tahu sebuah kalimat yang lebih agung dari apa yang diminta beliau untuk diucapkan oleh paman beliau, La ilaha Illallahi?” Thalhah berkata, “Demi Allah, itulah dia.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam sebuah riwayat lain dari Ahmad dan An-Nasa’I dari Jabi bin Abdullah berkata, “Aku mendengar Umar bin Khaththab berkata kepada Thalhah bin Ubaidillah, “Kenapa aku melihatmu begitu kusut dan kumal sejak wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, adakah yang tidak engkau sukai dari kepemimpinan putra pamanmu?” Ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah, aku peringatkan kalian bahwa aku tidak akan pernah begitu. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat jika di ucapkan oleh seorang hamba pada saat kematiannya, niscaya ia akan mendapati ruhnya dalam keadaan tentram pada saat meninggalkan jasadnya, dan pada hari kiamat ia akan mempunyai cahaya.” Namun aku belum sempat menanyakan itu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau juga tidak memberitahuku”, ia berkata, “Segala puji bagi Allah, Apakah itu?” Umar menjawab, “Itu adalah kalimat yang diucapkan beliau kepada paman nya, La ilaha Illallah.” Thalhah berkata, “Engkau benar.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah semangat Thalhah yang tinggi dan kegigihannya dalam mencari ilmu serta kesedihannya karena tidak sempat menanyakan tentang sebuah hadits kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan itulah keinginannya yang tertinggi, harapan dan cita-citanya akan rahmat dari Allah jika dunia telah ditinggalkan dan ia berada di gerbang akhirat. Maka hendaklah setiap mukmin senantiasa takut dan mempunyai harapan yang tinggi untuk mendapatkan kematian dengan melafkan kalimat tauhid dengan penuh keikhlasan baik saat di dunia maupun pada saat wafatnya nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad hasan dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwasanya ia pernah mengimami shalat pada suat kaum, setelah selesai ia berkata, “Sungguh aku lupa untuk mempersilahkan kalian menjadi imam sebelum aku maju tadi, apakah kalian rela dengan shalatku tadi (sebagai imam)? Mereka berkata, “ya, dan siapa yang tak menyukainya wahai pembela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?!” ia berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila ada orang yang mengimami suatu kaum, sementara mereka tidak menyukainya, maka shalatnya tidak akan melewati telinganya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sikap Thalhah Radhiyallahu Anhu ini memberikan kepada kita sebuah nuansa lain dalam metode pendidikannya, dan juga memperlihatkannya keteguhannya dalam berpegang kepada sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jika ia berusaha memastikan kerelaan para jamaah akan shalat yang baru saja diimaminya, maka bagaimana mungkin ia akan bersekongkol atas mereka atau mengambil alih kekhalifahan tanpa bermusyawarah dengan kaum muslimin atau tanpa meminta keridhaan dan keputusan mereka bersama?! Dengan metode inilah para shahabat tumbuh, dan dengan ketranspaaranan ini mereka memimpin berbagai wilayah dan mengurus hokum dan perkara rakyat lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan dalam Ar-Riqqatu wa Al-Buka’u, “Bahwasanya Thalhah dan Zubair melewati tempat peleburan seorang pandai besi, maka mereka berhenti memandanginya sambil menangis. Lalu mereka melewati tukang buah dan tumbuh-tumbuhan yang wangi, dan mereka pun menangis dan memohon surga kepada Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi mati hati seorang mukmin harus terbuka, hatinya terjaga, cepat tanggap dalam mengambil hikmah dan pelajaran, ketika ia melihat sesuatu yang mengingatkannya kepada neraka, hatinya menjadi terguncang dan berlindung kepada Allah dari siksa jahannam. Dan ketika ia melewati salah satu kenikmatan dunia, jiwanya menjadi rindu akan surga dan ia meminta keutamaan itu dari Allah Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang mari kita buka lembaran baru dari kitab perjalanan hidup Thalhah untuk membaca beberapa sikapnya terhadap saudara-saudara dan para shahabatnya. Pada perang Tabuk, ada tiga orang shahabat terkemuka yang tidak ikut berangkat. Dan di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mereka mengakui bahwa mereka tidak mempunyai alas an untuk tidak ikut, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyerahkan urusan mereka kepada Allah Ta’ala. Hingga kemudian taubat mereka diterima dan turun dalam bentuk wahyu yang akan tetap dibaca sepanjang zaman, sesuai dengan metode terbaik dalam pendidikan dan dalam meluruskan penyimpangan-penyimpangan dalam masyarakat yang baik yang tidak mungkin luput dari berbagai kekurangan yang meurpakan tabiat dari manusia. Salah satu dari tiga shahabat tersebut adalah Ka’ab bin Malik Al-Anshari yang dipersaudarakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Thalhah bin Ubaidillah pada awal hijrah ke Madinah. Ketika taubat Ka’ab diterima, Thalhah segera menyampaikan kabar gembira tersebut, dan berbegas mempercepat langkahnya untuk menyalaminya dan memberikan ucapan selamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam hadits yang panjang dari Ka’ab bin malik berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga, di antara delapan puluhan orang yang tidak ikut dalam perang tersebut. Kami mengucilkan diri dari masyarakat umum. Sikap mereka sudah lain kepada kami sehingga rasanya aku hidu di suatu negeri yang lain dari negeri yang aku kenal sebelumnya hingga lengkaplah lima pulu malam sejak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang orang untuk berbicara dengan kami. Pada waktu sedang shalat subuh di suatu pagi dari malam yang ke 50, dan aku sedang duduk dalam keadaan sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran, jiwaku telah menjadi sempit, dan bumi yang luas ini juga menjadi sempit bagiku, tiba-tiba aku mendengar seseorang berteriak dari atas sebuah bukit dengan suaranya yang paling keras, “Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah. Ia berkata, “Maka aku segera luruh bersujud, dan aku yakin bahwa telah ada pembebasan. Rasulullah menyampaikan berita itu kepada shahabat-shahabatnya seusai shalat shubuh bahwa Allah telah mengampuni kami bertiga. Orang-orang pun berbondong-bondong menyampaikan kabar gembira itu kepada kami. Bahkan seseorang datang menemuiku dengan bergegas dan memukul kudanya dengan kedua kakinya agar ia berlari lebih cepat. Seseorang dari Bani Aslam menaiki bukit dan berteriak menyampaikan berita tersebut. Suaranya datang lebih cepat dari pada kuda. Ketika orang yang berteriak itu kemudian mendatangiku, aku membuka kedua pakaianku dan memakaikannya untuknya atas kabar gembria yang dibawanya. Demi Allah, saat itu aku tidak memiliki pakaian kecuali yang dua itu. Aku mencari pinjaman pakaian dan memakainya. Kemudian aku berangkat untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ternyata aku telah disambut banyak orang dan dengan serta merta mereka mengucap selamat atas diterimanya taubatku oleh Allah. Ketika aku masuk masjid, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang duduk dengan dikelilingi oleh para shahabatnya. Melihat kedatanganku, Thalhah bin Ubaidillah bangkit dan berlari-lari kecil kepadaku dan kemudian ia menyalamiku dan memberikan ucapan selamat. Demi Allah, tidak seorang pun dari Muhajirin yang berdiri selain Thalhah, dan aku tidak akan melupakan itu untuk Thalhah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah seharusnya seorang muslim. Menginginkan kebaikan untuk kaum muslimin dan ikut bergembira atas kegembiraan mereka. Bersedih atas penderitaan mereka, dan jika mereka mendapatkan kebahagiaan ia akan memberi mereka kabar gembira tersebut dan berharap agar kebahagiaan mereka akan berlanjut. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa ia turut berbahagia atas kebahagiaan mereka. Dan jika mereka ditimpa oleh kesedihan atau kesempitan hidup, ia akan ikut bersedih dan merasakan penderitaan mereka serta berusaha meringankan beban mereka. Inilah salah satu dari tanda-tanda keimanan, dan tidak akan sempurna keimanan seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita merenungkan sebuah kisah yang diabadikan oleh sejarah untuk kita dalam perjalanan hidup shahabat yang mulia ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah berkata, “Antara aku dan Abdurrahman bin Auf pernah mempunyai harta (sebidang tanah), aku berbagi dengannya. Lalu ia ingin membuat jalur air melalui tanahku, namun aku menolaknya dan ia mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mengadukanku. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamberkata, “Tahanlah, dia adalah seorang yang telah wajib baginya surga.” Lalu ia kembali mendatangiku untuk memberikan kabar gembira tersebut. Aku berkata, “Wahai saudaraku, apakah harta ini sampai membuatmu mengadukanku kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?!” ia berkata, “Tadinya mememang begitu”, Thalhah berkata, “Maka aku bersaksi kepada Allah, dan bersaksi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa harta itu telah menjadi milikmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah lisan yang jujur, kepribadian yang bersih, jiwa yang lapang dan dermawan, serta senantiasa menginginkan yang terbaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mengungkapkan dengan jujur apa yang ada di dalam dirinya, dan menggambarkan apa yang terjadi dengan jelas. Abdurrahman bin Auf ingin mengalirkan air ke tanahnya melalui tanah Thalhah, namun Thalhah tidak mengizinkannya maka ia mengangkat masalah tersebut kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Namun beliau enggan menerima pengaduan atas seseorang yang telah wajibnya baginya surga! Maka Ibnu Auf bergegas menemui saudaranya untuk memberikan kabar gembira tentang ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut, dan memberikannya ucapan selamat atas angerah yang telah diberikan Allah kepadanya. Thalhah melihat kembali sebidang tanah yang telah menyebabkan persengketaan itu, dan ia pun menganggapnya kecil walau seberapa mahal pun harganya. Ia tidak ingin tanah tersebut menjadi penyebab suatu perkara yang harus diangkat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia memandang jauh ke depan sebagaimana yang selalu ia lakukan, maka ia menghibahkan seluruh harta tersebut. Ia bersaksi kepada Allah dan Rasulnya bahwa harta itu adalah hibah untuk saudaranya Abdurrahman, sebagai wujud syukur kepada Allah atas kabar gembira Nabinya Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan surga, dan sekaligus sebagai hadiah untuk kebesaran jiwa Ibnu Auf yang membawa kabar gembira tersebut kepadanya meskipun saat itu ia tengah bersengketa dengannya!</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga Allah merahmati jiwa-jiwa itu dan meninggikan kedudukannya di surga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah kisah lain yang mirip dengan kisah sebelumnya, dan dari sisi lain bisa dilihat kebalikan dari yang tadi, namun ia menyempurnakan kisah sebelumnya. Kisah ini semakin menguatkan hakiekat bahwa seseorang yang dermawan akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang telah ia berikan dan bahkan lebih banyak. Ia memberikan hartanya untuk kebaikan dan mempererat hubungan, dan memaafkan orang yang berhutang kepadanya, maka Allah menggantinya dengan yang lebih baik. “Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (Qs. Saba’ [34]: 39.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya “Thalhah mempunyai hutang kepada Utsman sebanyak lima puluh ribu dirham. Suatu hari Utsman keluar menuju masjid, di sana Thalhah berkata kepadanya, “Uangmu sudah siap, ambillah”, Utsman berkata, “Uang itu sudah menjadi milikmu wahai Abu Muhammad, sebagai bantuan untukmu atas kedermawananmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sungguh benar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, “Harta yang baik lebih berkah di tangan orang yang baik pula.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara kelebihan akhlak Thalhah lainnya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam kitab Sirahnya, “Thalhah tidak pernah berdiskusi dengan seorang yang bakhil dalam hal pergaulan, atau seorang pengecut dalam masalah perang, atau seorang pemuda dalam masalah perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat pemurah, baik hati, dan kedermawanan merupakan sifat-sifat yang mendarah daging dalam dirinya. Ia tidak pernah menunda-nunda dalam memberikan infak, atau membuang waktu dengan diskusi tentangnya, apalagi jika orang yang diajak berdiskusi adalah seorang yang bakhil dan sangat kuat mempertahankan hartanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemurahan hatinya sama dengan keberaniannya, dan ini adalah dua hal yang tidak terpisahkan darinya. Jika suara kebenaran telah menyerunya untuk berjihad di jalan Allah, dia akan segera memakai besinya, menaiki kudanya, dan menyambut seruan jihad tersebut sebagai mana yang dilakukan oleh para pahlawan yang siap mengorbankan diri di medan tempur. Ia tidak membiarkan suara-suara pengecut menghambat jalannya menyambut seruan jihad.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk lain dari kdermawanan dan kemurahan hatinya adalah pertolongannya kepada para pemuda untuk menikah, agar kehormatan tetap terjaga dalam masyarakat, dan menyatukan mereka yang telah siap untuk memasuki ikatan yang penuh berkah ini dan memasuki mahligai rumah tangga yang suci dan melahirkan keturunan yang suci. Karena itulah dikatakan bahwa Thalhah tidak berdiskusi dengan seorang pemuda dalam masalah perempuan, karena jika ia telah melihat keinginan nya untuk menikahi seorang wanita, ia akan segera memotong tali-tali yang membuat segala urusan tentang itu menjadi panjang, melangkahi hambatan-hambatan dari berbagai adat, dan mengeluarkan hartanya dengan kedermanannya. Ia menggabungkan keinginan sang pemuda dengan pemudi, dan berusaha menyatukan mereka sesuai dengan hukum Islam dan sekaligus untuk menyambut seruan fitrah yang suci.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mempunyai kesempurnaan dalam akhlak perilaku beliau. Di antara kesempurnaan akhlak tersebut adalah sikap rendah hati beliau yang amat tinggi. Para shahabat pun mencontoh sifat tersebut dari beliau, termasuk Thalhah. Ia adalah seorang yang sangat rendah hati, lembut, akrab dan mudah bergaul. Dan dengan segala kelebihan yang dimilikinya, juga berbagai keutamaan yang ada padanya, dan berbagai kontribusi yang telah dipersembahkannya, semua itu justru menambah sikap rendah hati dan tenang dalam dirinya. Ditambah dengan rasa hormat yang ditunjukkan orang-orang kepadanya dan tingginya kedudukannya di tengah-tengah mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Ibnu Adi dan Ibnu Asakir, dengan sanad lemah dari Musa bin Thalhah bin Ubaidillah berkata, “Aku memasuki sebuah majelis dengan ayahku, maka mereka melapangkan tempat untuknya di segala sisi, maka ia duduk di tempat yang paling rendah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara sikap tawadhu’ kepada Allah Azza wa Jalla adalah keridhaan untuk berada di tempat yang paling rendah dalam kemuliaan sebuah majelis.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah juga dikenal sebagai seorang yang santun dan toleran. Ini adalah sebuah sifat mulia dan terhormat yang menambah kewibawaan dan kemuliaan seseorang. Bahkan orang yang mengenal Thalhah menganggapnya sebagai salah seorang toko Quraisy yang sangat santun. Qais bin Abi Hazim berkata, “Aku mendengar Thalhah bin Ubaidillah berkata, dan dia dianggap sebagai tokoh Quraisy yang santun, “Sesungguhnya aib terkecil bagi seorang laki-laki adalah dengan berdiam duduk di rumahnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita akan menutup pembicaraan tentang kepribadiannya dengan menyitir kesaksian dari salah seorang istrinya, wanita ini tidak melebih-lebihkan dalam menggambarkan akhlaknya, dan orang yang paling mengenal seorang laki-laki adalah keluarganya, khususnya istrinya. Wanita ini tidak melebih-lebihkan akhlak Thalhah, namun ia menceritakan apa yang dilihatnya pada diri THalhah, yang bahkan sudah didapatinya sebelum menikah dengannya. Ia juga telah mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentang Thalhah sebelum memilihnya sebagai suami di antara empat tokoh shahabat yang datang meminangnya saat itu. Ia memilih Thalhah karena ia melihat dalam dirinya sifat-sifat yang dikehendakinya ada dalam diri suaminya dalam rumah tangganya kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hakim meriwayatkan dalam Al-Mustadrak dari Musa bin Thalhah bin Ubaidillah, ia berkata, “Umar bin Khathtab Radhiyallahu Anhu datang meminang Ummu Aban binti Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams, namun ia menolaknya. Dikatakan kepadanya, “Kenapa?” ia menjawab, “Jika ia masuk rumah, ia datang dengan memikirkan masalah, dan jika keluar, oa pun keluar dengan memikirkan masalah. Urusan akhiratnya telah melupakannya dari urusan dunianya, seolah ia telah melihat Tuhannya dengan kedua matanya!”. Lalu ia dilamar oleh Zubair bin Awwam, dan ia pun menolaknya. Dan dikatakan kepadanya, “Kenapa?”, ia menjawab, “Istrinya hanya akan memenuhi kebutuhannya saja, dan ia akan mengatakan begini dan begitu. Kemudian ia dilamar oleh Thalhah, dan ia berkata, “Inilah suamiku yang sejati”, mereka bertanya, “Kenapa demikian?” ia menjawab, “Aku telah mengenal akhlaknya, jika ia masuk rumah ia akan memasukinya dengan tertawa, dan jika keluar, ia akan keluaur dengan tersenyum. Jika aku meminta sesuatu ia akan memberikan, jika aku diam dia akan memulai pembicaraan, jika aku melakukan sesuatu ia akan berterimakasih, dan jika aku berbuat salah aia akan memaafkan.” Ketika mereka telah menikah, Ali berkata, “Wahai Abu Muhammad, jika engkau mengizinkan aku akan berbicara dengan Ummu Aban?” ia berkata, “Berbicaralah kepadanya.” Lalu ditariklah hijab pembatas di rumahnya. Ali berkata, “Assalamualaikum wahai yang menjaga kemuliaan dirinya!” ia menjawab, “Waalaikassalam.” Ali berkata, “engkau telah dilamar oleh Amirul Mukminin dan engkau menolaknya.” Ia menjawab, “Benar demikian”, Ali kembali berkata, “Lalu aku melamarmu, dan engkau telah mengetahu hubungan kekerabatanku dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan engkau pun menolakku.” Ia menjawab, “Benar demikian”. Lalu Ali berkata.” Dan sekarang demi Allah, engkau telah menikahi orang yang paling tampan di antara, dan paling dermawan, ia akan memberikan ini dan itu!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
C. Perjalanan Hidup dan Kepribadiannya</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Perniagaannya, kekayaannya, dan kedermawanannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah Al-Khair, Thalhah Al-Fayyadh, Thalhah Al-Jud (Tiga kata yang disebutkan merupakan ungkapan tentang kedermawanan seseorang), demikian lah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjuluki Thalhah. Beliau menyematkan untuknya tiga sifat mulia yang menjadi idaman orang lain walaupun salah satunya saja, namun Thalhah mendapatkan ketiganya sekaligus!</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberinya kehormatan dengan kemuliaan yang tinggi ini sebagai penghargaan atas pemberiannya yang banyak dan kedermawanannya yang melimpah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebatang pohon yang baik diciptakan untuk senantiasa memberiakan manfaat kepada manusia dengan buah-buahnya yang ranum. Laut takkan pernah bosan untuk memberikan kebaikannya kepada seluruh dunia selama ia masih menyimpan air. Dan sebuah mata air tidak akan berhenti mengalirkan airnya yng jernih dan elzat untuk siapapun yang meminumnya, dimanapun ia, dan siapapun ia dan begitulah Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebaikan adalah tabiat asli dalam dirinya, kemurahan hati yang dimilikinya seolah juga telah menjadi fitrah dirinya, dan pemberian yang begitu banyak sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam kepribadiannya. Ia tidak bisa menghindari sifat-sifat tersebut bahkan kalaupun ia menginginkannya. Namun itu bagaimana mungkin sementara kepribadiannya telah dicelup dengan pendidikan Islam dalam naungan kenabian?! Ia memperhatikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang memberikan hartanya dalam kebaikan tanpa perhitungan, jika beliau mendapatkan harta yang banyak maka beliau akan segera menginfakkannya dan tak pernah membiarkan harta tersebut bermalam di rumahnya. Beliau akan menugaskan Bilal dan berkata, “Infakkanlah ini wahai Bilal, dan jangan takut akan sedikitnya harta di hadapan Sang Pemilik Arsy.” Bagaimana mungkin Thalhah tidak mencontoh ini dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk dapat meningkatkan dirinya pada derajat yang lebih tinggi dengan berinfak, dan memberikan hartanya, serta meletakkannya di bingkai yang tepat sebagaimana yang telah digariskan oleh Islam. Dengan demikian ia bisa mengumpulkan harta dengan halal, mengembangkannya sesuai syariat, dan tangannya tidak pernah ragu untuk mengeluarkannya di jalan Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah adalah contoh terbaik dari didikan dan gemblengan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para shahabatnya, baik dari segi keteguhannya dalam berpegang kepada Islam, konsistensinya dalam menerapkannya dalam hidup, dan juga kepahlawanannya dalam membela agamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Harta merupakan salah satu pondasi untuk tegaknya Negara Islam dengan sempurna. Maka Thalhah pun berusaha untuk menempatkannya pada posisinya dengan sebaik-baiknya. Ia tak pernah ragu untuk melakukan perjalanan kemanapun, masuk ke pasar-pasar, melakukan bisnis property, menginvestasikan hartanya di banyak tempat, mengupah seseorang untuk bekerja dengannya dalam perniagaannya, hingga pemasukannya perhari mencapai seribu wafi, harta pun mengalir kepadanya, hingga ia menjadi salah satu orang terkaya. Dengan kekayaan itu ia menginfakkan ini dan itu di jalan Allah tanpa perhitungan, sehingga Allah pun mengganjarnya dengan tanpa perhitungan pula, dan Allah melipatgandakan ganjarannya hingga hari kiamat kelak, dimana tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah-kisah kedermawanan dan kemurahan hatinya dalam memberi telah diketahui dengan baik oleh setiap musafir, dan kaum muslimin secara umum, dan khususnya kedermawanannya kepada keluarga dan kaum kerabatnya serta para Ummul mukminin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemurahan hatinya semakin menjadi-jadi dan mendapat dukungan yang kuat karena di antara istrinya ada yang selalu mendorongnya untuk berinfak dan memberi, dan bahkan menunjukkan kepadanya tempat-tempat serta pihak-pihak yang layak untuk diberi bantuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia pernah bersedekah di sebuah majelis sebanyak seratus ribu dirham sementara bajunya sendiri membutuhkan perbaikan. Ia membagikan tujuh ratus ribu dirham kepada orang-orang dan hanya menyisakan seribu dirham untuk keluarganya. Ketika ia menerima uang yang banyak, ia justru tidak bisa tidur hingga ia membagi-bagikannya dan tidak menyisakan sepeserpun di rumahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah beberapa peristiwa, dan sikap Thalhah yang menakjubkan, dan patut mendapat pujian yang baik, serta layak untuk selalu dikisahkan sebagai teladan yang baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang mari kita lihat hartay ang dimiliki Thalhah, sumbernya, dan perkiraan jumlahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Waqidi dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari Musa bin Muhammad bin Ibrahim, dari ayahnya berkata, “Thalhah mendapat pemasukan di Irak antara empat ratus ribu hingga lima ratus ribu dirham, di Sarat. Ia mendapat pemasukan sebesar kurang lebih sepuluh ribu dirham, dan di A’radh ia juga mendapat banyak pemasukan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan diriwayatkan dari Musa bin Thalhah, ia berkata, “Setiap tahun Thalhah mendapat pemasukan dari IRak sebesari seratus ribu dirham, diluar pemasukannya dari Sarat dan tempat lainnya. Untuk kebutuhan keluarganya di Madinah setiap tahunnya di ambil dari ladangnya di Qanah, ia mempekerjakan hingga dua puluh pekerja di ladangnya, dan dialah orang pertama yang menanam gandum di Qanah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Isa bin Thalhah, ia berkata, “Abu Muhammad Thalhah mendapat pemasukan dari Irak setiap harinya sejumlah seribu wafi.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mempunyai banyak tanah yang digunakan untuk berladang, ia memperdagangkannya, menjual, dan membeli, dan ia mengembangkan hartanya dalam banyak bentuk perdagangan. Maka sumber pendapatannya pun menjadi bermacam-macam, dan harta pun datang melimpah ke tangannya, dan ia menginfakkannya tanpa perhitungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menggambarkan kedermawanan dan kemurahan hati Sa’ad dalam beberapa kejadian yang diriwayatkan kepada kita oleh para biografer dan sejarawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Ibnu Asakir dari Musa bin Thalhah, dari ayahnya Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutku pada perang Uhud: Thalhah Al-Khair, dan pada perang Al-Usyairah: Thalhah Al-Fayyadh, dan pada perang Hunain: Thalhah Al-Jawwad.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, dan Abu Nu’aim dalam Al-Ma’rifah, dan Ibnu Asakir dari Salamah bin Al-Akwa’ Radhiyallahu Anhu berkata, “Thalhah membeli sebuah sumur di dekat sebuah gunung, kemudian menyembelih seekor unta, dan mengundang orang banyak untuk memakannya, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Engkau adalah Thalhah Al-Fayyadh”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sebuah riwayat yang disebutkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrakdari Musa bin Thalhah, “Bahwasanya Thalhah menyembeli seekor unta dan menggali sumur pada perang Dzu Qarad, kemudian ia memberi makan dan minum untuk orang-orang, maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Wahai Thalhah Al-Fayyadh.”. Maka ia pun dinamakan Thalhah Al-Fayyadh.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Qabishah bin Jabir adalah seorang tokoh tabi’in dan salah seorang dari ahli fikih di kota Kufah. Ia telah bergaul dengan banyak tokoh shahabat terkemuka, di antaranya Umar, Thalhah, Al-Mughirah, Mua’awiyah, dan ia menyebut mereka dengan kelebihan dan keistimewaan mereka masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Al-Fasawi, Abu Nu’aim, Ath-Thabrani, dan yang lainnya dari Qabishah bin Jabir berkata, “Aku telah mendampingi Umar bin Khaththab, dan aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak membaca kitabullah, atau lebih memahami agama Allah, dan yang lebih baik dalam mempelajari darinya. Dan aku juga telah mendampingi Thalhah bin Ubaidillah, dan aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak memberikan harta yang banyak dan tanpa diminta darinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang shahabat As-Saib bin Yazid menggambarkan sebuah peristiwa tentang luasnya pemberian Thalhah dan tingginya kedermawanannya. Thalhah tidak hanya memberi pada saat bermukim, namun juga saat dalam sebuah perjalanan, dan tidak terbatas pada pemberian yang berbentuk dinar atau dirham, namun juga kebutuhan hidup lainnya seperti makanan dan pakaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
As-Saib berkata, “Aku mendampingi Thalhah bin Ubaidillah dalam perjalanan dan pada saat bermukim, dan aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih dermawan dari Thalhah dalam memberikan dirham, pakaian, dan makanan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang kita akan melihat beberapa kejadian dan peristiwa lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwasanya ia mendapatkan uang sejumlah tujuh ratus ribu dirham dari Hadhramaut, dan malam itu ia terlihat amat gelisah. Istrinya bertanya, “Wahai Abu Muhammad, kenapa aku melihatmu sangat gelisah mala mini, adakah sesuatu yang tidak engkau sukai dari kami agar kami bisa menyenangkanmu?” ia berkata, “Demi Allah tidak, engkau adalah istri yang baik, namun mala mini aku terpikir akan suatu hal, dan aku bertanya-tanya, “Apakah persangkaan seorang laki-laki kepada Tuhannya sementara ia tidur dengan sejumlah uang ini dirumahnya?” Istrinya berkata, “Apakah engkau telah melupakan sebagian kebiasaanmu?!” Ia berkata, “Apakah itu?” Istrinya menjawab, “Oagi besok, masukkanlah uang-uang itu kedalam pundi-pundi besar dan kecil lalu bagikanlah ke rumah-rumah kaum Muhajirin dan Anshar sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing.” Ia berkata, “Semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya engkau sepanjang pengetahuanku adalah seorang yang diberikan petunjuk oleh Allah, dan putri dari orang yang juga memperoleh petunjuk dari Allah.” Dia adalah Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan pada pagi harinya, ia memasukkan uang tersebut ke dalam pundi-pundi besar dan kecil dan membagikannya di antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan ia juga tidak lupa mengirimkan satu pundi ke rumah Ali bin Abu Thalib. Istrinya berkata kepadanya, “Wahai Abu Muhammad, apakah kami memiliki bagian dari harta ini?” ia berkata, “Kemana saja engkau hari ini? Bagianmu adalah apa yang tersisa.” Ia berkata, “Saat itu tersisa satu kantong yang berisi sekitar seribu dirham!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Al-Fasawi, Ath-Thabrani, Al-Hakim, Ibnu Asakir, dan yang lainnya dari Su’da binti Auf Al-Murriyyah istri Thalhah Rahdiyallahu Anha berkata, “Suatu hari Thalhah masuk rumah dengan lesu, aku bertanya, “Kenapa engkau begitu lesu? Adakah sesuatu dari kami yang menyusahkanmu agar kami bisa menghiburmu?” ia berkata, “Tidak ada yang meragukanku tentangmu, dan engkau adalah istri yang sangat baik bagi seorang muslim, namun ada harta yang banyak terkumpul di baitul mal dan itu menyusahkanku.” Ia berkata, maka aku berkata kepadanya. “Apa yang menyusahkanmu tentang itu, kirimlah uang itu kepada kaummu dan bagikan di antara mereka.” Maka ia pun mengirimkan uang itu kepada kaumnya, dan membagikanny di antara mereka. Su’da berkata, “Aku bertanya kepada penjaga baitul mal berapa jumlah uang tersebut? Ia menjawab, “Empat ratus ribu!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah seharusnya wanita, mendorong suaminya untuk berbuat baik, menunjukkannya jalan kebaikan tersebut yang memberikan manfaat dan dukungan bagi kaum muslimin dan kaum kerabat. Senantiasa berdiri di sampingnya untuk menguatkannya, dan meyakinkannya akan keseriusannya dalam mberikan nasihat, dan keridhaannya atas perbuatan baiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Istri yang pertama adalah Ummu Kultsum bin Abu Bakar, seorang putri yang meniru ayahnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thalhah, “Seorang yang mendapatkan petunjuk, dan putri dari orang yang mendapatkan petunjuk” dan yang lebih mengagumkan adalah bahwa ia menunggu hingga suaminya selesai membagikan hartanya dan kemudian bertanya, “Apakah kami memiliki bagian dari harta ini wahai Abu Muhammad?!” perbuatan baik yang dilakukannya serta kecintaannya untuk memberikan hartanya kepada kaum muslimin telah melupakan nya dari keluarganya sendiri, tidak ada lagi yang tersisa di tangannya kecuali seribu dirham saja. Ketika istrinya mengingatkannya, ia pun menyimpannya untuk mereka!</div>
<div style="text-align: justify;">
Istri yang kedua adalah seorang shahabiyah yang mulia, dan sikapnya menunjukkan asal keturunannya yang baik serta terhormat, dan kemuliaan akhlaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua wanita yang mulia ini sungguh layak menjadi istri dari Thalhah, dia adalah seorang suami yang baik, dan mereka adalah istri-istri yang baik pula, semoga Allah meridhai mereka semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Abu Nu’aim, Ibnu Asakir dan yang lainnya dari Al-Hasan Al-Bashri, ia mengatakan “Thalhah bin Ubaidillah menjual tanah miliknya kepada Utsman bin Affan dengan harga tujuh ratus ribu, dan Utsman membawa uang itu kepadanya. Ketika Utsman datang dengan uang tersebut, Thalhah berkata, “Sesungguhnya seseorang yang tidur dengan harta ini di rumahnya tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya, sungguh dia adalah orang yang sombong kepada Allah.” Maka malam itu orang-orang suruhannya berjalan di lorong-lorong kota Madinah membagikan uang tersebut, dan ketika waktu Subuh tiba, tidak ada lagi satu dirham pun yang tersisa padanya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Fasawi meriwayatkan sebuah peristiwa lain dari Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata, “Thalhah menjual tanah miliknya dengan harta seratus ribu dirham, dan ia menyedekahkan semuanya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sampai-sampai shahabat yang mulia ini mendahulukan kaum muslim dalam hartanya, dan bahkan dari dirinya sendiri, sehingga seolah mereka lebih berhak dari dirinya atas hartanya tersebut. Ia menginfakkan apa yang dicintainya, sesuai dengan firman Allah Ta’ala, “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia tak ragu mengeluarkan hartanya untuk mendapatkan pahala dan sebagai tabungannya di akhirat kelak, dengan berharap ia termasuk di antara mereka yang dimaksudkan dalam firman Allah Ta’ala “Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penantun.” (Qs.At-Tqghabun [64]:17). Harta-hartanya yang ia miliki telah menjadi kecil baginya, ia ikhlaskan kepada Allah dengan berinfak baik secara terang-terangan maupun secara bersembunyi, ia tidak takut untuk jatuh dalam riya’ maupun kebanggaan harta. Setan telah putus asa untuk mendekatinya, dia termasuk di antara mereka yang dipuji oleh Allah dalam firmannya, “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka tidak bersedih hati. (Qs. Al-Baqarah [2]: 274).</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim, Ibnu Asakir, dan Ibnu Al-Jauzi dari Su’da binti Auf Istri Thalhah berkata, “Suatu hari Thalhah bersedekah sejumlah seratus ribu, lalu ia terpaksa tidak pergi ke masjid karena aku masih menjahit bajunya yang robek.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebaikan yang terbaik dan sedekah yang paling utama adalah yang diperuntukkan bagi keluarga dan kerabat. Banyak sekali hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang itu, di antaranya yang diriwayatkan oleh An-Nassa’I dan Ibnu Hibban dari Thariq bin Abdullah Al-Muharibi Radhiyallahu Anhu, ia berkata. “Ketika kami tiba di Madinah Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam sedang berkhutbah di atas mimbar, beliau bersabda, “Tangan orang yang memberi lebih tinggi, dan mulailah dari orang yang engkau tanggung: Ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, kemudian yang terdekat dan terdekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani dan yang lainnya dalam kisah Abu Thalhah Al-Anshari ketika ia menginfakkan harta yang paling dicintainya yang berupa sebidang tanah yang bernama Bairuha, ia berkata, “Sesungguhnya itu telah aku sedekahkan untuk Allah, aku mengharap kebaikan dan simpanan yang baik di sisi Allah, maka pergunakanlah wahai Rasulullah sesuai dengan yang ditunjukkan Allah kepadamu.” Rasulullah berkata, “Bagus, itu adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakana, dan aku berpendapat hendaklah engkau membagikannya kepada sanak kerabatmu.” Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikan kebun tersebut kepada kerabatnya dan anak-anak pamannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah sangat memahami makna ini dan menerapkannya dengan baik dalam bentuk yang mulia. Ia menginfakkan hartanya untuk anak-anak yatim dari Bani Taim, mengawinkan janda-janda mereka, membayar hutang-hutang mereka, membantu keluarga mereka, dan melimpahkan kebaikan kepada mereka yang mempunyai hubungan dengannya, atau dekat dari segi kekerabatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimi ia berkata, “Thalhah tidak membiarkan seorangpun dari Bani Taim dalam keadaan miskin melainkan ia cukupkan kebutuhan keluarganya, ia nikahkan janda-janda mereka, ia bantu keluarga mereka, dan membayarkan hutang siapapun yang berhutang dari mereka. Setiap kali menerima pemasukan hartanya setiap tahun, ia mengirimkan untuk Aisyah sebanyak sepuluh ribu dirham. Dan ia telah membayarkan hutang milik Shuhaibah At-Taimi sebanyak tiga puluh ribu dirham.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Tarikh Ibnu Asakir, “Ubaidillah bin Ma’mar dan Abdullah bin Amir bin Kuraiz membeli seorang budak dari tawanan perang dari Umar bin Khththab, namun uang mereka masih kurang untuk membayar harganya sebanyak delapan puluh ribu dirham. Maka Umar memerintahkan mereka untuk tetap berada di dekatnya. Thalhah keluar untuk menuju masjid Nabawi, dan ketika ia melewati mereka ia bertanya, “Ada apa Ibnu Ma’mar berada di sini?” ia pun menceritakan masalahnya. Maka Thalhah memerintahkan untuk memberikan empat puluh ribu dirham guna melunasi hutangnya. Namun Ubaidillah bin Ma’mar berkata kepada Abdullah bin Amir, “kalau aku melunasi hutangkum engkaua akan tetap berada disini, namun jika aku membayarkan hutangmu, pastilah Thalhah tidak akan membiarkanku di sni hingga ia membayarkan hutangku.” Maka ia memberikan empat puluh ribu tersebut kepada Abdullah bin Amir dan mendapatinya masih berada di sana, ia berkata, “ada apa Ibnu Ma’Mar, bukankah aku sudah memerintahkan untuk melunasi hutangnya?!” lalu ia diberitahu tentang apa yang telah dilakukannya, Maka ia berkata, “Ibnu Ma’mar tahu bahwa ia memiliki seorang sepupu yang tidak akan menyerahkannya.” Mereka pun melakukannya dan Ubaidillah bin Ma’mar pun bisa pergi bebas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali bin Zaid berkata, “Seorang badui datang kepada Thalhah, dan meminta kepadanya dengan memelas. Ia berkata, “Sesungguhnya belum pernah ada yang datang meminta kepadaku dengan memelas seperti ini, aku memiliki sebidang tanah pemberian Utsman bin Affan seharaga tiga ratus ribu, ambillah itu, atau kalau engkau mau aku akan menjualnya dari Utsman dan memberikan uangnya untukmu”, ia berkata, “Aku akan mengambil uangnya”, maka Thalhah pun memberikan uangnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
D. Ilmunya dan Hadits-Hadits yang Diriwayatkannya</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sebab Sedikitnya Hadits yang Diriwayatkannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah mendampingi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selama periode dakwah. Ia mendengar banyak hadits dari beliau, belajar darinya, menghadiri majelis-majelisnya, ikut dalam banyak peperangannya, shalat di belakangnya, melaksanakan haji bersama beliau, memperhatikan tindak tanduknya, dan melihat akhlak beliau baik saat damai maupun perang, dan saat bermukim atau dalam perjalananan. Namun sedikit sekali hadits ataupun permasalah fikih yang diriwayatkan dari Thalhah, padahal dia termasuk di antara para shahabat yang paling dekat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal ini kembali kepada tiga sebab utama:</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama: Thalhah adalah orang yang sibuk dengan perdagangan dan hartanya. Keterlibatannya dalam mengurus perdangan dan hartanya menyita banyak waktunya. Sehingga ia tidak bisa terus menerus mendampingi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam atau berlama-lama duduk bersama beliau untuk mendengarkan hadits-hadits beliau, mengumpulkannya, dan menghafalkannya karena banyaknya hadits-hadits tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah sendiri telah menyatakan itu dengan terus terang ketika ditanya tentang banyaknya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah padahal kebersamaannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamsangat singkat. Maka Thalhah berkata, “Demi Allah, kami tidak pernah ragu bahwa ia telah mendengar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apa yang belum pernah kami dengar, dan ia juga mengetahui apa yang tidak kami ketahui. Sungguh saat itu kami termasuk golongan yang kaya, mempunyai banyak rumah dan keluarga, sehingga kami hanya mendatangi Rasulullah pada pagi hari dan petang, dan setelah itu kami pulang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua : Bahwasanya setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Thalhah sangat sibuk di tambah dengan kesibukannya dalam berdagang bersama para khalifah mengemban beban pemerintahan dan mengurus urusan rakyat. Juga memberikan nasihat dan pertimbangan-pertimbangan dalam musyawarah kepada mereka. Ia masuk dalam anggota majelis syura pada masa keempat khalifah, dan keterlibatannya dalam permasalahan pemerintahan dan menangani urusan rakyat tentunya sangat menguras waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga : Thalhah tidak meluangkan waktunya untuk mengajar di majelis-majelis, fikih atau memberikan fatwa, sama seperti kebanyakan tokoh shahabat lainnya. Mereka telah mempercayakan itu kepada mereka yang meluangkan waktu mereka untuk terus mendampingi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan shahabat-shahabat muda lainnya yang berbagung dalam barisan mereka yang memenuhi hati mereka dengan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ilmu fikih, dan kemudian mengkhususkan diri untuk mengajarkan ilmu-ilmu tersebut. Dengan itu mereka telah membebaskan shahabat-shahabat lainnya dari kewajiban yang mulia tersebut. Setiap orang akan berkalan sesuai dengan takdirnya, dan akan mengisi setiap bidang yang ada di dalam Islam. Masing-masing akan bekerja sesuai dengan kemampuannya dengan sebaik-baiknya. Dengan beragamnya pekerjaan para shahabat, dan menyatunya bakat-bakat serta kemampuan yang mereka miliki, dan dengan kerja sama yang kokoh, maka pondasi Negara pun dapat ditegakkan di atas dasar yang kokoh dan keragaman yang saling menguatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Hadits-hadits yang diriwayatkannya dan orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Umar bin Khaththab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yang meriwayatkan darinya adalah putra-putranya : Ishaq, imaran, Isa, Musa dan Yahya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari kalangan shahabat : Jabir bin Abdullah, dan As-Saib bin Yazid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari kalangan tabi’in: Al-Ahnaf bin Qais, Abdullah bin Syaddaad bin Al-Hadi, Qabishah bin Jabir, Qais bin Abu Hazim, Malik bin Abu Amir, Al-Ashbahi kakek dari Malik bin Anas, Abu Utsman An-Nahdi, dan yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab-kitab hadits menyebutkan sebanyak 38 hadits darinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, An-Nasa’I, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Abdullah bin Utsman At-Taimi bahwasanya ia berkata, “Kami sedang bersama Thalhah bin Ubaidillah, lalu ia mendapat hadiah berupa daging dari bintang buruan, sementara saat itu mereka sedang dalam keadaan ihram, dan saat itu Thalhah sedang tidur. Ketika ia bangun kami berakata, “Ada daging binatang buruan yang dihadiahkan untukmu.” Ia berakata, “Apa daging binatang buruan yang dihadiahkan untukmu.” Ia berkata, “Kenapa kalian tidak memakannya?” ia berkata, “Kami pernah makan yang seperti itu bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, makanlah.” Maka mereka pun makan, dan ia ikut makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menyebarnya ilmu pada keturunannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah memiliki anak yang banyak, sebagian mereka merupakan ulama hadits yang terhormat, di antaranya :</div>
<div style="text-align: justify;">
Ishaq: Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Ibnu Abbas, dan dari Aisyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Imran: Ia meriwayatkan dari ayahnya, juga dari Ibunya Hamnah binti Jahsy, dan dari Ali bin Abu Thalib.</div>
<div style="text-align: justify;">
Isa: Ia mengambil hadits dari ayahnya, dan dari banyak shahabat lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Musa: Ia mendengar hadits dari banyak shahabat, dan ia termasuk di antara ulama besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yahya : Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, dari ibunya Su’da binti Auf Al-Murriyyah, dan dari Abu Hurairah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Putrinya bernama Aisyah, ia meriwayatkan hadits dari bibinya ummul mukminin Aisyah, dan orang-orang banyak yang meriwayatkan hadits darinya karena keutamaan dan adabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian hadits-hadits tersebut berpindah kepada cucu-cucunya, dan jumlah mereka banyak. Di antara ulama yang terkenal dari mereka adalah : Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, Ishaq bin Yahya bin Thalhah, Bilal bin Yahya bin Thalhah, Thalhah bin Yahya bin Thalhah, dan Mua’awiyah bin Ishaq bin Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ilmu-ilmu tersebut terus mengalir kepada keturunannya yang selanjutnya, di antara yang terkenal dari mereka adalah : Abdullah bin Muhammad bin Imran bin Ibrahim bin Thalhah, Abdurrahman bin Muhammad bin Yusuf bin Ya’qub bin Thalhah, Al-Qasim bin Muhammad bin Zakariya bin Thalhah, Muhammad bin Imran bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, dan Ya’qub bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah pohon ilmu terus tumbuh tinggi dalam keluarga Thalhah, cabang-cabangnya terus menjalar, dan memberikan buahnya. Banyak sekali dari keturunannya yang mnejadi ulama hadits dan fikih. Allah Ta’alamemuliakannya dengan penyejuk mata dari istri-istrinya, anak-anaknya, dan cucu-cucunya. Dengan keturunannya yang bersih dan hasil didikannya yang baik maka pahalanya pun terus mengalir kepadanya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
E. Keutamaannya, Jaminan Surga untuknya, dan Pujian Para Shahabat Untuknya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah telah menyatakan keislamannya sejak awal terbitnya fajar dakwah, dan bergabung dengan kapal iman sejak awal keberangkatannya. Ia menempatkan dirinya pada posisi yang istimewa dalam barisan terdepan yang mendahului penduduk bumi lainnya untuk mengangkat bendera dakwah. Ia maju dengan seluruh kekuatan dan gelora semangat seorang pemuda dan kejujuran orang-orang yang ikhlas serta dedikasi seorang pecinta dalam membela agamanya. Dalam setiap peristiwa ia memberikan sebuah kontribusi nyata, dan bahkan seringkali ia mempersembahkan banyak kontribusi penting dalam satu peristiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nikmat Allah sekan terus mengalir tanpa putus kepadanya. Dan itu ditambah dengan berbagai kabar gembira yang diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keapdanya serta berbagai pujian beliau untuknya atas kiprah dan kontribusinya yang begitu banyak. Maka terkumpullah dalam diri Thalhah berbagai kelebihan dan keutamaan yang biasanya dimiliki oleh beberapa orang sekaligus dan hanya didapatkan oleh mereka yang berusaha menggapai puncak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Baris pertama yang terukir dalam lembar keutamaannya adalah kedudukannya sebagai kelompok pertama yang masuk Islam, dan diikuti dengan pembelaannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamdalam dakwahnya dan ketika menghadapi berbagai siksaan di Mekah. Ia ikut berperan dalam mengibarkan benderah dakwah bersama beliau, lalu berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya untuk berperan dalam membangun Negara Islam di Madinah Al-Munawwarah. Di sana ia meneruskan torehan kisah-kisah kepahlawanan yang mengagumkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam beraksi untuknya bahwa ia termasuk ahli Badar, lalu ikut dalam perang Uhud. Di perang tersebut Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memuliakannya dengan pujian yang bahkan sulit untuk diungkapkan, dan mewajibkan baginya surga atas kiprahnya di sana dan di berbagai peristiwa lainnya. Ia turut hadir dalam perang Hudaibiyah dan memberikan Bai’atur Ridhwan di bawah pohon. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengumumkan di hadapan seluruh shshabat bahwa Thalhah termasuk di antara mereka yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, dan bahwa ia adalah seorang syahid yang berjalan di muka bumi, dan menjulukinya dengan Thalhah Al-Fayyadh (yang dermawan).</div>
<div style="text-align: justify;">
Seluruh keistimewaan dan kelebihan ini menyatu dalam dirinya, yang membentuk sebuah mahkota yang berkilauan di atas kepalanya. Saudara-saudaranya mengetahu keutamaan ini, terukir indah dalam lembaran perjalanan hidupnya dan akan terus dibaca oleh para pengikutnya dan orang-orang yang akan selalu mencintainya dari kaum muslimin sepanjang masa.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kelebihan dan Keutamaannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala telah memberikan kemuliaan kepada sekelompok shahabat dengan menjadikan mereka kelompok pertama yang menyatakan keislaman mereka, dan memberikan mereka nikmat yang besar berupa kesempatan untuk membela Rasul Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menyokong beliau sejak awal dimulainya kewajiban dakwah. Mereka membuktikan itu kepada Allah dalam banyak peristiwa yang mereka lalui, maka Allah menjanjikan untuk mereka berbagai nikmat nya, dan menurunkan ayat Al-Quran uamg alam terus di baca sepanjang masa tentang mereka. Allah Ta’ala berfirman, : “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah akan menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung (Q.S At-Taubah [9]: 00).</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah adalah satu di antara kelompok terbaik tersebut, bahkan ia termasuk di antara yang terdepan dari mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwah melewati masa sulit yang berhasil dilewati dengan kesabaran dan keteguhan. Lalu medan dakwah pun berpindah ke bumi hijra. Thalhah hijrah meninggalkan negerinya Mekah, keluarganya, rumahnya, serta tempat kelahiran dan tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Ia menyusul Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ke tempat hijrah beliau, dan ia pun menerima kemuliaan hijrah tersebut, dan berhak menerima lencana Muhajirin yang dipuji oleh Allah dalam firmannya, “(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridhaannya dan demi menolong (agama) Allah dan Rasulnya. Mereka itulah orang-orang yang benar (Qs. Al-Hasyr [59]: 8).</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat perang Badar tiba, dengan perntah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Thalhah berangkat untuk menyelidiki berita tentang kafilah Quraisy hingga ia tidak dapat ikut dalam perang tersebut. Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap menghitung bagiannya dalam bagian harta rampasan perang dan juga dari segi pahala yang ia dapatkan. Ini sekaligus sebagai kesaksian bahwa ia termasuk ahli Badar. Banyak hadits shahih yang menyatakan tentang tinggi kedudukan mereka, di antaranya perkatan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Umar bin Khaththab, “Barangkali Allah telah mengetahu perihal mereka yang ikut perang Badar dan berfirman, “Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, aku telah mengampuni kalian.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam riwayat lain, “Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, sungguh telah pasti bagi kalian surga.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perang Uhud Thalhah memperlihatkan kiprahnya yang mengagumkan. Dalam perang tersebut ia menoreh banyak keistimewaan dalam lembaran hidupnya yang cemerlang. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan kesaksian kepada sejarah dengan kesaksian dan pujian tertinggi bagi Thalhah, beliau menjanjikan surga untuknya, dan bahwasanya ia termasuk di antara mereka yang menepati janjinya dan memenuhi sumpahnya serta menepati apa yang telah dijanjikannya kepada Allah. Beliau memberinya sebuah jaminan tertinggi yang tidak ada lagi bandingannya. Pahlawan ini pun menjadi tenang akan terjaminnya tujuan akhirnya, dan kemuliaan tempat kembalinya nanti. Ia bahagia dengan penjagaan dan perlindungan Allah kepadanya dan keberkahan jalan yang dilalui hingga ia menemui nya di surganya kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan yang lainnya, dari Zubair bin Awwam berkata, “Pada perang Uhud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memakai dua lapis baju besi, lalu beliau berusaha menaiki sebuah batu besar namun beliau kesulitan. Maka Thalhah membungkukkan badannya di bawah beliau, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menapaki badannya hingga berhasil duduk di atas batu tersebut! Zubair berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Telah wajib bagi Thalhah”. Maksudnya ia telah melakukan suatu perbuatan yang menjadikan surga wajib baginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Ya’la, Adh-Dhiya’ dalam Al-Mukhtarah dan yang lainnya, hadits ini adalah hadits shahih karena banyak jalur periwayatannya, dari Musa dan Isa putra-putra Thalhah, dari ayah mereka Thalhah, “Para Shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, berkata kepada seorang badui yang bodoh, “Tanyakanlah kepada beliau tentang “Orang yang gugur (dalam menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, Siapakah dia?” mereka tidak berani menanyakan langsung kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena segan akan wibawa beliau. Maka orang badui tersebut menanyakannya kepada beliau, namun beliau memalingkan wajahnya darinya, kemudian ia kembali bertanya, dan beliau kembali memalingkan wajah beliau. Lalu aku muncul di pintu masjid dengan memakai pakaian biru. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihatku, beliau berkata, “Mana orang yang bertanya tadi tentang orang yang gugur?” badui tersebut berkata, “Aku wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Inilah orang gugur tersebut.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah riwayat dari Ummul mukminin Aisyah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin melihat seorang laki-laki yang berjalan di atas muka bumi, sementara ia telah gugur, maka lihatlah Thalhah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah sangat bahagia dengan kesaksian dan kabar gembira tersebut, maka ia berusaha untuk berbuat hal-hal yang akan membantunya dalam mencapai apa yang telah di janjikan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Ia juga memberitahu orang-orang tentang besarnya nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Musa bin Thalhah, dari ayahnya berkata, “Jika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melihatku, beliau akan berkata, “Siapa yang ingin melihat seorang syahid yang berjalan di atas muka bumi maka hendaklah ia melihat Thalhah bin Ubaidillah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih lainnya yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Musa bin Thalhah, ia berkata, “Aku menemui Mu’awiyah dan ia berkata, “Apakah engkau mau mendengar kabar gembira dariku?” aku menjawab, “Ya”, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamberkata, “Thalhah termasuk di antara mereka yang gugur (dalam menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Ibnu Al-Atsir berkata, “An-Nahbu: An-Nadzur (Nazar), seolah ia telah mengharuskan dirinya untuk menghadapi musuh-musuh Allah dalam peperangan. Dan dikatakan juga, An-Nahbu : Al-Mautu, seolah ia telah mengharuskan dirinya untuk berperang hingga mati.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits yang diriwayatkan melalui banyak jalur ini merujuk kepada firman Allah Ta’ala. “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya (Qs. Al-Ahzab [33]: 23).</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah adalah salah satu dari mereka yang dimaksud, sesuai dengan kabar gembira yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini adalah suatu keistimewaan yang dimiliki Thalhah, dan Allah telah memberinya selamat atas kehormatan yang diberikannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara kelebihan Thalhah lainnya yang mendapatkan pujian langsung dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, adalah kebaikannya, kedermawanannya, dan kemurahannya dalam memberi. Maka beliau menjulukinya dengan Thalhah Al-Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al-Jud (Thalhah yang pemurah), dan Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang dermawan).</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari Thalhah dan sekelompok shahabat tengah berada bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di gunung Hira. Tiba-tiba gunung tersebut berguncang karena gembira akan kehadiran kumpulan yang penuh berkah tersebut, ia bergetara kegirangan. Ia memuji Allah atasnya berdiri kaki-kaki para tokoh mulia tersebut bersama dengan penghulu anak cucu Adam. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallammenenangkannya dan berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lembut. Beliau menyuruhnya untuk diam dan tenang untuk menghormati para shahabat mulia yang menemani Nabi mereka. Dan tidak ada siapapun di antara mereka melainkan seorang shiddiq atau syahid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas gunung Hira, dan gunung itu pun bergetar. Maka beliau berkata, “Tenanglah hai Hira! Tidak ada yang berada di atasmu kecuali seorang Nabi, atau seorang shiddiq, dan seorang syahid.” Dan yang berada di atasnya adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, dan Sa’ad bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhum.” Kami bertanya, “Lalu siapa yang kesepuluh?” dia menjawab, “Aku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh pengarang empat kitab sunan, juga Ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan yang lainnya dari Sa’id bin Zaid, “Gunug Hira berguncang, Maka Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallamberkata, “Tenanglah hai Hira! Tidak ada yang berada di atasmu kecuali seorang Nabi, atau seorang shiddiq, dan seorang syahid.” Dan yang berada di atasnya adalah Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abu Waqqash, dan aku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Jaminan Surga Untuknya</div>
<div style="text-align: justify;">
Seluruh kelebihan dan keutamaan yang dianugerahkan Allah kepada Thalhah, dan ditambah dengan kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merupakan bukti yang paling nyata bahwa ia termasuk dalam golongan syuhada (orang-orang yang akan mati syahid) dan shiddiqin (orang-orang yang berkata benar) yang merupakan penduduk surga. Allah telah menjanjikan bagi mereka kenikmatan surga yang kekal, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS. An-Nisa’ [4]: 69).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada perang Uuhud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi kabar gembira untuknya berupa surga, beliau berkata, “Telah wajib untuk Thalhah (surga)”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu banyak hadits-hadits lain yang semakin menguatkan dan menetapkan kabar gembira tersebut, yang menambahkan keagungan dari nikmat yang begitu besar. Kebahagiaan pun menyertai langkahnya di dunia hingga ia sampai ke akhirat kelak dimana ia akan memperoleh apa yang telah dijanjikan Allah berupa pemberian yang berlimpah. Dan kabar-kabar gembira tersebut diriwayatkan oleh banyak shahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh empat penulis kita sunan, Ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Hibban dan yang lainnya dari Rasulullah atas apa yang telah didengar kedua telingaku, dan difahami oleh hatiku dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sungguh aku tidak akan mengatakan kebohongan jika ia bertanya kepadaku saat bertemu dengannya nani. Sungguh beliau telah bersabda, “Abu Bakar disurga, Umar di surga, Ali di Surga, Utsman di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, dan Sa’ad bin Malik di surga.” Dan orang mukmin yang kesembilan, kalau aku mau aku akan menyebutkan namanya! Maka orang-orang yang hadir di masjid menjadi rebut dan memintanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, siapakah yang kesembilan tersebut? Ia menjawab, “Kalian telah memintaku dengan nama Allah yang Maha Agung, akulah orang mukmin yang kesembilan tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang kesepuluh.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Abdurrahman bin Auf berkata, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sepuluh orang di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di Surga, Zubair di surga, Thalhah di surga, Ibnu Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah bin Al-jarrah di surga.”</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pujian Shahabat Untuknya</div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat telah mengetahui dengan baik berbagai kelebihan yang dimiliki Thalhah dan banyaknya kontribusi yang telah ia persembahkan dalam membela Islam dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Juga besarnya harta yang ia nafkahkan untuk kaum muslimin, dan mereka telah mendengar langsung pujian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuknya, dan penghargaan beliau atas jasa-jasanya. Maka mereka pun menempatkannya di posisi terhormat yang layak untuknya. Mereka juga selalu memujinya, dan menghargainya atas semua yang telah dilakukan dan diberikannya. Bahkan oleh mereka yang tidak sependapat dengannya dalam ijtihad pada saat munculnya fitnah, dan yang terdepan adalah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Mereka benar-benar memujinya dan mengangkat kedudukannya, bahkan Ali Radhiyallahu Anhu adalah tokoh shahabat yang paling banyak memberikan pujian dan penghargaan kepada Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cukuplah ia memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Umar ketika ia menjadi salah satu orang terdekatnya, dan merupakan salah seorang dari anggota majelis syura dan menjadi tumpuan Umar dalam bermusyawarah dan bahu-membahu bersama dalam mengurus Negara dan rakyat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum Umar Al-Faruq mati syahid, ia menunjuk Thalhah sebagai salah satu dari enam orang yang berhak dipilih menjadi khalifah setelah. Dan ia menerangkan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamwafat, beliau ridha kepada mereka berenam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir meriwayatkan, “Pada perang Jamal, dan pasukan Ali telah membunuh banyak kaum muslimin dan berhasil memasuki Bashrah, ia di datangi seorang laki-laki arab dan membicarakan sesuatu dengannya. Ia mengatakan bahwa ia telah berhasil membunuh Thalhah, maka Ali menghardiknya dan berkata, “Sesungguhnya engkau tidak pernah menyaksikan kiprahnya para perang Uhud, dan besarnya pengorbanannya untuk Islam dengan kedudukan yang dimilikinya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.” Orang tersebut menjadi malu dan terdiam. Seseorang dari mereka bertanya, “Bagaimanakah pengorbanan dan deritanya pada perang Uhud, semoga Allah merahmatinya?” Ali berkata, “Ya, semoga Allah merahmatinya, aku telah menyaksikannya, dan ia menjadikan dirinya sebagai perisai bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pedang dan tombak menyerangnya dari segala penjuru, namun ia tetap bertahan sebagai tameng bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhuma dan dia merupakan salah seorang pendukung Ali, “Bahwasanya Ali keluar dengan membaca ayat ini, “Sungguh sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).”(QS.. Al-Anbiya’ [21]:101). Lalu ia berkata, “Aku termasuk di antara mereka yang dimaksud dalam ayat ini, juga Abu Bakar, Umar, Utsman, Thalhah, dan Zubair.” Dan ia terus membaca ayat tersebut hingga masuknya waktu shalat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Ibnu Abbas bahwasanya ia mendatangi Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Mu’awiyah menanyakan pendapatnya tentang Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ibnu Abbas memuji mereka dengan pujian yang tinggi. Lalu Mu’awiyah berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan Thalhah dan Zubair?” Ibnu Abbas berkata, “Rahmat Allah untuk mereka berdua, demi Allah mereka berdua adalah orang yang menjaga diri, sangat baik, muslim yang suci dan menjaga kesucian diri mereka, dua orang yang syahid, dan alim. Mereka telah berbuat kesalahan dan Allah mengampuni mereka Insya Allah dengan pembelaan mereka terhadap Islam, dan kebersamaan mereka dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta perbuatan baik yang telah mereka lakukan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang terdiri dari orang-orang yang riwayatnya shahih , dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqash berkata, “Suatu hari Sa’ad ketika sedang berjalan-jalan ia melewati seorang laki-laki yang mencaci maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Maka Sa’ad berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau mencaci maki suatu kaum yang telah berbuat untuk Allah apa yang telah mereka perbuat. Demi Allah, engkau akan berhenti memaki mereka, atau aku akan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar mencelakakanmu.” Ia berkata. “Dia menakutiku seolah dia seorang Nabi.” Maka Sa’ad berkata, “Ya Allah kalau ia telah mencaci mereka yang telah berbuat untuk mu apa yang telah mereka perbuat, maka jadikanlah ia sebagai contoh!” Tiba-tiba datang seekor unta betina, dan orang-orang memberinya jalan, lalu unta tersebut menginjaknya! Setelah itu aku melihat orang-orang mengikuti Sa’ad dan berkata, “Allah telah mengabulkan doamu wahai Abu Ishaq.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Seluruh dunia menumpahkan air mata kesedihan atas berpulangnya seorang pemimpin yang membawa seluruh manusia kepada kebaikan dunia dan akhirat. Dada mereka bergemuruh oleh kesedihan yang begitu mendalam atas berakhirnya tugas Jibril yang senantiasa membawa petunjuk setiap saat melalui wahyu yang ditugaskan kepadanya. Adapun para shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, keadaan mereka sungguh berbeda! Berita tentang wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan pengaruh yang amat dahsyat dan di luar dugaan pada diri mereka. Mereka terkejut, merasa terpukul, dan dilanda kebingungan yang luar biasa. Sampai-sampai orang yang paling tegar di antara mereka, yang paling berani, dan paling kuat, yang pernah di gambarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti Nuh dan Musa, dimana Allah meletakkan kebenaran di hati dan lisannya, yaitu Al-Faruq Umar, yang merupakan seorang toko besar pun bahkan sangat terpukul hingga ia berkata, “Demi Allah, Rasulullah tidak mati, Allah pasti akan membangkitkannya kembali dan memotong kaki dan tangan orang-orang yang mengatakan kematiannya!” hingga kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan menyadarkannya dari kebingungannya, dan membangunkannya dari tidurnya, ia membacakan firmah Allah, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula (QS. Az-Zumar [39]:30). Dan firmannya, “Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Berangsiapa berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS: Ali Imran [3]: 144). Umar berkata, “Demi Allah, begitu aku mendengar Abu Bakar membacakan ayat-ayat tersebut tubuhku, dan aku pun jatuh ke tanah setelah mendengarnya membacakan ayat-ayat tersebut. Saat itu aku menyadari bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah wafat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah dan para shahabat lainnya harus melepas kepergian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan kepergian beliau, ia telah kehilangan seorang imam, pemberi petunjuk, penasehat, dan seorang penghibur yang penuh kasih sayang. Yang telah hidup bersamanya selama dua puluh tiga tahun. Selama masa tersebut ia telah merasakan terangnya cahaya hidayahnya, mengikuti keindahan akhlaknya. Dalam kurun waktu yang penuh berkah tersebut ia mengisi umurnya dengan kisah-kisah kepahlawanan, pengorbanan dan tugas-tugas, serta perbuatan yang mulia, sehingga ia berhak menerima berbagai kehormatan yang menghiasi perjalanan hidup dan kepribadiannya dengan kemuliaan dan penghargaan tertinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari masa-masa penuh berkah yang dijalaninya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Thalhah membawa bekal yang akan menyebar ke seluruh dunia. Setelah wafatnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamm, ia memulai sebuah fase baru dalam hidupnya. Ia mendapatkan tempat yang layak pada masa khulafaur rasyidin, dan ia tetap berpegang dengan janji pertamanya saat ia membaiat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Para khalifah pun telah mengetahui kedudukan dan kemuliaan serta berbagai kiprahnya pada masa terdahulu, maka mereka pun mendekatkannya dan menjadikannya sebagai salah seorang tokoh shahabat yang mengisi majelis syura pada masa khulafaur rasyidin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah yang selalu berada pada barisan terdepan pada saat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam baik pada saat perang maupun damai, tetap mempertahankan perilaku tersebut bersama para khalifah. Ia selalu berada pada barisan terdepan dalam masa susah dan senang, dalam pemilihan khalifah, dan ikut serta memberikan kontribusinya dalam mengurus Negara, rakyat, mengarahkan pasukan mujahidin, mengumpulkan zakat dan menyalurkannya, juga memberikan nasihat kepada para khalifah dan memberikan pendapatnya tanpa takut akan celaan siapapun. Rasa hormat dan segannya kepada khalifah tidak menghalanginya untuk menyatakan kebenaran dan mendiskusikan pendapatnya bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia dan para shahabatnya menjadi pelindung yang terpercaya bagi agama dan Negara Islam. Para khalifah pun senantiasa membutuhkan pendapat para penasehata mereka, dan cenderung untuk selalu mendengarkan nasehat-nasehat mereka. Mereka bukanlah tipe pemimpin yang memaksakan pendapat sehingga membahayakan umat demi ambisi pribadi. Dan mereka menjalankan kebijakan ini sebagaimana yang diharuskan oleh kebenaran itu sendiri, dan diwajibkan oleh syariat dan kitab suci mereka yang menjadi tumpuan kehormatan mereka dan merupakan kunci kekuatan dari umat yang mereka pimpin. Dan mereka telah dididik dalam naungan kitab tersebut pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang membawa kita tersebut kepada mereka dan menegakkannya di tengah- tengah mereka, yakni firman Allah Ta’ala “Dan bermusyawarahlah dengan mereka (QS. Ali Imran [3]: 159)” dan juga firmannya, “Sedang urusam mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka (Qs. Asy-Syura [42]. 38)”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kejujuran Thalhah, keikhlasan dan kemampuan yang dimilikinya menjadikannya layak untuk menempati posisi yang tinggi di sisi para khalifah. Bahkan Umar menjadikannya salah satu dari enam anggota majelis syura, dan menyatakan bahwa ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat beliau ridha kepada mereka. Dan cukuplah itu sebagai bukti bagi kita, akan kelayakan Thalhah untuk dicalonkan sebagai amirul mukminin dan khalifah bagi kaum muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika api fitnah mulai menyala dengan pembunuhan Umar bin Khaththab dan menyergap kaum muslimin dengan segala kebenciannya di bawah bendera hitamnya, Dzun Nurain (Utsman) menjadi korban selanjutnya, dan orang-orang menjadi bingung dan bergejolak, Thalhah berdiri kokoh bagaikan gunung membela Amirul Mukminin. Ia berusaha menyibakkan kegelapan fitnah yang melanda. Ia telah terbiasa untuk berada pada barisan terdepan dalam hal yang membawa kepada kebaikan umat. Pemikiran dan ijtihadnya mendorongnya untuk tidak melarikan diri dari pertempuran itu. Dia berpendapat bahwa lebih baik baginya untuk menyatukan tenaganya dengan tenaga shahabat lainnya untuk memperbaiki perkara umat saat itu, dan memperbaiki kerusakan besar yang telah disebabkan oleh para penyeru jahannam!</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia berdiri tegar mendampingi Utsman ketika ia dikepung dan berjuang membelanya. Ketika Utsman syahid dan kaum Muhajirin membaiat Ali, Thalhah adalah orang pertama yang memegang tangan Ali untuk memberikan bai’atnya, dengan tetap berpegang teguh kepada pendapatnya tentang kewajiban mendahulukan qishash terhadap pembunuhan Utsman. Karena itulah ia berangkat bersama Zubair dan Aisyah menuju Bashrah untuk meminta bantuan penduduknya untuk memerangi para pembunuh Utsman, dan terjadilah perang Jamal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah berjalan mengiringi para khalifah berdasarkan asas persaudaraan, saling menasehati, ketaatan, dan berada bersama jamaah. Dengan tetap memberikan ruang yang luas untuk berselisih dalam pendapat dan perbedaan cara pandang, segala semuanya diniatkan untuk kebaikan kaum muslimin. Tidak ada yang menyimpan dengki kepada yang lain, ataupun mengotori hati mereka dengan perasaan iri dan dendam. Mereka semua termasuk di antara orang-orang yang dimaksudkan Allah dalam firmannya, “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (QS. Al-Fath [48]: 29).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak detik-detik awal dari pemerintahan Abu Bakar, kehadiran Thalhah sudah sangat jelas terasa. Ia membaiat Abu Bakar bersama dengan tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar, dan terus mendukungnya dan membantunya dalam mengurus Negara. Ia juga bersamanya dalam perang Riddah hingga Allah membebaskan mereka dari kejahatannya dan situasi kembali terkendali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Abu Bakar bermaksud untuk memerangi Romawi di negeri Syam untuk menyebarkan Islam di sana. Untuk itu ia mengumpulkan tokoh-tokoh shahabat dan pembuka masyarakat untuk bermusyawarah. Di antara mereka terdapat Umar, Utsman, Ubaidah bin Al-Jarrah dan tokoh-tokoh lainnya sekaliber mereka. Kemudian Abu Bakar berbicara menyatakan maksudnya, lalu ia mengatakan, “Maka silahkan siapapun untuk memberikan pendapatnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar bangkit dan berbicara, diikuti oleh Abdurrahman bin Auf. Kemudian Utsman berkata kepada Abu Bakar, “Sungguh aku melihat engkau sebagai seorang yang senantiasa memberikan nasihat kepada umat ini, dan menyayangi mereka. Kalau engkau berpendapat sesuatu yang membawa kebaikan bagi mereka semua, maka laksanakanlah dengan pasti, sungguh engkau tidak akan dituduh dengan sesuatu yang buruk.” Maka Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abu Ubaidah, dan Sai’id bin Zaid, serta mereka yang hadir di majelis itu dari kalangan Muhajirin dan Anshar berkata, “Utsman benar, laksanakanlah rencanamu, kami tidak akan menyelisihimu dan menuduhmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Abu Bakar bermusyawarah dan mengetahu pendapat para shahabatnya, ia mengambil keputusan untuk menaklukkan negeri Syam. Lalu ia menyampaikan khutbah di hadapam kaum muslimin, ia berkata “Sesungguhnya Allah telah memberi kalian nikmat Islam, memuliakan kalian dengan jihad, dan memuliakan kalian dengan agama ini di atas pemeluk agama lainnya. Maka bersiaplah wahai hamba-hamba Allah untuk menaklukkan Romawi di Syam. Sesungguhnya aku akan menunjuk komandan perang bagi kalian, dan mengibarkan bendera perang untuk kalian. Maka taatilah Tuhan kalian, dan janganlah menentang komandan-komandan kalian. Perbaikilah niat kalian, dan juga makanan serta minuman kalian. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah sikap Thalhah dalam mengelola beberapa permasalahan enkonomi dalam Negara Islam. Ath Thabari meriwayatkan dari Ibnu Asakir, ia mengatakan “Al-Aqra’ bin Habis dan Az-Zibriqan bin Badr (Dua orang shahabat dari pemuka Bani Tamim, yang telah masuk Islam dan baik dalam keislamannya) menemui Abu Bakar dan berkata, “Berikan kepada kami pajak dari Bahrain, maka kami akan menjamin bahawa tidak aka nada dari kaum kamu yang murtad. Maka Abu Bakar memenuhinya dan menuliskan perjanjian. Sementara itu yang ditugaskan untuk mengurus kesepakatan tersebut adalah Thalhah bin Ubaidillah. Lalu mereka menunjuk beberapa orang saksi dan diantaranya adalah Umar. Ketika surat itu diperlihatkan kepada Umar, ia tidak mau bersaksi dan berkata, “Demi Allah, tidak akan pernah” lalu ia merobek surat tersebut dan menghapusnya! Thalhah marah dan mendatangi Abu Bakar dan berkata, “Engkaulah yang kami atau Umar?! Ia berkata, “Umar, tapi ketaatan tetap kepadaku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah menjadi kebijakan politik Abu Bakar untuk menarik hati beberapa orang pemimpin kabilah dan pemuka masyarakat dengan memberi mereka harta selama di sana terdapat kebaikan bagi masyarakat dan menjamin terkendalinya situasi Negara. Ia juga dilakukan untuk menghindari timbulnya kebimbingan dan fitnah dari orang-orang yang masih lemah imannya. Dalam hal ini ia juga di bantu oleh tokoh-tokoh shahabat lainnya. Dalam peristiwa di atas Thalhah bertugas mengadakan perundingan dengan mewakili pendapat khalifah. Sementara Umar berpendapat bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallammengambil kebijakan menarik hati orang-orang tersebut pada saat kaum muslimin masih berada pada situasi yang genting dan kedudukan mereka belum kokoh. Namun ketika Allah telah menguatkan Islam dan panjinya telah menghunjam kokoh di bumi, dan pengikut serta pembelanya telah kuat, maka kebijakan untuk menarik hati seperti itu tidak lagi diperlukan. Karena itulah Umar merobek surat tersebut, dan sikap seperti ini tidak hanya sekali ia tunjukkan! Namun ini justru menyulut emosi Thalhah sehingga ia segera menemui Abu Bakar dan berkata dengan penuh keheranan, “Engkaukah yang memimpin kami atau Umar?!” Abu Bakar meredakan kemarahannya dengan berkata, “Umar, namun ketaatan tetap padaku.” Dengan jawaban ini Abu Bakar menunjukkan persetujuannya kepada pendapat dan kecerdasannya dalam menghadapi masalah itu. Ia pun menginginkan kebaikan bagi umat Islam, dan akan mempertahankan keagungan agama ini dan akan meninggalkan mereka yang mempunyai jiwa yang lemah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sikap yang ditunjukkan oleh shahabat-shahabat mulia tersebut, yang notabene adalah tokoh-tokoh Negara dan yang berperan langsung dalam mengurus khilafah, menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak melepaskan tabiat mereka, juga tidak keluar dari sisi kemanusiaan mereka. Mereka tetap berbeda pendapat, saling bertentangan dalam suatu masalah, dan berbeda pandangan dalam menghadapi suatu masalah. Masing-masing memberikan alasannya dan tetap bertahan pendapatnya yang dianggap membawa kebaikan bagi Islam dan kaum muslimin. Namun ketika kebenaran kemudian terungkap dan jalan menjadi lebih tenang, hati mereka tetap bersatu, dan suara mereka juga satu. Karena dasar dari seluruh perkara dan perbuatan mereka adalah keikhlasan mereka dalam mengabdi kepada agama dan bukan untuk memuaskan syahwat pribadi. Berapa banyak sikap-sikap mereka yang seharus menjadi pelajaran bagi kaum muslimin dan menjadi penerang bagi jalan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada detik-detik akhir dari pemerintahannya, Abu Bakar mengambil kebijakan yang menutup pemerintahannya. Ia menambahkan satu lagi sikap mulia kepada catatan kebaikannya yang begitu banyak! Allah memberikan hidayahnya dan memberikan petunjuk kepadanya untuk memilihkan khalifah bagi kaum muslimin, yaitu Faruq Al-Islam. Seorang laki-laki yang menjunjung tinggi keadilan dan kasih sayang, guru bagi kemanusiaan setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar dalam hal kebijakan politik yang baik, dan kecerdasan dalam manajemen, serta kekuatannya dalam membela kebenaran, keadilan, dan memberikan kasih sayang yang menyeluruh bagi seluruh umat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ash Shiddiq tidak hendak memaksakan pendapatnya, juga tidak menunjuk salah seorang keturunannya untuk memimpin. Ia ingin kaum muslimin di pimpin oleh orang yang mempunyai latar belakang terbaik dari mereka, yang paling banyak keutamaannya, dan paling tinggi kepribadiannya. Seorang pemimpin yang paling baik pendapatnya, paling kuat tekadnya, dan paling tegar dalam mengemban amanah. Maka untuk itu ia bermusyawarah dengan tokoh-tokoh shahabat dan mereka yang mempunyai ide dan pendapat yang bijaksana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Abdurrahman bin Auf berkata, “Demi Allah, dia adalah orang terbaik yang dapat engkau temukan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Utsman bin Affan berkata, “Demi Allah, sejauh yang kuketahui tentangnya bahwa apa yang ada dalam hatinya lebih baik dari yang Nampak, dan tidak ada seorangpun dari kita yang menandinginya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Usaid bin Al-Hudhair memujinya dengan berkata, “Demi Allah aku tahu bahwa dialah yang terbaik setelahmu. Ia meridhai apa yang patut diridhai dan marah terhadap sesuatu yang patut dimurkai. Ia menyimpang yang lebih baik dalam dirinya dari pada apa yang terlihat, dan tidak akan ada yang memegang urusan ini yang lebih kuat darinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan banyak tokoh shahabat lainnya yang membenarkan pendapat mereka tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun juga ada pendapat lain yang tidak sependapat dengan arus tadi, yang terdepan adalah Ali bin Abu Thalib dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka mengajak Abu Bakar untuk melihat permasalahan tersebut dari sisi lain. Mereka telah melihat sikap Umar ketika ia menjadi menteri yang jujur bagi Ash Shiddiq di mana ia berlaku keras dan tegas dalam menghadapi masalah. Ia tidak bisa melunak sedikitpun, dan ia mempunyai keinginan yang kuat untuk membawa orang lain mengikuti sikap tegasnya tersebut. Dan ia mengakibatkan ketidak nyamanan bagi sebagian mereka. Karena manusia mempunyai tingkatan yang beragam, juga mempunyai tingkat ketegasan dan kemampuan yang berbeda pula. Jika Umar telah bersikap demikian pada masa Abu Bakar, bagaimana jadinya jika ia sendiri yang memegang tampuk kekhalifahan?! Ali dan Thalhah khawatir Umar memaksakan untuk mengikuti kebijakannya yang keras dan tak kenal kompromi. Mereka merasa kasihan kepada umat dalam masalah ini, karena itulah mereka bergegas menentang pendapat dan keinginan Abu Bakar tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu Sa’ad meriwayatkan dari ummul mukimin Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, “Ketika menjelang ajalnya Abu Bakar menunjuk Umar sebagi khalifah penggantinya. Maka Ali dan Thalhah datang menemuinya dan berkata, “Siapakah yang engkau tunjuk menjadi khalifah?” ia berkata, “Umar”, mereka berkata, “lalu apa yang akan engkau katakana kepada Tuhanmu?” ia berkata, “Apakah kalian hendak menggugat keputusanku dengan nama Allah! Sungguh aku lebih mengenal Allah dan Umar daripada kalian berdua, aku akan berkata, “Aku telah menunjuk hamba-Mu yang terbaik untuk mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabari meriwayatkan dari Asma binti Umais, ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah datang menemui Abu Bakar dan berkata, “Engkau telah menunjuk Umar sebagai khalifah bagi manusia, padahal engkau telah melihat apa yang ditemui orang-orang darinya pada saat engkau bersamanya, maka bagaimana keadaan mereka jika ia telah sendirian mengurus mereka! Engkau akan menemui Tuhanmu dan engkau akan ditanya tentang rakyatmu.” Maka Abu Bakar berkata, dan saat itu ia sedang berbaring, “Duduklah aku.” Lalu mereka mendudukkannya. Lalu ia berkata kepada Thalhah. “Apa engkau menggugatku dengan nama Allah?! Jika aku telah bertemu Tuhanku dan Dia bertanya kepadaku, Aku akan berkata, “Aku telah menunjuk hamba-Mu yang terbaik untuk memimpin hamba-hamba-Mu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Bakar memanggil Umar dan memberinya wasiat serta memanjangkana wasiatnya, kemudian Umar keluar darinya, dan Ash-Shiddiq mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah aku hanya menginginkan kebaikan mereka. Aku takut mereka akan didera fitnah, maka aku melakukan untuk mereka apa yang telah engkau ketahui, dan aku berijtihad dengan pendapatku untuk mereka. Maka aku angkat orang yang terbaik dan paling kuat atas mereka, serta paling teguh memegang apa yang telah ia katakana untuk kebaikan mereka. Saat itu aku telah menghadapi perkata ini dari-Mu, maka karuniakanlah penggantiku bagi mereka. Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan nasib mereka ada di tangan-Mu. Perbaikilah pemimpin mereka untuk mereka, dan jadikanlah ia salah seorang khalifah-Mu yang mendapatkan petunjuk, yang mengikuti petunjuk Nabi rahmat dan jalan orang-orang shalih setelahnya, dan perbaikilah rakyatnya untukya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu telah membuktikan tepatnya firasat Ash-Shiddiq tentang Umar. Para shahabat pun membaiat Amirul Mukminin Umar, sementara Ali dan Thalhah menjadi pendamping yang jujur baginya dan yang selalu dikedepankan olehnya dalam majelis syura yang mempunyai tanggung jawab mengurus pemerintahan dan rakyat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bersama Umar bin Khaththab</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah meneruskan jalannya pada masa Al-Faruq Umar sebagai mana yang telah dijalaninya pada masa khilafah Abu Bakar. Ia memberikan pendapatnya dan memberikan nasihat kepada khalifah. Ia menunjukkan jalan yang membawa kebaikan bagi Negara dan umat, serta melindungi pondasi Negara mereka dari tipu daya para pemberontak. Ia akan mengatakakan apa yang menurutnya benar, bukan apa yang dikehendaki oleh khilafah atau yang sesuai dengan keinginannya. Thalhah sama seperti shahabat lainnya yang telah lulu dari madrasah Islam, di mana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berhasil menanamkan dalam diri mereka agar selalu berpegang teguh kepada kebenaran, menyuarakannya dengan terus terang, dan berusaha menyampaikannya serta bersikap ikhlas dalam menjelaskan pribadi-pribadi yang merdeka, bukan pribadi yang penurut atau asal ikut-ikutan. Beliau menumbuhkan dalam diri mereka kemampuan berijtihad untuk bisa mencapai hasil terbaik, dan menggunakan akal mereka serta tidak mudah menyerah atau tunduk kepada suatu pendapat hanya karena yang mengatakannya adalah seorang khalifah atau amirul mukminin. Islam menginginkan umatnya untuk menjadi kekuatan yang mempunyai kontribusi, umat yang hidup, yang mampu membangun dan membela kebenaran serta berpegang teguh kepadanya. Dan orang yang paling dekat dengan khalifah. Mereka yang telah mendapat amanah dari kaum muslimin untuk melindungi agama mereka dan mengurus persoalan mereka. Mereka melepaskan tanggung jawab tersebut dari pundak mereka dan mengalungkannya di leher orang orang-orang terpilih tersebut. Dan pastinya mereka akan ditanya di hadapan seluruh manusia baik di dunia maupun di hadapan Allah di hari kiamat kelak. Maka tidak selayaknya jika ada di antara mereka yang menyia-nyiakan dan melalaikan sebagian dari tanggung jawab tersebut, sehingga di hadapan Allah nanti mereka memiliki alas an yang kuat dan jelas serta tidak ada keraguan dan kelemahan di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari-hari pertam dari pemerintahan Umar, berkumpullah Ali, Utsman, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Mereka berbicara kepada Amirul Mukminin dan meminta nya untuk berlemah lembut terhadap orang-orang yang beriman. Saat itu yang berbicara adalah Ibnu Auf, ketika masuk ia berbicara kepada Umar dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bersikap lembutlah kepada orang-orang, sungguh ada yang datang kepadamu, namun rasa takutnya kepadamu menghalanginya untuk menyampaikan kebutuhannya kepadamu, sehingga ia kembali tanpa bisa berbicara kepadamu!” Umar berkata, “Hai Abdurrahman, demi Allah, Apakah Ali, Utsman, Thalhah, dan Zubair serta Sa’ad memintamu untuk menyampaikan ini?!” Ia menjawab, “Iya”. Umar berkata, “Wahai Abdurrahman, sungguh aku telah bersikap lunak terhadap mereka sehingga aku takut kepada Allah akan sikap lunakku, kemudian aku bersikap keras sehingga aku takut akan sikap kerasku, Maka bagaimanakah solusinya?!” Abdurrahman pun bangkit sambil menangis dan menyeret jubahnya, Lalu berkata, “Celakalah mereka yang akan menggantikanmu, celakalah mereka yang akan menggantikanmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar sendiri telah menjelaskan tentang sikap kerasnya tersebut saat ia menerima tanggung jawab sebagai khalifah yang menjadikannya orang yang bertanggung jawab terhadap umat. Al-Hakim dan yang lainnya meriwayatkan dari Sa’id bin Al-Musayyib bahwasanya ketika Umar terpilih menjadi khalifah, ia berkhutbah di hadapan rakyatnya dan berkata, “Ketahuilah bahwa sikap kerasku yang selama ini telah kalian ketahui saat ini berlipatganda karena urusan ini telah menjadi tanggung jawabku dalam mengembalikan hak kaum muslimin yang lemah dari mereka yang kuat. Namun aku di balik sikap kerasku tersebut, aku siap meletakkan pipiku di atas tanah untuk orang yang lemah, yang menjaga dirinya di antara kalian dan menyerahkan diri.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah sikap Umar sang khalifah, dan begitulah sikap para shahabat dan anggota majelis syura kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang memegang amanah, siap memberikan nasihat dan petunjuk serta sangat peduli terhadap perilaku para penguasa dan konsisten dalam menegakkan keadian dan kasih sayang terhadap umat. Dengan sikap tolong menolong, saling menyokong, saling menasihati, saling menjaga, dan saling mengingatkan itulah bahtera khilafah berlayar dan mempersembahkan bagi kemanusiaan jalan terbaik yang ditempuh manusia setelah jalannya para Nabi, yang saat ini menjadi buah bibir di seluruh dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk waktu yang cukup lama Umar sama sekali tidak mengambil gaji dari baitul mal, hingga ia mengalami kesusahan. Maka ia menanyakan para shahabat tentang masalah tersebut. Mereka kemudian menentukan gaji untuknya, juga dua helai pakaian untuk musim panas dan musim dingin, kendaraan yang digunakannya untuk menunaikan haji dan umrah, dan makanan untuknya serta keluarganya yang sesuai dengan standar makanan orang Quraisy yang tidak kaya dan juga tidak miskin!</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar tetap bertahan dalam keadaan ini sementara harta karun mulai mengalir di kedua tangannya, dan harta melimpah ruah dari hasil penaklukan-penaklukan yang dilakukan. Allah melapangkan rezeki kaum muslimin dan memperbanyak kebaikan untuk merea. Namun Umar dengan keluarganya tetap menahan diri dan hidup dalam keadaan pas-pasan. Dalam hal itu ia berkata, “Aku menempatkan diriku pada harta Allah sebagaimana pada harta anak yatim. Jika aku berkecukupan maka aku akan menahan diriku, dan jika aku membutuhkan maka aku akan memakannya dengan cara yang patut.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat keadaan ini sekelompok shahabat mencoba menghalanginya, mereka merasa kasihan terhadap keluarga Umar. Mereka menginginkan untuk hidup sebagaimana rakyatnya yang saat itu telah hidup dalam kelapangan. Untuk maksud tersebut mereka mencoba minta bantuan dari putrinya ummul mukminin Hafshah. Dan Thalhah adalah satu di antara kelompok ini yang menghendaki khalifah ikut bersama mereka menikmati kesenangan sebagaimana ia bersabar bersama mereka dalam kesulitan!</div>
<div style="text-align: justify;">
Hafshah menemui Umar untuk menyampaikan usulan ini. Ia berkata, “Aku melihat kemarahan di wajahnya”, Umar berkata, “Siapa mereka?” Hafshah menjawab, “Engkau tidak akan mengetahui siapa mereka sampai aku tahu pendapatmu.” Maka Umar berkata, “Kalau aku tahu siapa mereka, niscaya akan aku burukkan wajah-wajah mereka.” Kemudian ia mengingatkan putrinya Hafshah tentang kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, juga kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dab bahwasanya ia akan tetap mengikuti jejak mereka berdua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menaklukkan Khaibar, beliau mempersilahkan mereka untuk tetap menempati dan mengolah tanah pertanian mereka dengan syarat bahwa mereka hanya akan mendapatkan setengah dari hasil buahnya. Beliau juga berkata kepada mereka, “Kami akan membiarkan kalian tinggi di sana dengan syarat-syarat tadi sesuai dengan kehendak kami.” Namun seperti biasa, orang-orang yahudi melanggar perjanjian dengan menyerang salah seorang shahabat Anshar dan membunuhnya. Mereka juga berencana membunuh yang lainnya, lalu mereka menyerang Abdullah bin Umar, maka Umar menghadapi mereka. Ia memusnahkan mereka hingga ke akar-akarnya dan tidak lagi membiarkan mereka membanggakan diri dalam kesesatan mereka. Lalu ia bertekad untuk mengusir mereka semua dari jazirah arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhari dan yang lainnya bahwasanya Umar berkhutbah di hadapan kaum muslimin dan berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallammemperlakukan orang-orang yahudi Khaibar dengan syarat kita bisa mengusir mereka kapan saja. Saat ini mereka telah menyerang Abdullah bin Umar hingga kedua tangannya terkilir sebagaimana yang telah kalian ketahui, ditambah lagi dengan serang mereka yang sebelumnya atas seorang Anshar. Kita tidak ragu bahwa itu adalah perbuatan orang-orang yahudi tersebut, karena tidak mempunyai musuh di sana selain mereka. Maka barang siapa yang mempunyai harta di Khaibar hendaklah ia mengambilnya, sesungguhnya aku pasti akan mengusir orang-orang yahudi itu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat mendukung Umar untuk mengusir orang-orang yahudi dari Khaibar. Di dalam kita Maghazi Al-Waqidi disebutkan, “Thalhah bin Ubaidillah dan berkata, “Demi Allah engkau telah benar dan diberkahi wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda, “Aku akan mengizinkan kalian disini selama Allah mengizinkan kalian.” Dan mereka telah melakukan apa yang mereka lakukan terhadap Abdullah bin Shal pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, juga hasutan mereka terhadap Muzhahhir bin Rafi (mereka adalah dua shahabat dari Anshar) hingga ia dibunuh oleh budak-budaknya, juga apa yang telah mereka lakukan terhadap Abdullah bin Umar. Sungguh mereka adalah pantas mendapat tuduhan dan prangsa kita! Umar Radhiyallahu Anhu berkata, “Siapa lagi yang mempunyai pendapat sepertimu?’ ia berkata, “Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar.” Mendengar itu Umar merasa senang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Umar pun mengusir mereka ke Taima’ dan Ariha’</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kaum muslimin berhasil menguasai Mada’in Ibukota kerajaan Persia, orang-orang Persia tersentak dan semangat mereka bangkit menggelora. Maka Yazdajir mendorong mereka untuk menghadapi kaum muslimin. Ia menulis surat ke kota Nahawand dan daerah-daerah pegunungan serta negeri-negeri yang ada disekitarnya. Mereka pun datang dari segala penjur untuk bergabung dengannya, dan berkumpul di Nahawand dengan kekuatan seratus lima puluh ribu prajurit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu datanglah surat dari Abdullah bin Abdullah bin Itban, gubernur Kufah kepada Umar mengabarkannya bahwa pasukan Persia telah berkumpul dan bertekad untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Untuk itu lebih baik menyerang mereka lebih dahulu untuk menggagalkan rencana mereka yang akan melakukan serang ke negeri kaum muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar segera menyuruh seseorang untuk menyerukan kaum muslimin untuk berkumpul di masjid. Ia kemudian berkhutbah dari atas mimbar dan mengemukakan persoalan ini dan bermusyawarah dengan mereka. Lalu Umar berkata, “Ini lah hari yang jadi penentuan bagi hari-hari yang selanjutnya. Sungguh aku telah berkehendak untuk melakukan sesuatu dan akan ku sampaikan kepada kalian semua, maka dengarkanlah. Setelah itu sampaikanlah pendapat kalian dengan singkat, dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebab kalian menjadi getar dan hilang kekuatan kalian, dan jangan terlalu berpanjang lebar.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ia bekata, “Aku akan keluar bersama orang-orang yang bersamaku hingga aku sampai di bagian tengah dari dua kota ini (yaitu kufah dan Bahrain), kemudian aku menyuruh mereka untuk dan aku akan menjadi penolong bagi mereka hingga Allah memberikan kemenangan bagi mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Abdurrahman bin Auf, berdiri diantara para penasehat dari sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian mereka berkata, “Kami tidak berpendapat demikian, tapi jangan sampai mereka kehilangan ide dan arahanmu”. Dan mereka bekata, “Hadapkanlah mereka dengan kabilah-kabilah arab, kesatria-kesatria mereka, dan tokoh-tokoh mereka, juga pertemukanlah mereka dengan orang-orang yang telah mereka pecahkan kesatuannya, orang-orang telah mereka bunuh rajanya, dan telah banyak mengahadapi banyak pertempuran yang lebih bebat dari ini. Sesungguhnya mereka hanya meminta keputusan dari mu untuk mengizinkan mereka, bukan memanggilmu untuk mengizinkan mereka, bukan memanggilmu untuk membantu mereka, maka izinkanlah mereka, dan tunjukkanlah seorang pemimpin atas mereka, dan kemudian berdoalah untuk mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya mereka sepakat bahwa Amirul Mukminin tidak perlu meninggalkan Madinah. Ia cukup mengirimkan bantuan, dan memikul musuh mereka dengan salah seorang diantara komandannya yang terbaik, yang telah digembleng oleh perang, dan di timpa oleh dahsyatnya pertempuran, untuk memimpin pasukan mujahidin menghadapi Persia di Nahawand.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Thalhah memperlihatkan sebuah sikap yang sesuai dengan tabiatnya penuh semangat, dan keberaniannya yang telah di kenal, serta ketegarannya dalam membelah risalah dakwah. Ia berbicara di hadapan Umar dengan kata-kata yang menyenangkan hatinya dan membuat wajahnya berseri-seri. Ia menegaskan bahwa mereka adalah ibarat pedang yang tidak akan meleset di tangannya, bagaikan tombak yang tak akan melunak, dan anak panah yang tak akan melenceng. Ia mengungapkan semua itu dengan ucapan yang fasih dan penuh wibawa, sesuai situasi majelis saat itu. Hal ini di riwayatkan oleh Ath-Thabari, ia berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ketika Umar mengemukakan persoalan ini dan bermusyawarah dengan mereka dan berkata, “Setelah itu sampaikanlah pendapat kalian dengan singkat, dan jangan terlalu perpanjang lebar”. Thalhah bin Ubaidillah yang merupakan salah seorang orator dari sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam – bangkit, dan setelah mengucapkan syahadat, ia berkata, “Amma ba’du wahai amirul mukminin, engkau telah mengurus segala perkara, engkau telah banyak di tempa oleh banyak cobaan dan digembleng oleh banyak pengalaman. Terserah kepada keputusan dan pendapatmu. Kami tidak melenceng di tanganmu, dan kami tidak akan menyusahkanmu. Semua ada di tanganmu. Berikanlah perintah dan kami menaatimu, serulah dan kami akan menyambut seruanmu. Bawalah kami maka kami akan berangkat, utuslah kami dan kami akn pergi sebagai utusanmu, dan pimpinlah kami maka kami akan menurutimu. Sesungguhnya engkau adalah pemimpin perkara ini, dan engkau telah membuktikan itu dengan berbagai cobaan dan pengalaman. Tidak ada satupun hasil dari ketetapan Allah melainkan engkau dapatkan dengan pilihanmu.” Lalu ia duduk.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Umar mengirimkan surat kepada Hudzaifah bin Al-Yaman memerintahkan untuk berangkat dari Kufah dengan pasukan yang ada di sana. Juga kepada Abu Musa Al-Asy’ari agar memimpin pasukan dari Basrah. Dan kepada Anu’man – yang saat itu juga berada di Basrah agar berjalan dengan pasukan yang ada bersamanya menuju Nahawand. Dan memerintahkan apabila mereka semua telah berkumpul, maka setiap komandan bertanggung jawab memimpin pasukannya masing-masing. Sementara komandan pasukan secara umum berada di tanggan Anu’man bin Muqarrin. Dan jika ia terbunuh maka pengganti nya adalah Hudzaifah bin Al-yaman, dan jika ia gugur, digantikan oleh Qais bin Maksyuh hingga ia menyebutkan sampai tujuh nama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perang Nahwand terjadi pada tahun 21 H, yang merupakan pertempuran yang sangat dahsyat, hingga di sebut kaum muslimin sebagai puncak dari segala penaklukan. Dalam perang tersebut An-Nu’man Radhiyallahu Anhu gugur sebagai syahid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar menghendaki para sahabat untuk menjaga diri mereka dari hal-hal yang berbau syubhat. Khususnya para tokoh yang menjadi pusat perhatian kaum muslimin, yang di anggap sebagai imam dan tokoh panutan. Ia mengajak mereka untuk tetap berada jalur yang telah ditempuhnya. Umar pun mendapati para sahabat tersebut sesuai dengan apa yang di inginkannya, dan Allah sekali-kali tidak akan mengecewakannya berkenaan dengan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Aslam pembantu Umar, “Bahwasanya Umar melihat Thalhah memakai dua helai baju yang di celup dengan sejenis tanah merah saat ia dalam keadaan ihram. Maka ia berkata, “Kenapa dengan dua baju ini wahai Thalhah?” ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin kami hanya mencelupnya dengan tanah merah.” Maka umar berkata, “Kalian wahai sahabat adalah para imam yang dijadikan panutan oleh manusia. Jika saja ada orang bodoh yang melihatmu memakai dua pakaian ini maka ia akan berkata, “Thalhah telah memakai dua helai pakaian yang dicelup saat ia berada dalam keadaan berihram.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menambahkan dalam riwayat lainnya, “Dan sesungguhnya pakaian terbaik yang dipakai oleh seorang muhrim adalah yang berwarna putih, maka janganlah membingunkan orang-orang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Umar. Ini terlihat jelas dalam banyak kontribusinya selama masa pemerintahannya yang terbentang selama lebih dari sepuluh tahun. Ia tetap berada di sampingnya hingga detik-detik terakhirnya. Di tambah dengan catatan sejarahnya yang cemerlang pada masa Nabi dan Abu Bakar, yang menjadikannya layak untuk ditunjuk oleh Umar sebagai salah seorang dari enam tokoh yang dicalonkan untuk posisi khalifah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam hadits tentang syahidnya Umar dan pembai’atan Utsman sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan yang lainnya, “Para shahabat berkata kepadanya, “Sampaikanlah wasiatmu wahai Amirul Mukminin, tunjuklah seseorang menggantikanmu sebagai khalifah.” Umar menjawab, “Aku tidak menemukan seorang pun yang lebih berhak dalam perkara ini selain mereka yang ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, beliau ridha kepada mereka. Ia lalu menyebutkan nama Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdurrahman, dan ia berkata, Abdullah bin Umar akan menjadi saksi atas kalian, dan ia tidak berhak sedikitpun atas perkara ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai dari pemakaman Umar, tokoh yang berenam tersebut berkumpul, lalu Abdurrahman berkata, “Serahkanlah urusan ini kepada tiga orang dari kalian. Maka Zubair berkata, “Aku telah menyerahkan urusanku kepada Ali.” Lalu Thalhah berkata, “Aku telah menyerahkan urusanku kepada Utsman.” Dan Sa’ad berkata, “Aku telah menyerahkan urusanku kepada Abdurrahman bin Auf.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Riwayat lain dari Ath-Thabrani, dari Ibnu Umar, “Umar berkata “Panggilkanlah saudara-saudaraku.” Mereka berkata, “Siapa?”, ia berkata, “Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abu Waqqash.” Mereka pun dipanggil. Lalu Umar meletakkan kepalanya di pangkuanku, dan ketika mereka datang aku berkata, “Mereka telah hadir.” Ia berkata, “Ya, aku telah memikirkan urusan kaum muslimin, maka aku mendapati kalian berenam sebagai tokoh terkemuka dan pemimpin mereka. Dan perkara ini tidak akan keluar dari kalian berenam. Selama kalian berlaku lurus maka urusan manusia pun akan lurus, dan jika terjadi perselisihan di antara kalian. Bermusyawaralah dengan tiga orang. Dan sementara itu Shuhaib yang memimpin shalat dengan kaum muslimin. Mereka berkata, “Dengan siapa kami harus bermusyawarah wahai Amirul Mukminin?” Ia Menjawab, “Bermusyawarahlah dengan Muhajirin, Anshar, dan pemuka-pemuka masyarakat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bersama Utsman bin Affan</div>
<div style="text-align: justify;">
Utsman merupakan salah seorang tokoh shahabat terkemuka dan satu dari khulafaur rasyidin yang empat, yang perjalanan hidup mereka terbang tinggi di cakrawala, dan menjadi penunjuk jalan bagi pelayar. Masa pemerintahannya merupakan masa yang penuh berkah dan sesai dengan jalan kenabian, sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits shahih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’I, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan yang lainnya, dari Sa’id bin Juhman, dari Safinah ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku atau beliau mengatakan perselisihan dan fitnah” Lalu salah seorang bertanya, “Siapa yang harus kami ikuti wahai Rasulullah?” beliau berkata, “Hendaklah kalian bersama Al-Amin dan para shahabatnya.”Dan dengan itu beliau menunjuk kepada Utsman.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirdmidzi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dari Murrah bin Ka’ab Al-Bahzi berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada salah satu jalanan kota Madinah, beliau berkata, “Apa yang akan kalian lakukan dalam menghadapi fitnah yang akan menyebar di seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk sapi (beliau mengibaratkan fitnah dengan tanduk sapi karena kekerasan dan kesulitan hidup saat itu).?” Mereka berkata, “Apa yang harus kami lakukan wahai Nabi Allah?”, berliau berkata, “Hendaklah kalian bersama ini dan para shahabatnya atau ikutilah ini dan para shahabatnya.” Ia berkata, Maka aku mempercepat jalanku hingga aku lelah, setelah berhasil menyusul laki-laki itu aku berkata, “Orang ini wahai Rasulullah?” beliau berkata, “Ini” dan ternyata orang tersebut adalah Utsman bin Affan Radhiyallahuan Anhu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Seluruh shahabat juga telah memberikan kesaksian tentang kedudukannya yang tinggi di sisi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan juga di sisi mereka. Mereka mengetahui dengan baik berbagai keutamaan, kelebihan, dan kontribusinya yang besar dalam membela Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dakwah beliau dan umatnya. Ia membaktikan diri dan hartanya untuk agama dan keberlangsungan risalahnya. Dan yang terdepan dalam memberikan kesaksian tersebut adalah tokoh-tokoh terkemuka shahabat seperti Abu Bakar dan Umar, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abu Waqqash, Sa’id bin Zaid, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Umar, dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka juga mendengar bahwa ia adalah salah seorang ahli surga dari lisan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri, dan bahwa ia adalah seorang shiddiq, syahid, dan khalifah yang akan dibunuh secara zhalim, sementara ia berada dalam kebenaran yang nyata. Semua itu terdapat dalam banyak hadits shahih yang masyhur yang diriwayatkan melalui banyak jalan oleh banyak shahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana Utsman, para shahabat juga mengetahui bahwa orang-orang yang memberontak kepada Utsman tersebut adalah sekelompok bathil, yang datang ke Madinah untuk bersekongkol dengan tujuan mencopotnya dari kursi khalifah dan kemudian membunuhnya. Mereka adalah orang-orang munafik sebagaimana yang ditegaskan langsung oleh lisan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka juga mengetahui bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah melarang Utsman untuk mengikuti pendapat mereka yang salah atau mengabulkan permintaan mereka yang penuh kesesatan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih yang dirawayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari ummul mukminin Aisyah berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Wahai Utsman, sesungguhnya Allah akan memakaikanmu sebuah baju, jika orang-orang munafik menginginkanmu untuk melepasnya, maka janganlah engkau lepaskan hingga engaku datang menemuiku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam sebuah riwayat, “Wahai Utsman, Jiika Allah mengamanahkan perkara ini kepadamu suatu hari nanti, dan orang-orang munafik berkeinginan untuk melepaskan baju yang telah dipakaikan Allah kepadamu, maka janganlah engkau lepaskan.” Beliau mengetakan itu sampai tiga kali.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat telah membaia’at Utsman bin Affan, dan mereka ridha atasnya sebagai khalifah bagi kaum muslimin, karena kelayakannya, keutamaannya, dan atas apa yang telah ia lakukan. Mereka telah setuju dalam hal itu, dan sepakat atas pemilihannya. Dan mereka tidak mungkin sepakat kecuali terhadap orang yang terbaik di antara mereka dan yang paling tepat untuk kebaikan agama dan dunia mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits tentang penunjukan khalifah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Ibnu Taimiyah menukil dalam kitabnya Minhaj As-Sunnah perkataan Al-Imam Ahmad bin Hanbal, “Kaum muslimin tidak pernah mencapai kesepakatan untuk berbai’at sebagaimana kesepakatan mereka dalam membai’at Utsman. Kaum muslimin memilihnya setelah bermusyawarah selama tiga hari. Mereka saling menyatu dan mencapai kesepakatan, saling mengasihi di antara mereka, dan mereka semua juga berpegang teguh kepada tali Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yang terdepan dalam barisan pembaia’at adalah Ali, Thalhah, Zubair, dan Sa’ad. Bahkan Thalhah adalah satu di antara enam orang yang dicalonkan menjadi khalifah. Ia mundur dari haknya dan memberikan suaranya untuk Utsman sebagaimana yang terdapat di hadits tentang bai’at.</div>
<div style="text-align: justify;">
Abdurrahman bin Auf berkata kepada tim enam yang telah ditunjuk Umar untuk memilih khalifah dari mereka, “Serahkanlah urusan ini kepada tiga orang dari kalian. Maka zubair berkata, “Aku telah menyerahkan urusanku kepada Ali.” Dan Sa’ad berkata, “Aku telah menyerahkan urusanku kepada Abdurrahman.” Lalu Thalhah berkata, “Aku telah menyerahkan urusan kepada Utsman.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah dan para shahabat lainnya, khususnya shahabat-shahabat besar tetap berada dalam jalur sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hal ketaatan kepada pemimpin, tetap bersama jamaah, dan menasihati pemimpin, serta berusaha membawa kebaikan bagi kaum muslimin. Mereka tidak pernah mengubah pendiriran mereka dalam hal ini. Ketika terjadi peristiwa fitnah yang painya membakar orang-orang yang menyimpan niat yang busuk, dan kedengkian yang dalam, serta datang ke Madinah dengan maksud menggulingkan khalifah, Amirul Mukminin Alaihi wa Sallam dan tetap bersikap sabar dan menguatkan kesabaran dan keimanannya. Shahabat-shahabatnya yang ada disana berada di sampingnya untuk memberi dukungan, yang terdepan adalah Ali dan kedua putranya, pemuka pemuda surga hasan dan Husain, lalu Thalhah, Zubair, dan putranya Abdullah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, dan masih banyak lagi selain mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan pemberontak yang sesat datang menyerang dari mesir dan Irak ke Madinah, dan membagi pasukan mereka ke dalam dua belas kelompok: empat kelompok dari Mesir, empat dari Kufah, dan empat lainnya dari Bashrah. Setiap kelompok berisi seratus lima puluh orang. Artinya dari setiap wilayah tersebut berjumlah enam ratus orang, dan jumlah keseluruhan yang berasal dari tiga wilayah adalah seribu delapan ratus orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu mereka pun bergerak sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat. Mereka bergabung dengan kafilah-kafilah biasa agar kedok mereka tidak terungkap, hingga akhirnya mereka mengambil posisi di sekitar kota Madinah pada bulan Syawwal sebagaimana perjanjian mereka dalam surat-surat mereka. Orang-orang yang datang dari Bashrah mengambil tempat di Dzu Khusyub (Sebuah lembah yang berjarak sekitar 35km dari Madinah), orang-orang dari Kufah mengambil tempat di Al-A’wash (Sebuah lembah di timu Madinah, berjarak sekitar belasan mil darinya), lalu mereka di datangi oleh orang-orang yang datang dari Mesir, dan sebagian besar dari mereka kemudian mengambil tempat di Dzul Marwah (Sebuah desa di sekitar Madinah, dan dianggap sebagai bagian dari Wadil Qura).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua orang dari mereka kemudian memasuki Madinah untuk melihat situasi dan mencari tahu bagaimana mereka semua bisa masuk untuk mengepung Utsman dan menggulingkannya. Lalu mereka berdua mendatangi istri-istri Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, juga Ali, Thalhah, dan Zubair. Mereka berkata, “Kami adalah pengikut keluarga ini, dan kami hanya ingin meminta khalifah ini untuk mencopot beberapa gubernur kami, hanya itu tujuan kami.” Lalu mereka minta agar seluruh rombongan mereka diizinkan untuk memasuki Madinah. Namun mereka semua menolak dan berkata, “Telur ini tidak boleh dipecahkan!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka pun kembali ke tempat mereka dan menyampaikan berita kepada kelompok mereka. Lalu mereka bermusyawarah dan memutuskan untuk mengirim tiga rombongan utusan yang terdiri dari penduduk Mesir, Kufah, dan Bashrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang Mesir mendatangi Ali bin Abi Thalib yang sedang berada bersama pasukan di Ahjaruz-Zait (Sebuah desa di sekitar Madinah, dan dianggap sebagai bagian dari Wadil Qura) dengan pedang terhunus. Ia telah mengutus putranya Hasan ke rumah Utsman bersama orang-orang yang berkumpul di sana. Jadi Hasan tetap berada bersama Utsman, sementara Ali bertahan di Ahjaruz-Zait. Orang-orang mesir mengucapkan salam dan menyampaikam maksud mereka dengan kata-kata sindiran. Ali membentak mereka dengan keras dan mengusir mereka. Ia berkata, “Orang-orang shalih telah mengetahui bahwasanya pasukan Dzul Marwah dan Dzu Khusyub terlaknat melalui lisan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kembalilah kalian, Allah tidak akan bersama kalian.” Mereka berkata, “Baiklah” dan mereka pun meninggalkannya dengan hasil demikian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu orang-orang Bashrah mendatangi Thalhah yang juga sedang berada bersama pasukan lain disamping Ali. Ia juga telah mengutus dua putranya untuk melindungi Utsman. Mereka mengucapkan salam dan menyampaikan maksud mereka dengan kata-kata sindirian. Thalhah membentak mereka dengan keras dan mengusir mereka. Ia berkata, “Orang-orang mukmin telah mengetahu bahwasanya pasukan Dzul Marwah, Dzu Khusyub, dan Al-A’Wash terlaknat melalui lisan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam” dan mereka pun kembali ke perkemahan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu para pemberontak tersebut pura-pura kembali ke negeri-negeri mereka untuk mengelabui penduduk mereka. Maka mereka membongkar perkemahan, dan meninggalkan kota Madinah agar penduduknya mengira bahwa semuanya telah selesai, sehingga mereka bisa tenang dan meletakkan kembali senjata mereka dan hilang kewaspadaan! Padahal sebenarnya mereka telah bertekad untuk mengadakan serangan mendadak yang mengejutkan setelah mereka berhasil menyusun strategi dan siap untuk melaksanakannya. Mereka berkeyakinan bahwa tak ada lagi jalan lain selain menggulingkan khalifah, jika ia menolak mereka akan membunuhnya. Dan ini tidak akan bisa terjadi kecuali dengan serang mendadak yang mengejutkan. Untuk itu mereka harus memiliki alas an yang tepat untuk mengarahkan pendukung mereka, juga untuk penduduk Madinah ketika nanti orang-orang melihat mereka kembali. Karena itulah dua orang dari mereka tetap tinggal, yaitu Al-Asytar An-Nakha’I dan Hukaim bin Jabalah, dan mereka pun menetap di Madinah untuk suatu urusan yang telah mereka rencanakan!!</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka mereka membuat sebuah surat palsu atas nama Utsman yang ditujukan kepada gubernurnya di Mesir yang memerintahkannya untuk menyali para pemberontak tersebut, atau membunuh mereka, atau memotong kaki dan tangan mereka dengan bersilang, jika mereka kembali ke Mesir!</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak yang terdiri dari orang-orang Mesir pun kembali ke Madinah, dan bersama mereka terdapat Muhammad bin Abu Bakar. Kelompok yang terdiri dari orang-orang Irak pun kembali ke Madinah, dan mereka semua tiba pada saat yang bersamaan seolah telah ada kesepakatan sebelumnya di antara mereka!! Penduduk Madinah dikejutkan oleh Takbir yang menggema di sekeliling kota. Para pemberontak telah menyerang kota mereka, dan mengepung kota, sementara kebanyakan dari mereka berada di rumah Utsman, dan mereka berkata, “Siapa yang menahan dirinya akan selamat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Utsman masih bisa memimpin kaum muslimin dalam melaksanakan shalat, dan orang-orang tetap berada di rumah mereka. Dan belum ada yang di larang untuk berbicara. Lalu beberapa penduduk Madinah mendatangi para pemberontak untuk berbicara, di antara mereka terdapat Ali, ia berkata, “Apa yang mengembalikan kalian ke sini setelah kalian pulang dan mundur dari maksud kalian sebelumnya?” mereka berkata, “Kami berhasil merebut sebuah surat yang memerintahkan untuk membunuh kami!” Begitu pula yang dikatakan oleh orang-orang Bashrah kepada Thalhah, dan orang-orang Khufah kepada Zubair. Orang-orang Kufah dan Bashrah berkata, “Kami akan menolong saudara-saudara kami dan membela mereka semua.” Maka Ali berkata kepada mereka, “Wahai penduduk Kufah dan Bashrah, bagaimana kalian mengetahui apa yang dialami penduduk Mesir, sementara kalian telah kembali dengan bergelombang, lalu tiba-tiba kalian telah kembali secara bersama-sama kepada kami?! Demi Allah, hal ini pasti telah direncanakan di Madinah!!” mereka berkata, “Terserah kalian mau berkata apa, kami tidak menginginkan khalifah ini, hendaklah ia turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak kemudian mulai menyebar di penjuru Madinah sebagian dari mereka berdiam di sekeliling masjid Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Utsman tetap menjadi imam, dan penduduk Madinah serta para pemberontak pun ikut shalat di belakangnya. Utsman tetap berada dalam kondisi ini selama lebih kurang dua puluh hari. Di mata Utsman, para pemberontak tersebut lebih hina dari tanah. Beberapa orang masih bisa menemui Utsman, para pemberontak tidak melarang siapapun untuk berbicara, namub mereka melarang untuk berkumpul!</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari jumat, Utsman berangkat keluar untuk shalat di masjid sementara pemberontak berada di sekitar masjid. Lalu para penduduk Madinah mengerubungi Utsman dan mencela apa yang dilakukan oleh kaum pemberontak. Maka para pemberontak mendatangi penduduk Madinah tersebut dan mengancam mereka, maka Utsman berbicara dengan mereka, dan kemudian ia melaksanakan shalat Jumat bersama mereka. Lalu Utsman naik mimbar dan mengarahkan khutbahnya untuk kaum pemberontak, ia berkata, “Wahai kalian para pemberontak ingatlah Allah, Allah! Demi Allah, sesungguhnya penduduk Madinah telah mengetahui bahwa kalian terlaknat melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka hapuslah kesalahan kalian dengan perbuatan yang benar, sesungguhnya Allah tidak akan menghapus kejahatan kecuali dengan kebaikan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan berkata, “Aku bersaksi untuk itu.” Namun Hukaim bin Jabalah menariknya dan mendudukkan nya kembali. Lalu Zaid bin Tsabit juga bangkit dan berkata, “Berikan padaku surat itu.” Maka ia pun di serang oleh Muhammad bin Abu Qutairah dari sisi lain dan didudukkan kembali, dan kemudian para pemberontak pun mengamuk dan melempari orang-orang hingga berhasil mengeluarkan mereka dari masjid, mereka juga melempari Utsman hingga ia terjatuh dari mimbar dalam keadaan pingsan. Maka Utsman di bopong dan dibawa ke rumahnya!! Lalu beberapa orang shahabat menyisingkan lengan mereka dan melawan para pemberontak. Di antara mereka terdapat Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dan Hasan bin Ali. Namun Utsman mengutus seseorang yang meminta mereka untuk membubarkan diri, maka mereka pun pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Ali, Thalhah, dan Zubair mendatangi Utsman untuk menjenguknya, dan mengungkapkan kesedihan mereka yang sangat dalam, setelah itu mereka kembali ke rumah masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak kemudian memperketat pengepungan terhadap Amirul Mukminin. Tapi Utsman tetap bisa berhubungan dengan orang dan para tokoh shahabat. Kemudian mereka semakin memperketat pengepungan dan mempersempitnya, hingga mereka melarang apapun yang dikirim untuknya, baik itu makanan, bahkan air dan juga pergi ke masjid. Mereka mengancam akan membunuhnya. Maka Utsman hanya bisa berdiri dan mengawasi mereka dari rumahnya. Ia berusaha menasihati mereka, dan mengingatkan mereka tentang keutamaan dan kelebihan yang dimilikinya dengan harapan agar mereka sadar dan meninggalkan perbuatan mereka. Maka ia berbicara kepada mereka dengan nama Allah, sementara para shahabat mendengarkan. Ia berkata, “Aku hanya ingin mengingatkan para shahabat, lalu ia menyebutkan tentang pembelian sumur Rumah, perluasan masjid Nabawi, pasukan yang disiapkannya dalam masa sulit, juga ketika ia bersama sedang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam di gunung Tsabir di Mekah, lalu gunung itu berguncang dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Tenanglah wahai Tsabir, sesungguhnya yang ada di atasmu hanyalah seorang Nabi, Shiddiq, dan dua orang Syahid.” Dan para shahabat bersaksi atas setiap yang diucapkannya dan mereka membenarkannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ia berkata, “Wahai Thalhah, demi Allah, tidakkah engkau mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Hendaklah setiap orang dari kalian memegang tangan kawan duduknya.” Dan beliau memegang tanganku dan berkata, “Inilah kawan dudukku di dunia dan akhirat?” Thalhah menjawab, “Iya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak terus memperketat kepungan mereka. Mereka melarang siapapun untuk masuk menemuinya atau keluar dari rumahnya, hingga keadaan jadi semakin sulit bagi Utsman. Ash-Sha’bah binti Al-Hadhrami ibu Thalhah berkata kepada anaknya, “Sesungguhnya pengepungan Utsman telah semakin ketat, cobalah berbicara kepada mereka agar ia dilepaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Utsman mendekati keluarga Amru bin Hazm yang merupakan tetangganya, dan mengutus salah seorang anak dari Amru untuk mengabarkan kepada Ali bahwasanya para pemberontak telah menahan air dari kami, jika kalian bisa mengirimkan sedikit air untuk kami maka lakukanlah! Ia juga mengutus orang untuk menemui Thalhah dan Zubair, juga kepada Aisyah dan istri-istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam lainnya. Dan yang pertama kali datang memberikan pertolongan adalah Ali dan Ummu Habibah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali membawa sekantung air, dan dengan susah payah berhasil membawanya untuk Utsman, setelah menerima kata-kata kasar dan tunggangannya diusir oleh para pemberontak. Mereka bahkan melakukan yang lebih buruk dari itu terhadap Ummul Mukminin Ummu Habibah. Mereka berhasil mencederainya, dengan memotong tali keledainya hingga ia terjatuh dan hamper terbunuh. Jika orang-orang tidak segera mengejar keledai itu dan memeganginya, pastilah akan terjadi sesuatu yang sangat besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah dan Zubair mendengar apa yang di alami oleh Ali dan Ummu Habibah, maka mereka tetap berdiam di rumah mereka, dan Utsman berada di rumahnya dengan bantuan air dari keluarga Hazm di saat para penjaga sedang lengah!</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengepungan terus berlangsung dirumah Utsman hingga berakhir nya hari-hari tasyriq, dan orang-orang kembali dari haji. Para pemberontak diberitahu bahwa orang-orang yang melaksanakan haji pada musim itu telah bertekad untuk kembali ke Madinah guna membla Amirul mukminin. Mereka juga mengetahu tentang bergeraknya pasukan dari Syam, Kufah, dan Bashrah untuk membantu khalifah. Maka mereka semakin memperketat pengepungan mereka dan memaksa Utsman untuk mengundurkan diri. Namun ia menolak dan tetap berpegang teguh kepada wasiat Nabi, “Wahai Utsman, sesungguhnya barangkali Allah akan memakaikanmu sebuah baju, jika mereka menginginkanmu untuk melepasnya, maka jangan engkau lepaskan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat mendatangi Utsman dan bertanya, “Tidaklah engkau memerangi mereka?” ia menjawab, “Tidak, sesungguhnya Rasulullah telah menjanjikan sesuatu kepadaku, dan aku akan bersabar untuknya.” Saat itu di rumahnya telah bersiap tujuh ratus pejuang terbaik, jika ia mau, ia bisa menggerakkan mereka untuk memukul para pemberontak tersebut dan mengeluarkan mereka dari penjuru Madinah. Namun Utsman tidak menginginkan adanya pertempuran. Ia menunjuk Abdullah bin Zubair untuk memimpin pasukan yang berada di rumahnya saat itu, ia berkata, “Siapakah yang menaatiku, maka hendaklah ia menaati Abdullah bin Zubair.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali juga telah mengutus Hasan dan Husain untuk menjaga Utsman, Thalhah pun mengutus dua putranya, Muhammad dan yang lainnya, sementara Zubair menugaskan putranya Abdullah. Sehingga saat itu yang menjaga Utsman di rumahnya adalah Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Sa’ad bin Al-Ash, Al-Mughirah bin Al-Akhnas bin Syariq, Marwan bin Al-Hakam, dan banyak lainnya, lengkap dengan senjata masing-masing. Namun Utsman mengatakan kepada mereka, “Aku ingin kalian pulang dan meletakkan senjata kalian lalu berdiam di rumah masing-masing.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini menunjukkan bahwa tidak seorangpun dari shahabat yang membiarkan Utsman, atau berpangku tangan melihatnya, maupun rela dengan pengepungan dan pembunuhannya. Utsman sendiri yang melarang para shahabat untuk berperang, ia lebih memilih bahaya yang lebih ringan. Maka ia memutuskan untuk mengorbankan dirinya daripada semakin meluasnya fitnah yang mengakibatkan tumpahnya darahnya sendiri dengan sukarela, semoga Allah meninggikan derajatnya di taman-taman surga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya para pemberontak yang sesat itu memutuskan untuk membunuh Utsman. Mereka menerobos masuk rumahnya, dan bergumul dengan para shahabat yang bertugas melindungi Amirul Mukminin. Mereka membawa api dan membakar pintu dan ruang pertemuan. Lalu tokoh-tokoh sesat mereka berhasil masuk menemui Utsman dan menumpahkan darahnya yang suci saat ia sedang membaca Al-Quran. Darahpun mengalir membasahi mushhaf, hingga darah tersebut berhenti di firman Allah Ta’ala, “Maka Allah mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongannya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah [2]:137.)</div>
<div style="text-align: justify;">
Beritapun sampai ke telinga Thalhah, dan ia berkata, “Semoga Allah merahmati Utsman dan menolongnya dan Islam.” Lalu dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya mereka telah menyesal!” Ia berkata, “Celakalah mereka! Lalu ia membaca ayat, “Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya (QS. Saba’ [34]:54).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Ali mendengar berita pembunuhannya, ia berkata, “Semoga Allah merahmati Utsman dan memberi kebaikan kepada kita”, ia juga mendengar tentang penyesalan orang-orang yang membunuhnya, maka ia membaca firman Allah Ta’ala “(Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, “Kafilah kamu!” Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh Alam (QS. Yasin [36]: 49-50).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash mendengar berita pembunuhan Utsman, ia memohonkan ampunan dan rahmat untuknya, dan untuk orang-orang yang membunuhnya dan rahmat untuknya, dan untuk orang-orang yang membunuhnya ia membaca firman Allah, “Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya (QS.Alkahfi [18]: 103-104)”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah kebenaran tentang keluarnya para pemberontak dari ketaatan terhadap Amirul Mukminin Utsman, dan pemalsuan surat atas namanya dan dengan menggunakan nama beberapa shahabat lainnya, juga tentang pengepungannya, dan pembangkangan mereka yang tanpa alas an, lalu keinginan mereka untuk menggulingkannya, dan akhir nya membunuhnya. Dengan demikian, mereka semua adalah golongan pemberontak yang keluar dari jamaah dan sekaligus pembunuh yang zhalim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Shahabat secara keseluruhan terbebas dari darahnya. Mereka tidak pernah menyerahkannya atau mengkhianatinya ataupun meninggalkannya. Mereka hanya mengikuti kemauannya, dan menyerah kepada keinginannya untuk menyerahkan dirinya demi menggapai syahid, sebagaimana yang terdapat dalam banyak riwayat yang shahih dan juga catatan-catatan sejarah yang bersih dan sesuai dengan akhlak para shahabat yang terdidik dalam madrasah kenabian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun beberapa catatan sejarah yang menyebutkan bahwa para shahabat ataupun sebagian dari mereka telah menyerahkannya, dan mengkhianatinya serta rela dengan pembunuhannya, dan bahkan mungkin sebagian mereka terlibat di dalamnya, maka itu semua adalah berita yang lemah, dan riwayat bohong yang sengaja dibuat oleh para penutur sejarah yang tidak bisa dipercaya, yang menukil berita-berita bohong dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dan itu semua bertolak belakang dengan akhlak orang-orang yang akan membela keluarga dan shahabat-shahabat mereka dalam kebenaran. Apalagi mereka adalah shahabat-shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan yang dikepung adalah khalifah kaum muslimin yang harus dibela dan dilindungi, karena ia adalah symbol dari umat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sungguh aneh apa yang dikatakan oleh penulis kita Rijal Haula Ar-Rasul dalam biografi Thalhah Radhiyallahu Anhu, “Dan meletuslah fitnah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu. Sementara Thalhah mendukung alas an para pembangkang tersebut dan membernarkan tuntutan perubahan dan perbaikan yang didengungkan oleh sebagian besar dari mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah sikapnya ini telah menyeret kepada pembunuhan Utsman ataupun ia ridha dengan peristiwa tersebut? Sekali-kali tidak. Jika ia mengetahui bahwa fitnah tersebut akan terus berkembang hingga kemudian pecah oleh kebencian dan kedengkian yang tak beralasan, niscaya ia akan menjauhkan dirinya dari tindakan keji yang mengorbankan Dzun-Nurain Utsman Radhiyallahu Anhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami katakan, “Jika ia mengetahui bahwa fitnah itu akan berujung kepada tragedy tersebut, pastilah ia akan melakukan perlawanan, juga para shahabat lainnya yang pada awalnya mendukung gerakan tersebut karena menganggapnya sebagai gerakan untuk sekedar memberikan peringatan, tidak lebih!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis itu seolah mengambil riwayat-riwayat yang lemah tersebut pada malam yang gelap gulita, dan menjadikannya sebagai penerangan baginya. Ia mengenyampingkan riwayat-riwayat yang shahih dan hadits-hadits yang telah jelas, lalu menyangka bahwa Thalhah mendukung para pemberontak, dan bahkan membenarkan sebagian besar dari mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari mana engkau mendapatkan cerita ini wahai saudara?</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah telah memberikan haknya dalam kekhalifahan untuk Utsman, dan ia tidak akan melakukan itu jika ia tidak melihatnya pantas untuk itu. Dan kalaupun kemduian Utsman melenceng dari jalan yang terlah dibai’at olehnya dan kaum muslimin lainnya, niscaya ia akan menyatakan pendapatnya dengan terang-terangan dan penuh keberanian. Ia tidak membutuhkan kedatangan orang-orang bodoh yang datang dari Mesir dan Irak tersebut, hingga ia merasa perlu untuk mendukung tujuan mereka, lalu bersembunyi di balik punggung mereka dengan memberikan sokongan terhadap tuntutan dan pendapat mereka!</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun pendapat bahwa Thalhah tidak mengetahu bahwa fitnah tersebut akan berujung kepada tragedy itu adalah tidak benar sama sekali. Sejak awal ia telah memahami kekejian para pembangkang dan keburukan niat mereka, mereka sama sekali tidak datang untuk perbaikan atau mengharap ridha Allah. Karena itulah ia menantang mereka, dan berlepas diri dari mereka. Ia menghadapi mereka dan mengatakan bahwa para shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengetahui keburukan niat mereka dalam gerakan mereka tersebut. Sementara Ali, Zubair, Sa’ad, dan tokoh shahabat lainnya juga melakukkan hal yang sama dengan Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah merupakan menteri yang jujur dalam masa tiga khalifah Abu Bakar, Umar, Dan Utsman. Ia adalah salah seorang anggota majelis syura yang terkemuka, berpengalaman, dan sangat memahami tingkatan manusia serta gerakan yang ada di dalam masyarakat dan juga pemikiran yang sedang berkembang. Jika tokoh-tokoh seperti Thalhah, Ali, Zubair, dan tokoh lainnya yang selevel dengan merea tidak mengerti tujuan dari para pemberontak dan orang-orang yang seperti mereka, maka kepada siapa lagi kita berharap untuk membongkar persekongkolan kaum pembangkang, dan menyibakkan tirai dari kekejian hati mereka yang senantiasa menunggu saat yang tetap untuk menyerang?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah ketika orang-orang Bashrah mendatangi Thalhah, mengucapkan salam kepadanya, dan mengungkapkan niat mereka untuk menggulingkan Utsman dengan sindiran, ia mengusir mereka, dan berkata dengan keras, “Orang-orang mukmin telah mengetahui bahwasanya pasukan Dzul Marwah, Dzu Khusyub, dan Al-A’wash terlaknat melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ketika Amirul Mukminin Utsman dikepung, ia mengumpulkan para shahabat dan mengingatkan mereka tentang berbagai kelebihannya, keutamaannya, dan perbuatan-perbuatannya yang mulia, maka Thalhah pun bersaksi untuknya di hadapan orang-orang yang mengepungnya, dan ia sama sekali tidak pernah membenarkan (pembangkangan mereka) sebagaimana yang disangka oleh penulis tersebut!</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah Thalhah seorang pengecut? Kita tidak pernah melihatnya demikian</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah ia takut dari Utsman? Utsman terkepung, dan setelah itu darahnya tertumpah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ataukah ia mendekati para pemberontak dan berambisi untuk menjadi khalifah? Ia telah mengusir mereka ketika datang kepadanya dan memaksa untuk membai’atnya. Ia juga mengatakan kepada mereka bahwasanya mereka terlaknat melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia telah mundur dari pemilihan khalifah ketika anginnya masih sejuk mewangi, maka bagaimana mungkin saat itu ia menginginkannya ketika angin panas telah menerjangnya?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ketika pengepungan Utsman semakin ketat, dan ia dilempari hingga pingsan, maka Ali, Thalhah, dan Zubair datang menjenguknya dan mengadukan tentang situasi yang semakin genting. Mereka memaksa untuk melindunginya, namun Utsman menolak keinginan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Utsman meminta Air, para shahabat datang kepadanya, termasuk Thalhah yang telah sampai di pintunya. Namun ketika ia menyaksikan apa yang dilakukan oleh para pemberontak tersebut terhadap Ali dan ummul mukminin Ummu Habibah, ia mengurungkan niatnya untuk masuk, sebagaimana yang dilakukan oleh Zubair.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Ash-Sha’bah ibu dari Thalhah juga telah meminta anaknya untuk berbicara denga para pemberontak agar mereka meninggalkan Utsman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika pengepungan semakin menjadi-jadi, Thalhah mengirimkan putranya dan jantung hatinya Muhammad bin Thalhah untuk melindungi Amirul Mukminin. Ia bertempur bersama para pembela Utsman lainnya, dan ia tidak sekalipun meninggalkan rumah hingga darahnya tumpah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ia mendengar berita tentang terbunuhnya Utsman, dan bahka kaum pemberontak telah menyesali kejahatan mereka, ia berkata, “Celakalah mereka, lalu ia membaca, ayat “Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka juga tidak dapat kembali kepada keluarganya (QS. Yasin [36]:49-50).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai saudar penulis, kenapa engkau melupakan fakta-faktra kebenaran di atas? Bagaimana mungkin engkau menuduh seorang shahabat yang jujur dan mulia melakukan dosa besar tersebut, dan juga menuduh shahabat lainnya bahwa mereka mendukung para penyulut fitnah dengan menganggap gerakan mereka sekedar gerakan protes?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Omong kosong apa ini? Kenapa anda berani melemparkan tuduhan kepada para shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menuduh mereka telah lalai karena tidak menyadari maksud dari para pemberontak tersebut sejak awal?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak tersebut bukanlah sekedar gerak protes, mereka juga tidak berada dalam posisi yang benar, ataupun menginginkan perbaikan. Mereka adalah kaum munafik yang fasik sebagaimana yang ditegaskan oleh Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, ketika beliau mengatakan kepada Utsman, “Wahai Utsman, Sesungguhnya Allah akan memakaikanmu sebuah baju, jika orang-orang munafik menginginkanmu untuk melepasnya, maka janganlah engkau lepaskan hingga engkau datang menemuiku!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bersama Ali bin Abu Thalib</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika takdir dan ketetapan Allah telah berlaku, dan terjadilah apa yang telah ditakdirkannya, dan khalifah yang ketiga Utsman mendapatkan syahid dan kembali kepadanya Nya, maka tidak ada lagi tokoh ke empat yang lebih mulia, lebih berilmu, dan lebih bertakwa selainnya. Maka bai’at pun diberikan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika jabatan kekhalifahan disodorkan kepadanya, pada awalnya ia ragu untuk menerimanya, karena berbagai peristiwa yang terjadi saat itu oleh para pemberontak, yang telah membunuh khalifah Utsman dengan cara yang kejam dan sadis. Mereka tetap bertahan di Madinah, sementara tangan mereka belum kering dari darah Utsman yang syahid! Ali merenungkan seluruh untaian peristiwa tersebut, ia terus memikirkan dan menimbang-nimbang. Dan kemudian ia meyakinkan dirinya bahwa setiap detik yang berlalu dengan kekosongan posisi khalifah hanya akan menyebabkan bahaya yang lebih besar terhadap Islam, negaranya, dan masyarakatnya. Maka ia pun menerima jabatan khalifah yang penuh dengan luka. Tidak aka nada yang sanggup memikul tanggung jawab tersebut selain orang yang seperti Ali. Ia menerima dengan bertawakal kepada Allah dan yakin dengan pertolongan-Nya, juga dengan keberaniannya dalam menghadapi kesulitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu Utsman terbunuh, orang-orang segera mendatangi Ali, baik dari golongan shahabat maupun yang lainnya dan mereka berkata, “Amirul Mukminin Ali” Hingga mereka masuk kerumahnya, dan berkata, “Kami akan membai’atmu, maka ulurkanlah tanganmu, engkaulah yang paling berhak atas urusan ini!”, Maka Ali berkata, “Urusan ini bukan di tangan kalian, ini adalah urusan ahli Badar, siapa yang mereka ridhai, dialah yang akan menjadi khalifah.” Namun tidak seorangpun yang tersisa, semuanya mendatangi Ali dan berkata, “Kami tidak melihat siapapun yang lebih berhak darimu, ulurkanlah tanganmu untuk kami bai’at.” Maka Ali berkata, “Mana Thalhah dan Zubair?” saat itu yang pertama membai’atnya adalah Thalhah dan Zubair. Ketika Ali melihat hal tersebut, ia segera menuju masjid dan naik mimbar. Dan saat itu yang pertama kali naik ke atas mimbar dan membai’atnya adalah Thalhah, diikuti kemudian oleh Zubair, dan shahabat-shahabat Nabi Shallallahualaihi wa Sallam. Kaum Muhajirin dan Anshar turut memberikan bai’at mereka, dan kemudian barulah ia di bai’at oleh orang-orang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabari meriwayatkan dengan sanad yang terdiri dari orang-orang yang terpercaya, dari Auf bin Abu Jamilah Al-Arabi berkata, “Adapun aku bersaksi bahwa aku telah mendengar Muhammad in Sirin berkata, “Sesungguhnya Ali datang dan berkata kepada Thalhah, “Ulurkanlah tanganmu wahai Thalhah agar aku membai’atmu.” Thalhah berkata, “Engkaulah yang lebih berhak, engkaulah Amirul Mukminin, maka ulurkanlah tanganmu.” Ia berkata, “Maka Ali mengulurkan tangannya dan Thalhah membai’atnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hakim meriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah, ia berkata, “Aku bertanya kepada Amru bin Dinar, aku berkata, “Wahai Abu Muhammad, apakah Thalhah dan Zubair membai’at Ali? Ia berkata, “Hasan bin Muhammad telah memberitahuku, dan aku tidak melihat siapapun yang lebih tahu darinya, bahwa mereka berdua naik untuk membai’atnya, saat itu ia berada di atas mimbar, dan kemudian mereka kembali turun.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikarenakan tangan Thalhah yang pertama kali terulur untuk membai’at Ali, ada yang berkata, “Yang pertama memberikan bai’at adalah tangan yang telah lumpuh, ini tidak bisa terjadi!” dan ini adalah sebuah kebodohan dari orang yang mengatakannya. Karena tangan Thalhah adalah tangan yang jauh lebih berkah dan lebih besar kontribusinya disbanding dengan siapapun, karena tangan inilah yang telah membela Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam pada perang Uhud dan melindungi beliau dari hujan panah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Al-Ahnaf bin Qais mendatangi Thalhah dan Zubari sebelum terbunuhnya Utsman, dan ia berkata kepada mereka, “Aku berpendapat bahwa ia Utsman pasti akan terbunuh. Siapa menurut kalian yang harus aku bai’at?” mereka menjawab, “Ali”, maka aku berkata, “Apakah kalian menganjurkanku untuk itu dan kalian ridha jika aku melakukan nya?” mereka menjawab, “Iya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka bai’at umum dari kalangan Muhajirin dan Anshar untuk Ali pun akhirnya terlaksana, diikuti oleh seluruh yang hadir. Dan Ali mengirimkan surat ke seluruh penjuru mengabarkan tentang pembai’atan nya dan mereka pun tunduk kepadanya, kecuali apa yang terjadi pada Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhuma dan penduduk Syam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para shahabat telah melakukan pembelaan terhadap Utsman saat ia dikepung di rumahnya, namun ia tidak mengizinkan mereka untuk berperang karena melindunginya, ia tidak ingin ada darah yang tumpah karena dirinya, maka mereka pun mentaatinya. Kemudian mereka hanya bisa memperhatikan apa yang akan terjadi, dan tidak ada yang berpikir bahwa para pemberontak tersebut akan berani menumpahkan darahnya. Namun ketika yang ditakutkan itu terjadi, dan Utsman terbunuh dalam keadaan sabar, para shahabat menjadi terpukul, hati mereka pecah menyaksikan kejadian yang tragis tersebut. Mereka merasa bahwa seharusnya mereka membelanya mati-matian, walaupun pada kenyataannya mereka tidak pernah menyia-nyiakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Thalhah, Zubair, Aisyah dan para pengikut mereka berpendapat bahwa tidak akan ada yang bisa membaskan mereka dari rasa bersalah atas kewajiban membela Utsman selain bangkit untuk menuntut pembalasan darahnya, dan membalas dendam terhadap para pembunuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Thalhah, Zubair dan beberapa tokoh shahabat mendatangi Amirul Mukminin Ali dan memintanya untuk menegakkan hukum qishash dan menuntut balas atas darah Utsman. Ali meminta maaf kepada mereka dan mengatakan bahwa para pembunuh Utsman saat itu masih mempunyai sekutu dan bala bantuan, sehingga ia belum bisa melaksanakan tuntutan mereka pada saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Thalhah dan Zubair meminta izin kepada Ali untuk melaksanakan umrah, dan ia mengizinkan mereka, dan mereka pun berangkat menuju Mekah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu Ali telah bertekad untuk memerangi penduduk Syam karena menolak untuk membai’atnya, dan ia pun menyiapkan pasukannya. Dan tidak ada lagi yang harus dilakukan selain berangkat dari Madinah menuju Syam, sampai ia mendengar kabar yang membuatnya harus melupakan maksudnya tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ia tengah bersiap menuju Syam, ia mendapat kabar tentang adanya pasukan yang terdiri dari Thalhah, Zubair, dan ummul mukminin Aisyah yang telah keluar dari Mekah dan sedang menuju Bashrah, dan mereka diikuti oleh banyak orang. Pada tahun itu istri-istri Nabi Shallallahualaihi wa Sallammenunaikan ibadah haji untuk menghindari fitnah. Dan ketika menerima kabar tentang terbunuhnya Utsman, mereka memutuskan untuk tetap berdiam di Mekah dan menunggu apa yang akan terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah haji, berkumpullah sejumlah shahabat dan ummahatul mukminin di Mekah. Aisyah dengan kedudukannya yang tinggi di dalam diri kaum muslimin, mendorong orang-orang untuk bangkit menuntut darah Utsman, dan menegakkan qishash atas para pembunuhnya. Mereka bermusyawarah untuk menentukan langkah yang akan diambil, dan akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat menuju Bashrah guna mengumpulkan kekuatan yang besar dari mereka yang bergabung atas terbunuhnya Utsman, lalu kekuatan yang besar tersebut akan bahu membahu dengan kekuatan pasukan khalifah guna menumpas kekuatan kaum pemberontak dan memusnahkan kekuasaan mereka. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam diri Thalhah, Zubair, dan Aisyah bahwa Ali bersih dari darah Utsman, dan tidak ada permusuhan ataupun kebencian dan kedengkian di antara du pasukan tersebut, pasukan Ali dan pasukan Bashrah. Semua yang terjadi adalah dengan tujuan perbaikan, penegakkan hukum, dan tuntutan qishash atas orang-orang yang zhalim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seribu pasukan berkuda berangkat mengiringi Thalhah, Zubair, dan Aisyah Radhiyallahu Anhum. Mereka bertolak dari mekah, dan dalam perjalanan banyak yang bergabung dengan mereka sehingga jumlah mereka menjadi tiga ribu. Ummul mukmiin berada di tandunya di atas unta yang bernama Askar. Dalam perjalanan mereka melewati sebuah mata air yang bernama Al-Hau’ab dan disana mereka disambut oleh gonggongan anjing. Ketika mendengar itu Aisyah berkata, “Apakah nama tempat ini?” mereka menjawab, “Al-Hau’ab”, maka ia menepukkan kedua tangannya dan berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Aku harus kembali!”. Mereka bertanya, “Kenapa?” ia menjawab, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam berkata kepada istri-istrinya, “Andai aku tahu siapa di antara kalian yang akan disambut gonggongan anjing di mata air Al-Hau’ab (Al-Hau’ab merupakan sebuat tempat di dekat Bashrah pada jalan yang menuju Mekah. Hadits tentang Ha’uab adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad Ibnu Abi Syaibah, Abu Ya’la, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi dalam Ad-Dala’il, juga Al-Hakim dan yang lainnya)”, lalu ia menepuk bahu tangannya dan menduduknya, dan ia berkata, “Kembalikan aku, kembalikan aku, demi Allah akulah wanita (yang disambut gonggongan anjing) di mata air Al-Hau’ab!!”. Lalu Zubair berkata kepadanya, “Apa engkau akan pulang?! Semoga saja Allah akan mendamaikan orang-orang melaluimu.” Aisyah menerima alas an tersebut dari pembela Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, dengan harapan kedudukannya di hati kaum muslimin akan memberikan pengaruh dalam pertemuan untuk menuntut darah Utsman. Ia pun meneruskan perjalanannya menuju Bashrah, dan orang-orang turut melanjutkan perjalanan bersamanya, untuk ishlah (perbaikan).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Ali mendengar berita tentang keluarnya Thalhah, Zubair, dan Aisyah menuju Bashrah, ia membatalkan perjalananya menuju Syam, dan keluar bersama pasukan yang telah disiapkannya untuk menuju Syams, dan berangkat menuju Bashrah. Dia berharap dapat menyusul mereka, dan menghalangi mereka, hingga ia sampai di Ar-Rabadzah (Sebuah desa yang pernah ramai dan kemudian mati), di sana ia mendengar bahwa mereka telah terlambat untuk menghadang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan Aisyah semakin dekat dengan Bashrah, maka ia menulis surat kepada Al-Ahnaf bin Qais dan pemuka masyarakat lainnya mengabarkan bahwa ia akan datang. Maka gubernur Bashrah Utsman bin Hunaif mengirim kepadanya dua orang utusan : seorang shahabat Imran bin Hushain, dan seorang tabi’in Abu Al-Aswad Ad-Duali untuk mengetahui maksud kedatangannya. Ketika sampai, mereka menanyakan maksudnya, dan ia menyampaikan kepada mereka berdua bahawa ia dan orang-orang yang bersamanya datang untuk menuntut darah Utsman karena ia dibunuh dengan zhalim di bulan haram dan di tanah haram. Lalu ia membaca firman Allah Ta’ala, “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia (QS. An-Nisa’ [4]:114). Dan ia berkata, “Kami bangkit dengan tujuan perbaikan yang diperintahkan Allah Azza wa Jalla, dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam kepadanya kecil dan besar, kepada laki-laki dan perempuan. Inilah urusan kami untuk menyeru kalian kepada kebaikan dan mendorong kalian untuk itu, dan mencegah kalian dari kemungkaran, serta meminta kalian untuk mengubahnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar kedatangan Thalhah, Zubair, daan Aisyah, penduduk Basrah terpecah menjadi tiga kelompok.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama: Menyambut baik gerakan Aisyah dan bergabung dengannya untuk membantunya menuju perbaikan</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua: Tetap loyal terhadap gubernur Bashrah saat itu Utsman bin Hunaif dan tidak setuju dengan gerakan Aisyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga: Memilih untuk tidak memihak kemanapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Utsman bin Hunaif bertekad untuk mencegah pasukan Aisyah memasuki Bashrah hingga kedatangan Amirul Mukminin Ali, maka ia pun keluar bersama pasukannya. Ia menghadang pasukan Aisyah di Al-Mirbad (Suatu tempat yang digunakan pasar unta di luar kota), pasukan Aisyah berada di sisi kanan Mirbad, dan pasukan Ibnu Hunaif di sisi kirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Thalhah berbicara dan mengajak untuk menuntut balas atas darah Utsman, ia diikuti oleh Zubair yang berbicara seperti dibicarakannya. Pasukan yang berada di sisi kanan berkata, “Mereka berdua telah jujur dan benar, dan mereka berdua telah mengatakan kebenaran dan mereka mengajar kepadanya.” Sedangkan pasukan yang berada di sisi kiri berkata, “Mereka berdua telah membangkang, dan mengatakan kebathilan, dan mereka mengajak kepadanya.” Maka kedua pasukan kemudian saling melemparkan pasir dan batu. Dan ketika Aisyah berbicara dan mengajak mereka untuk menuntut balas atas Utsman dan membunuh para pembunuhnya, pasukan Ibnu Hunaif terpecah menjadi dua : Satu kelompok tetap bersamanya, dan kelompok lainnya bergabung dengan pasukan Aisyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka majulah Hukaim bin Jabalah yang berada dalam pasukan berkuda dari Ibmu Hunaif, dan salah seorang yang ikut membunuh Utsman dan ia memulai peperangan. Namun pasukan ummul mukminin menahan diri dan enggan untuk berperang, sehingga Hukaim pun menyerang mereka. Mereka bertempur di sisi jalan, maka Aisyah memerintahkan pasukannya untuk bergerak ke kanan hingga sampai di pemakaman Bani Mazin, dan kemudian malam pun menghalangi kedua pasukan. Pada hari kedua, mereka telah siap untuk bertempur, dan pertempuran pun terjadi dengan dahsyat hingga siang, dan banyak anggota pasukan Ibnu Hunaif yang terbunuh, dan banyak yang terluka dari kedua pasukan. Dan ketika perang telah melelahkan mereka, mereka pun mengajak untuk berdamai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa orang berhasil memasuki istana Utsman bin Hunaif dan membawanya kepada Thalhah dan Zubair sebagai tawanan. Dan tidak ada lagi rambut yang tersisa di wajahnya karena telah dicukur oleh mereka!! Thalhah dan Zubair menganggap perbuatan itu terlalu berlebihan, kemudian mereka memberitahukan berita tentang penangkapan itu kepada Aisyah. Aisyah memerintahkan untuk melepaskannya, dan mereka pun membebaskannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu menyulut kemarahan kelompok pembunuh Utsman dan para pendukung mereka. Maka mereka bergerak dengan pasukan yang berjumlah hampir tiga ratus orang, dengan dipimpin oleh Hukaim bin Jabalah. Mereka menyampaikan tantangan dan bertempur. Pasukan Aisyah menyambut tantangan mereka, dan berhasil membunuh meraka, termasuk hukaim sendiri. Pasukannya menjadi lemah, dan dengan demikian pasukan Aisyah berhasil menguasai Bashrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Utusan Thalhah dan Zubair mengumumkan kepada kabilah-kabilah yang ada di sana bahwa jika ada di antara kalian yang ikut menyerang Madinah maka hendaklah membawanya kepada kami. Mereka pun di bawa dan di bunuh. Tidak ada yang selama kecuali Hurqush bin Zuhair As-Sa’di, karena kaumnya Bani Sa’ad mempertahankannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bashrah berhasil di kuasai oleh Thalhah, Zubair, dan pasukan yang bersama mereka. Kemudian mereka menulis surat kepada penduduk Syam untuk itu. Thalhah dan Zubair meminta mereka untuk bangkit seperti mereka guna menuntut balas atas darah Asy-Syahid Amirul Mukminin Utsman. Mereka juga mengirimkan surat yang serupa kepada penduduk Kufah, penduduk Yamamah, dan kepada penduduk Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika pasukan Amirul Mukminin Ali sampai di Ar-Rabadzah dan mengetahui bahwa pasukan Aisyah telah mendahuluinya, ia merencanakan untuk terus menuju Bashrah. Di Rabadzah ia bertemu dengan Abdullah bin Salam Radhiyallahu Anhu yang memintanya untuk tidak ikut keluar, namun ia menolak. Dan hasan bin Ali pun berharap agar ayahnya tidak berangkat, namun ia juga menolak! Orang-orang memperhatikan rencana dan tekadnya untuk itu, maka putra dari Rifa’ah bin Rafi’ mendatanginya dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang engkau ingin kan? Dan kemana engkau akan membawa kami?” Ali menjawab”Adapun yang kita inginkan hanyalah perbaikan, itu jika mereka menerima dan menyambut ajakan kita.” Ia berkata, “Kalau mereka tidak menyambut ajakan kita?” Ali berkata, “Kita biarkan mereka dengan alas an mereka, kita berikan mereka hak mereka lalu kita bersabar.” Ia berkata, “Jika mereka tidak ridha?” Ali menjawab, “kita akan biarkan mereka selama mereka membiarkan kita.” Ia berkata, “Dan kalau mereka tidak membiarkan kita?” Ia menjawab, “Kita akan membela diri dari mereka.” Dan ia pun berkata, “Baiklah kalau begitu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali mengirim surat kepada penduduk Kufa meminta mereka untuk membela kebenaran. Di antara isi suratnya sebagai berikut, “Aku telah memilih kalian atas apa yang terjadi. Jadilah penolong dan pembela bagi agama Allah. Dukunglah kami dan bangkitlah bersama kami. Perbaikanlah yang kami inginkan, agar umat kembali menjadi satu saudara. Siapa yang mencintai dan mengutamakan hal ini maka berarti ia mencintai kebenaran dan mengutamakannya. Namun siapa yang tidak menyukainya maka berarti ia pun tidak menyukai kebenaran dan membencinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Ali dan pasukannya mendekati Kufah, ia menerima berita tentang apa yang telah menimpa pasukannya di Bashrah. Dan ketika ia tiba di Dzu Qar, Utsman bin Hunaif mendatanginya dalam keadaan kemah tanpa sedikitpun rambut di wajahnya. Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, engkau telah mengutusku ke Bashrah dengan memiliki jenggot. Dan sekarang aku datang kepadamu dalam keadaan tanpa jenggot!” Ali berkata, “Engkau telah mendapatkan pahala dan kebaikan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Di kufah, shahabat mulia Abu Musa Al-Asy’ari bangkit dan menasihati orang-orang agar tidak ikut camput dalam fitnah yang terjadi. Ia menceritakan kepada mereka apa yang pernah didengarnya dari Nabi Shallallahualaihi wa Sallam tentang peristiwa tersebut, ketika beliau berkata, “Sungguh akan terjadi suatu fitnah dimana orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berkendaraan.” Lalu utusan Amirul Mukminin Ali di antaranya Hasan, Ibnu Abbas, dan Ammar bin Yasir mengajak orang-orang untuk membela khalifah yang telah dibai’at oleh kaum Muhajirin dan Anshar, agar posisinya lebih kuat sehingga bisa menegakkan hukum dan meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya. Beberapa hadirin kemudian berbicara, di antaranya Qa’qa’ bin Amru yang mendukung pendapat Abu Musa namun ia juga sekaligus mengoreksinya dengan berkata, “Sesungguhnya yang dikatakan oleh gubernur adalah benar, namun orang juga membutuhkan seorang pemimpin yang melawan kezhaliman, dan menolong yang dizhalimi serta merekatkan kembali ikatan manusia. Amirul Mukminin Ali melaksanakan apa yang menjadi tugasnya, dan ia telah berbuat adil dalam himbauannya, hanya perbaikanlah tujuannya, maka bergabunglah dengannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang menyambut seruan untuk bergabung dengannya, dan bergerak dengan Hasan dalam sebuah pasukan yang berjumlah hamper Sembilan rebut prajurit, diantara tokoh yang ikut bergabung antara lain : Qa’qa’ bin Amru, Sa’ad bin Malik, Zaid bin Shuhan, Adi bin Hatim, dan Hujr bin Adi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sana sang imam yang baik dan shalih berdiri dan menjelaskan kepada pasukannya jalan lurus yang akan ditempuh, bahwasanya kebenaran yang mereka tujuh memiliki banyak jalan, dan jalan terakhir adalah dengan mengangkat senjata. Dan jika mereka terpaksa harus bertempur melawan saudara-saudara mereka, maka haruslah dengan cara yang benar. Ia menyampaikan khutbahnya di hadapan mereka dan berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai penduduk Kufah, kalian terlah berhasil merebut kekuasaan orang-orang non arab, dan kalian hancurkan kesatuan mereka hingga kalian mendapatkan warisan peninggalan mereka, kalian menjadi berkecukupan dan bisa menolong saudara-saudara kalian menghadapi musuh mereka. Aku telah mengajak kalian untuk menghaapi saudara-saudara kita dari penduduk Bashrah. Jika mereka mau kembali maka itulah yang kita inginkan. Jika mereka mau kembali maka itulah yang kita inginkan. Jika mereka memaksa maka kita akan menghadapi saudara-saudara kita dari penduduk Bashrah. Jika mereka mau kembali maka itulah yang kita inginkan. Jika mereka memaksa maka kita akan menghadapi mereka dengan kelembutan, dan kita biarkan mereka hingga mereka memulai menyerang kita secara zhalim. Kita tidak akan melepaskan satu hal pun yang mengandung kebaikan, melainkan pasti kita dahulukan daripada hal lain yang mengandung kerusakan Insya Allah, dan tiada kekuatan kecuali hanya milik Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Ali berusaha memastikan berita tentang dua saudara nya Thalhah dan Zubair, untuk mengetahui apa yang menyebabkan keberangkatan mereka dan apa yang mereka inginkan. Juga untuk mengingatkan mereka kepada Allah Ta’ala, dan mengutamakan kesatuan kaum muslimin. Ia pun mengutus seorang komanda yang cerdas Qa’qa’ bin Amru, dan berpesan kepadanya, “Temuilah dua orang ini dan ajaklah mereka untuk kembali kepada persatuan dan jamaah, dan ingat kan akan besarnya bahaya perpecahan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Qa’qa’ berangkat hingga tiba di Bashrah. Ia mulai dengan menemui Aisyah Radhiyallahua Anha, ia mengucapkan salam dan berkata, “Wahai ibu, Apa yang yang telah menganggumu dan membuat datang ke negeri ini?” Ia berkata, “Wahai Anakku, untuk perbaikan dan kedamaian di antara manusia.” Qa’qa’ berkata, “Maka panggilah Thalhah dan Zubair agar engkau bisa mendengar perkataanku dan perkataan mereka.” Aisyah pun memanggil mereka, dan mereka segera datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Qa’qa’ berkata, “Aku telah bertanya kepada ummul mukminin, apa yang telah menganggunya dan membuat datang ke negeri ini? Dan ia berkata, untuk perbaikan di antara manusia.” Maka apa yang akan kalian katakana? Apakah kalian setuju atau menentang? Mereka berdua berkata, “Setuju”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia berkata, “Sekarang katakana kepadaku, bagaimanakah perbaikan yang kalian inginkan? Demi Allah jika kami menyetujuinya niscaya kami akan memperbaikinya, dan jika kami tidak setuju maka kami tidak akan memperbaikinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berkata, “Para pembunuh Utsman Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya jika ini dibiarkan maka berarti meninggalkan hukum Al-Qur’an, dan jika dilaksanakan berarti kita menghidupkan Al-Qur’an.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Qa’qa’ berkata, “Kalian telah menghabisi para pembunuh Utsman Radhiyallhu Anhu dari kalangan penduduk Bashrah. Sebelum menghabisi mereka kalian berdua lebih dekat kepada keistiqamahan dari pada hari ini. Kalian telah menghabisi enam ratus orang dari mereka. Lalu membangkitkan kemarahan enam ribu orang yang menuntut balas terhadap kalian dan memisahkan diri dari kalian. Mereka keluar dari pihak kalian. Lalu kalian menuntut Hurqush bin Zuhair, akan tetapi enam ribu orang melindunginya dan saat ini berada dalam keadaan siaga. Jika kalian membiarkan mereka maka berarti kalian telah meninggalkan apa yang pernah kalian katakana sendiri (untuk menuntut darah Utsman). Namun jika kalian memerangi mereka dan orang-orang yang telah memisahkan diri dari kalian maka kalian akan ditimpa kerusakan yang lebih besar dari apa yang kalian takutkan. Kalian telah menyulut orang-orang dari Bani Mudhar dan Rabiah yang ada di negeri ini sehingga mereka bersatu untuk memerangi kalian demi membela mereka, sebagaimana mereka bergabung dengan orang-orang yang telah menyulut peristiwa besar dan dosa yang besar ini!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummul mukminin berkata, “Bagaimana pendapatmu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Qa’qa’ menjawab, “Menurutku solusi masalah ini adalah meredekan ketegangan! Jika keadaan sudah tenang maka mereka akan kembali terpisah-pisah. Jika kalian sepakat maka itu adalah pertanda kebaikan, rahmat dan sikap yang baik untuk menjaga kesempatan untuk menuntut balas atas Utsman, serta keselamatan bagi umat ini. Jika kalian tidak sepakat dan tetap bersikeras maka itu adalah pertanda keburukan dan lenyapnya kesempatan untuk menuntut balas ini, serta Allah akan menurunkan banyak musibah atas umat ini. Utamakanlah keselamatan niscaya kalian akan memperolehnya. Jadilah kunci kebaikan sebagaimana halnya kalian dahulu. Janganlah bawa kami keapda bencana sehingga kalian harus menghadapinya dan Allah membiaskan kita semua. Demi Allah, aku mengutarakan maksud ini dan mengajak kalian kepadanya. Aku khawatir masalah ini tidak akan selesai hingga Allah menimpakan kemarahan Nya terhadap umat ini yang minim perbekalannya lalu terjadilah apa yang terjadi. Sesungguhnya masalah yang terjadi ini sangatlah besar. Bukan seperti masalah-masalah lainnya, bukan sekedar seorang lelaki membunuh seorang lelaki lain nya atau sekelompok orang membunuh seorang lelaki atau satu kabilah membunuh seorang lelaki!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berkata, “Baiklah jika demikian, engkau benar dan telah mengungkapkannya dengan sangat baik, kembalilah, jika Ali datang dengan membawa pemikiran seperti yang engkau utrakan niscaya urusan ini akan selesai.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Al-Qa’qa pun kembali kepada Ali dan mengabarkan apa yang terjadi. Ali pun takjub mendengarnya. Perdamaian telah hamper tercapai, ada yang tidak menyukai keadaan tersebut da nada yang gembira dengan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Amirul Mukminin Ali adalah orang yang paling gembira dengan keberhasilan tugas Qa’qa’ dan kesepakatan damai yang dicapainya untuk menyatukan kata dan merapatkan barisan guna menghadapi para pembunuh Utsman dan menghancurkan mereka. Khutbah yang disampaikannya saat itu menggambarkan tentang kebahagiaan jiwa dan kesenangan mata hatinya. Ia mengumpulkan pasukannya dan menceritakan tentang keadaan jahiliyah dengan berbagai pertikaian dan peperangannya yang membawa kerugian. Lalu datanglah Islam, dengan kebahagiaan, dan nikmat Allah atas umat ini dengan menyatukannya di bawah seorang khalifah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, dan kemudian diikuti oleh khalifah yang setelahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara yang disampaikannya adalah, “Lalu terjadilah peristiwa yang menyeret umat ini yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bertujuan untuk mengerjar dunia. Mereka merasa dengki atas keutamaan yang dianugerahkan Allah atas umat ini, dan menginginkan untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi Allah telah melaksanakan ketetapannya, dan Maha benar terhadap apa yang dikehendakinya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya besok aku akan berangkat, maka berangkatlah bersamaku, dan jangan ikut bersamaku seorangpun yang terlibat dalam pembunuhan Utsman, sekecil apapun itu, dan hendaklah orang-orang bodoh tersebut membebaskanku dari diri mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan berangkatlah Ali bersama para shahabat dan pasukannya, dan meletakkan peralatan dan perlengkapan mereka di dekat Bashrah. Pasukan Ali beristirahat di sebuah tempat yang bernama Az-Zawiayah. Sementara pasukan Aisyah beristirahat di sebuah tempat yang bernama Al-Furdhah. Mereka saling mendekati hingga terlihat dari istana Ubaidillah bin Ziyad pada hari kamis pertengahan Jumadits Tsaniyah tahun 36 H.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali mengutus seseorang untuk menemui Thalhah dan Zubair, dan berkata, “Jika kalian tetap pada pendapat kalian sebagaimana saat kalian ditingkan oleh Qa’qa’ bin Amru maka tunggulah hingga kami sampai dan kita bicarakan masalah ini.” Mereka menjawab pesannya dan berkata, “Kami tetap pada pendapat kami sebagaimana saat kami ditinggalkan oleh Qa’qa’ bin Amru yaitu untuk berdamai.” Maka tenaglah hati dan jiwa kedua pasukan, masing-masing berkumpul dengan pasukannya. Pada sore harinya Ali mengutus Abdullah bin Abbas kepada mereka, dan mereka pun mengutus Muhammad bin Thalhah As-Sajjad. Dan mereka melewati malam itu dengan tenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun bagi pembunuh Utsman, malam itu adalah malam yang sangat buruk bagi mereka. Maka berkumpullah tokoh-tokoh mereka seperti Al-Asytar An-Nakha’I, Syuraih bin Auf, dan Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu As-Sauda’, Salim bin Tsa’labah, Ilba’ bin Al-Haitsam, dan yang lainnya dengan dua ribu lima ratus pasukan, tidak ada seorangpun shahabat di antara mereka, dan segala puji bagi Allah untuk itu. Mereka berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bagaimana pendapat kalian? Demi Allah ini adalah Ali, orang yang paling memahami Kitabullah dan orang yang paling dekat untuk menuntut para pembunuh Utsman, dan ia lebih kuasa untuk melakukan itu. Ia telah mengatakan seperti yang kalian dengar sendiri. Besok ia akan mengumpulkan manusia untuk meringkus kalian. Sesungguhnya yang mereka inginkan adalah kalian semua. Lalu apa yang kalian lakukan sedangkan jumlah kalian sedikit dibanding jumlah mereka yang sangat banyak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berdiskusi dan saling mengemukakan pendapat mereka, hingga kemudian Ibnu As-Sauda’, semoga Allah memburukkan dan menghinakannya, berkata, “Wahai kaum, tidak ada kemenangan bagi kalian kecuali dengan cara berbaur dengan orang-orang. Jika besok mereka bertemu maka nyalakanlah api peperangan di antara mereka. Jangan biarkan mereka berdamai. Orang-orang yang bersama kami tidak akan punya pilihan lain kecuali mempertahankan diri. Dan itu akan menyibukkan Ali, Thalhah, dan Zubair serta orang-orang yang sependapat dengan mereka dari hal yang kalian takutkan.” Merekapun sepakat dengan ide tersebut lalu membubarkan diri sementara orang-orang tidak mengetahui tentang ide busuk ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemberontak yang terdiri dari para pembunuh Utsman telah bersekongkol dan sepakat untuk menyulut peperangan dengan licik. Mereka bangun sebelum terbit fajar, jumlah mereka sekitar dua ribu orang. Masing-masing kelompok bergabung bersama pasukannya lalu menyerang mereka dengan pedang. Setiap golongan bergegas menuju kaumnya untuk melindungi mereka. Orang-orang bangun dari tidurnya dan langsung mengambil senjata. Mereka berkata, “Penduduk Kufah menyerbu kita pada malam hari, mereka mengkhianati kita!” Mereka mengira bahwa para penyerang itu berasal dari pasukan Ali. Sampailah keributan itu kepada Ali dan ia berkata, “Ada apa gerangan dengan mereka?” Mereka menjawab, “Penduduk Bashrah menyerbu kita pada malam hari, mereka mengkhianati kita!!!” Maka kedua belah pihak mengambil senjata masing-masing, mengenakan baju perang dan mengendarai kuda-kuda. Tidak ada seorang pun yang menyadarai konspirasi yang sedang teradi!! Peperangan pun tidak dapat dielakkan, pasukan kuda saling berhadapan, para pejuang saling menyerang, api pertempuran semakin memuncak. Kedua pasukan saling berhadapan, pasukan Ali berjumlah dua puluh ribu personil dan Aisyah dikelilingi oleh lebih dari tiga puluh ribu orang. Sementara As-Saba’iyah pengikut ibnu Saba’, semoga Allah memburukkannya, tidak henti-hentinya mengobarkan api peperangan. Lalu seseorang penyeru yang ditugaskan Ali terus berseru, “Hentikan! Hentikan! Namun tidak ada lagi yang mendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian datanglah Ka’ab bin Sur hakim dari Bashrah, dan berkata, “Wahai ummul mukminin, temuilah orang-orang, barangkali Allah mendamaikan mereka melalui dirimu!” Aisyah duduk di dalam sekedupnya di atas untanya, dan kemudian di tutupi dengan tameng. Lalu ia maju dan berhenti di mana ia bisa dengan leluasa melihat pertempuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah para pembunuh Utsman berhasil menyulut peperangan antara Ali dengan dua saudaranya Thalhah dan Zubair. Pasukan unta pasukan Thalhah, Zubair dan Aisyah menyangka bahwa Ali telah mengkhianati mereka. Sementara Ali mengira bahwa saudara-saudaranya telah mengkhianatinya. Mereka semua lebih bertakwa kepada Allah dan tidak mungkin melakukan itu semua di masa jahiliyah, maka bagaimana mungkin mereka melakukannya di saat mereka telah mencapai kedudukan yang tertinggi dari akhlak Al-Qur’an?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sana Ammar berhadapan dengan Zubair, Ammar menyerangnya dengan tombak, namun Zubair tidak melawannya karena ia ingat apa yang dikatakan oleh Nabi Shallallahualaihi wa Sallam kepada Ammar, “Engkau akan dibunuh oleh kelompok yang zhalim” dan Zubair telah menyadari bahwa peperangannya saat itu tidak benar, maka ia pun meninggalkan medan perang dan kembali pulang. Lalu ia beristirahat di sebuah lembah yang bernama Wadi As-Siba’, dan di ikuti oleh seorang laki-laki yang bernama Amru bin Jurmuz. Ia menyergapnya ketika ia sedang tidur, dan membunuhnya dengan licik, semoga Allah memburukkan perbuatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Thalhah bin Ubaidillah, dalam pertempuran tersebut ia terkena oleh sebuah panah yang tidak diketahui siapa yang melepaskannya, dan berhasil membunuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummul mukminin Aisyah maju ke depan di atas sekedupnya. Ia memberi Mushaf kepada Ka’ab bin Sur dan berkata, “Ajaklah mereka kepada Kitabullah!” ketika Ka’ab bin Sur pun maju ke depan dengan membawa Mushaf dan mengajak mereka kepadanya, ia disambut oleh bagian depan pasukan Kufah. Pada saat yang bersamaan Abdullah bin saba’ dan para pengikutnya berada di depan pasukan membunuh siapa saja dari pasukan Bashrah, pasukan unta, yang dapat mereka bunuh. Mereka tidak membiarkan seorang pun. Ketika mereka melihat Ka’ab bin Sur mengangkat Mushaf mereka menghujani nya dengan anak panah hingga tewas!! Kemudian anak panah mulai menghujani sekedup ummul mukminin Aisyah, dan ia berteriak, “Allah! Allah! Wahai anak-anakku, ingatlah Hari Hisab!” Ia mengangkat tangannya dan melaknat para pembunuh Utsman. Orang-orang pun bergemuruh bersamanya dalam doa, hingga gemuruh tersebut sampai ke telinga Ali, ia berkata, “Suara apa itu?” Mereka berkata, “Ummul mukmiin melaknat para pembunh Utsman dan pendukungnya! Ali berkata, “Ya Allah laknatlah para pembunuh Utsman!!” Mereka terus menghujani sekedup Aisyah dengan anak panah sehingga membentuk sekedup itu tak ubahnya seperti seekor landak (yaknin anak panah yang menancap padanya seperti duri pada tubuh landak) Aisyah terus memotivasi pasukannya untuk mempertahankan diri dan menghentikan serangan mereka. Mereka terus mendesak hingga medan pertempuran sampai ke tempat Ali bin Abi Thalib, Peperangan terus berlanjut, kadang kala pasukan Bashrah di atas angin dan terkadang pasukan Kufah berada di atas angin. Banyak sekali yang gugur dari kedua pasukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perang semakin panas, dan empat puluh orang telah terbunuh dalam mempertahankan unta yang ditunggangi Aisyah. Sang khalifah yang berduka menyadari bahwa perang akan terus berlangsung, dan ummul mukminin akan tetap menjadi sasaran tembak para pemanah yang dengki selama untanya masih tegak berdiri dengan dilindungi oleh pasukannya yang bertempur di sekelilingnya. Maka ia berteriak, “Tebaslah unta itu, sungguh jika ia telah jatuh maka mereka akan tercerai berai.” Dan seseorang berhasil menebasnya dan menjatuhkannya. Ketika jatuh, unta tersebut mengeluarkan suara kesakitan yang melengking tinggi, dan pasukan yang berada di sekelilingnya dapat dikalahkan. Lalu sekedup Aisyah dibawa, dan bentuknya telah seperti landak karena dipenuhi anak panah!</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah seorang penyeru ditugaskan Ali untuk mengumumkan, “Jangan kejar orang yang melarikan diri, jangan dibantai orang yang terluka dan jangan masuk ke dalam rumah-rumah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Ali memerintahkan beberapa orang agar membawa sekedup ummul mukminin tersebut keluar dari tumpukan korban-korban yang bergelimpangan. Ali juga memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar supaya mendirikan kemah untuk Aisyah. Lalu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib datang menemui Aisyah seraya mengucapkan salam dan berkata, “Bagaimana kabarmu wahai Ibu?”, Aisyah menjawab, “Baik”, Ali berkata, “Semoga Allah mengampunimu.” Pada malam harinya Aisyah memasuki kota Bashrah, dan mereka yang terluka pun mengendap di antara korban yang bergelimpangan dan memasuki Bashrah. Ali Menshalatkan korban yang terbunuh dari kedua pasukan, mereka semua dimakamkan di sebuah kuburan yang besar. Dengan duka yang mendalam setelah berakhirnya hari yang menyedihkan tersebut, ia berkata, “Demi Allah aku berharap seandainya aku telah meninggal dua puluh tahun ini!!”, dan Aisyah pun mengucapkan hal yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. Bersama Khulafaur Rasyidin, Mengalami Masa Terjadinya Fitnah, dan Kisah Syahidnya</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Keberhasilan dari darah Utsman, Kisah Syahidnya, dan Sikap Ali terhadapnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berbagai sikap mulia yang ditunjukkan Thalhah terhadao saudaranya khalifah yang penyabar Utsman, yang terlihat ketika ia mencela kaum pemberontak dari Bashrah yang datang untuk membai’at nya – dengan kebohongan – dan mengusir mereka, dan ia mengatakan dengan terang-terangan kepada mereka bahwasanya mereka terlaknat melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahualaihi wa Sallam, juga dukungannya untuk Utsman pada saat pengepungannya, lalu kedatangannya untuk mengadukan keprihatinannya atas apa yang sedang terjadi, dan perintahnya kepada anaknya sang mujahid dan ahli ibadah Muhammad bin Thalhah As-Sajjad untuk ikut melindungi Utsman, dan doanya yang mengutuk para pembunuh ketika mereka benar-benar melaksanakan perbuatan keji mereka, kami mengatakan, setelah semua ini ketika Thalhah menyaksikan Utsman terkapar syahid dan darahnya mengaliri mushaf yang dibacanya, ia merasa sangat terpukul. Pikirannya menjadi kosong, dan ia mencela dirinya sendiri karena tidak turun langsung melindungi Utsman, dan menebusnya dengan darahnya, menggunakan dirinya sebagai tameng sebagaimana yang dilakukannya terhadap Nabi Shallallahualaihi wa Sallam pada perang Uhud. Thalhah merasa bahwa ia telah menyia-nyiakan Utsman, ia menyesali hal itu dan berharap jika saja ia bisa mengorbankan dirinya pada tragedy yang menyedihkan tersebut hingga ia tidak akan disalahkan oleh hatinya sendiri. Ia adalah seorang pemberani yang tak pernah ragu mencampakkan dirinya ke dalam medan tempur, ia tak pernah takut menghadapi kematian, dan tak gentar terhadap banyaknya tusukan yang menghunjam di tubuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah ketika acara pembai’atan untuk Ali telah selesai, ia segera bergerak bersama Zubair dan Aisyah serta orang-orang yang mengikuti mereka untuk membalas atas darah Utsman dan membunuh para pembunuhnya. Ia tidak pedulu lagi akan penderitaan, tak gentar terhadap kematian, walaupun itu semua harus mengorbankan darah dan mempertaruhkan nyawanya sekalipun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Muhammad bin Sa’ad menuturkan dalam kitab Thabaqatnya, “Aku telah diberitahu orang orang yang mendengar Ismail bin Abu Khalid mengabarkan dari Hakim bin Jabir Al-Ahmasi bahwa ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah berkata pada perang Jamal, “Sesungguhnya kami telah bersikap lalai dalam urusan Utsman, maka hari ini tidak ada yang lebih baik selain mempertaruhkan darah kami untuknya. Ya Allah, hukumlah diriku untuk Utsman pada hari ini hingga engkau ridha.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sanad ini lemah, dan terlihat adanya kebodohan dari Syaikh Ibnu Sa’ad</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hakim dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari Musa bin Uqbah, ia berkata, “Aku telah mendengar Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi berkata, “Ketika Thalhah, Zubair, dan Aisyah keluar untuk menuntut darah Utsman Radhiyallahu Anhum, di Dzatu Irqin mereka melihat siapa saja yang ada bersama mereka. Mereka mendapati Urwah bin Zubair dan Abu Balar bin Abdurrahman Al-Harits bin Hisyam terlalu lemah, maka mereka pun memulangkan mereka berdua. Ia berkata, “Aku melihat Thalhah, tempat yang paling disukainya adalah tempat yang sepi, dan saat itu ia membiarkan jenggotnya di atas dadanya, maka aku berkata kepadanya, “Wahai Abu Muhammad, aku telah melihatmu sebelumnya dan mengetahui bahwa tempat yang paling engkau senangi adalah yang sepi. Saat ini engkau membiarkan jenggot di atas dadamu, jika engkau tidak menyukai hal ini maka tinggalkanlah, tidak ada yang memaksamu melakukannya!” ia berkata, “Wahai Alqamah bin Waqqash janganlah menyalahkanku. Dulu kami adalah satu kesatuan dengan yang selain kami (yaitu Ali), dan saat ini kami telah menjadi dua gunung dari besi, yang satu menyerang yang lain. Namun dalam perkara Utsman tidak ada lagi yang dapat aku lakukan untuk menebusnya selain mempertaruhkan darahku untuk menuntut balas atas darahnya.” Aku berkata, “Kenapa engkau membawa Muhammad bin Thalhah sementara engkau memiliki putra-putra yang masih kecil?! Tinggalkan dia, jika terjadi sesuatu ia akan mengurus peninggalanmu.” Ia berkata, “Dia lebih mengetahuinya, aku tidak ingin mengusir seseorang yang mempunyai keinginan untuk melakukan ini.” Ia berkata, “Maka aku berbicara dengan Muhammad bin Thalhah di belakangnya, dan ia berkata, “Aku tidak ingin bertanya kepada orang-orang tentang ayahku!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Adz-Dzahabi berkata, “Sanadnya Baik.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku katakan, riwayat ini dan juga sebelumnya dapat dijelaskan dengan apa yang telah kami terangkan tentang sikap Thalhah dan harapannya untuk menjadikan diri dan nyawanya sebagai tebusan bagi Amirul Mukminin Utsman. Namun ketika ia menyaksikannya terbunuh dengan bermandikan darahnya yang suci, ia menyalahkan dirinya dengan sangat, dan berharap menghunus pedangnya daan memukulkannya ke leher para pembunuh Utsman tersebut. Namun apa yang bisa dilakukan jika Amirul Mukminin wajib ditaati dan ia telah memerintahkan mereka untuk tidak menumpahkan setetes darahpun karena dirinya?!</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun ucapan Adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’, “Sebelumnya Thalhah bersikap tidak peduli ikut bersekongkol terhadap Utsman, ia melakukannya dengan ijtihad. Namun sikapnya berubah ketika ia menyaksikan terbunuhnya Utsman. Ia menyesal karena meninggalkannya dan tidak melindunginya, Radhiyallhua Anhuma!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah sebuah kelalaian dan kesalahan, kata-kata yang tertolak tanpa sedikitpun keraguan. Dan semoga Allah mengampuni Adz-Dzahabi karena ini. Orang akan mengira bahwa seorang imam yang kritis merekayasa riwayat bohong seperti itu, yang menuduh shahabat melakukan persekongkolan terhadap Utsman, ini sama sekali tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang shahabat apalagi tokoh besar seperti Thalhah dan Zubair. Apa yang telah kami sampaikan sebelumnya merupakan bukt yang nyata tentang kebersihan Thalhah, Zubair, Ali, Aisyah, dan yang lainnya dari darah Utsman yang syahid, atau bersekongkol terhadapnya, maupun bersikap tidak peduli. Cukuplah sebagai bukti bagimu bahwa Thalhah telah mengutus putranya untuk masuk ke dalam kobaran api fitnah demi membela Utsman. Apakah Thalhah akan melibatkan buah hatinya, kemudian ia bersekongkol menyerang Utsman sehingga bisa menyebabkan kematiannya dan kematian putranya, apakah ini masuk akal?!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabari menuturkan sebuah riwayat yang menyebutkan Ali menuduh Thalhah dan Zubair terlibat dalam pembunuhan Utsman, dan itu merupakan riwayat yang sangat lemah melalui Al-Waqidi. Riwayat tersebut terbantahkan oleh kisah yang telah kami sebutkan dan juga tertolak oleh berbagai pembicaraan yang terjadi antara Ali dan kedua saudaranya Thalhah dan Zubair tentang para pembunuh tersebut. Juga sikap Ali selama perang Jamal dan kesedihannya ketika melihat Thalhah terkapar di medan perang, serta tangisannya untuknya, dan kebaikan yang ditunjukkannya kepada anak-anak Thalhah, sebagaimana yang akan kami sebutkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Farwah, bahwasanya Ali bin Abu Thalib berkata, “Aku telah diperangi oleh lima orang : orang yang paling ditaati oleh manusia: Aisyah, orang yang paling berani : Zubair, orang yang paling pandai membuat makar: Thalhah, dan ia tidak pernah menjadi korban dalam sebuah makar sekali pun, orang yang paling pemurah: Ya’la bin Munayah, dan orang yang paling baik ibadahnya: Muhammad bin Thalhah, dia adalah orang yang tepuji sebelum kemudian tergelincir oleh ayahnya. Ya’la memberi satu orang sebanyak tiga puluh dinar, senjata, dan kuda untuk memerangiku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah riwayat yang bathil dan lemah, jika di dalam sanadnya terdapat Ishaq maka ia adalah orang yang ditinggalkan riwayatnya, dan jika yang dimaksud saudaranya maka ia adalah orang yang tidak dikenal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dalam Al-Isti’ab tanpa sanad, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari jalur Hasan bin Husain Al-Arani, dari Rifa’ah bin Iyas Adh-Dhabbi dari ayahnya dari kakeknya berkata, “Pada perang Jamal kami bersama Ali, lalu ia mengirim pesan kepada Thalhah bin Ubaidillah untuk menemuinya, Thalhah pun mendatanginya. Maka Ali berkata, “Demi Allah, apakah engkau pernah mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam berkata, “Siapa yang menjadikanku seorang yang menjadikannya sebagai pemimpin, dan musuhilah orang yang memusuhinya?” Ia berkata, “Ya, aku telah mendengarnya.” Ali berkata, “Lalu kenapa engkau memerangiku?” ia menjawab, “Aku tidak ingat hadits tersebut.” Ia berkata, “Dan Thalhah pun pergi.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah riwayat yang bathil dan lemah. Adz-Dzahabi berkata, “Hasan Al-Arani bukan seorang yang terpercaya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah sebuah riwayat yang panjang, diantaranya, “Ali meminta untuk berbicara dengan Thalhah dan Zubair, mereka pun bertemu hingga leher-leher kuda mereka bersentuhan. Ali berkata, “Wahai Thalhah, engkau datang dengan membawa istri (Aisyah) Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam untuk berperang, dan engkau menyembunyikan istrimu di rumah?! Bukankah engkau telah membai’atku?! Ia berkata, “Aku telah membai’atmu dengan pedang di leherku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Katsir melemahkan riwayat tersebut dan berkata, “riwayat ini tidak termasuk yang dihapal oleh sebagian besar perawi hadtis.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami mengatakan, Di dalam matan riwayat ini terdapat banyak keanehan, di antaranya yang menyatakan bahwa Thalhah datang membawa Aisyah, sementara Aisyah tidak dipaksa oleh siapapun untuk keluar. Juga ucapan Thalhah, “Aku telah membai’atmu dengan pedang di leherku”, dan yang benar adalah bahwa ia telah membai’at Ali bersama Muhajirin dan Anshar dengan kemaunnya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Siapa yang Membunuh Thalhah Dalam Perang</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak silang pendapat dalam hal ini. Ada yang meriwayatkan bahwa Marwan bin Al-Hakam melemparnya dengan panah dan membunuhnya, dan juga aa riwayat yang mengatakan bahwa ia terkena panah yang tidak diketahui dari mana asalnya dan membunuhnya, dan inilah yang benar walaupun riwayat pertama lebih mashur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat yang menyebutkan bahwa pembunuhnya adalah Marwan antara lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Nafi’, ia berkata, “Marwan bersama Thalhah dengan kudanya, ;a;u ia melihat sebuah ruang pada baju Besi Thalhah dengan kudanya, lalu ia melihat sebuah ruang pada baju besi Thalhah, maka ia memanahnya dan berhasil membunuhnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan juga diriwayatkan ole Ibnu Sa’ad dari Qais bin Abu Hazim berkata, “Pada perang Jamal, Marwan bin Hakam membidik Thalhah pada lututnya, maka darahpun mengalir dengar deras, jika mereka menahannya ia akan tertahan, dan jika mereka melepasnya ia akan kembali mengalir.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Auf Al-A’rabi, ia berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasanya Marwan melempar Thalhah dengan panahnya pada perang Jamal saat ia sedang berada di samping Aisyah dan mengenai kakinya, lalu ia berkata, “Demi Allah aku tidak akan memburu pembunuh Utsman lagi setelahmu.” Thalhah berkata kepada pembantunya, “Carikanlah tempat untukku.” Ia berkata, “Aku tidak kuasa.” Thalhah berkata, “Demi Allah ini adalah panah yang dikirim oleh Allah, ya Allah hukumlah diriku untuk Utsman hingga engkau ridha”, kemudian ia diletakkan di atas sebuah batu dan ia pun wafat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Fasawi meriwayatkan dari Qais bin Abi Hazim, “Bahwasanya Marwan melihat Thalhah di atas kudanya, maka ia berkata, “Inilah yang membantu pembunuhan Utsman” lalu ia memanahnya tepat di lututnya. Darah masih terus mengalir hingga ia wafat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat Ath-Thabari dari Qais bin Abi Hazim, ia berkata, “Aku melihat Marwan bin Ali-Hakam ketika ia memanah Thalhah pada hari itu dan mengenai tepat di lututnya. Darah masih terus mengalir ia wafat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Khalifah bin Khayyath meriwayatkan dalam kitab Tarikhnya dari Al-Jarud bin Sabrah, ia berkata, “Marwan melihat Thalhah bin Ubaidillah pada perang Jamal dan berkata, “Aku tidak akan menuntut balas lagi setelah hari ini.” Lalu ia memanahnya dan membunuhnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dalam riwayat lain dari Khalifah, “Marwan melepar Thalhah bin Ubaidillah dengan panah, lalu ia menoleh kepada Aban bin Utsman dan berkata, “Kami telah membebaskanmu dari sebagian pembunuh ayahmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, “Bahwasanya Marwan membidik Thalhah dengan panah pada saat orang-orang serdang sibuk dengan pertempuran. Ia mengenainya dan membunuhnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abdil Barr telah menuturkan riwayat yang sangat panjang tentang kisah Marwan yang membunuh Thalhah dengan panahnya, ia berkata, “Para ulama terpercaya tidak berselisih pendapat bahwa Marwan yang telah membunuh Thalhah pada hari itu, dan saat itu berada dalam barisannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah yang dikatakannya, dan akan kami sampaikan bantahan terhadapna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Hajar menuturkan beberapa riwayat dalam kitab Al-Ishabah, dan ia menshahihkan sebagiannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami mengatakan, Nafi’ dan Al-Jarud tidak menyaksikan peristiwa tersebutm begitu juga Ibnu Sirin, pada perang Jamal ia masih berusia tiga tahun. Sementara riwayat Auf Al-A’rabi juga lemah karena ia mengatakan “Telah sampai kepadaku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang tinggallah riwayat dari Qais bin Abu Hazim yang dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar serta yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam sebuah riwayat ia berkata, “Bahwasanya Marwan melihat Thalhah maka ia memanahnya”, dalam riwayat lain ia berkata “Aku melihat Marwan saat ia memanah Thalhah”, ini adalah kerancuan dalam periwayatan. Qais tidak menyaksikan perang Jamal hingga ia bisa berkata, “Aku melihat”, dan tidak ada seorang sejarawan pun yang menyebutkan bahwa ia ada bersama Ali bin Abi Thalib pada perang Nahrawan saat ia memerangi khawarij.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kalaupun kita menerima keshahihan riwayat tersebut, maka sesungguhnya si matannya dan isi matan riwayat-riwayat lainnya terdapat kemungkaran dan keanehan yang sangat fatal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Anda bisa melihat bahwa terkadang Marwan mengatakan, “Inilah yang telah membantu pembunuhan Utsman”, dan terkadang ia berkata, “Aku tidak akan menuntut dendamku setelah hari ini”, dan pada kesempatan lain ia berkata, “Aku tidak akan memburu pembunuh Utsman setelahmu selamanya”, lalu ia mengatakan kepada Aban bin Utsman, “Kami telah membebaskanmu dari sebagian pembunuh ayahmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya pembenaran riwayat-riwayat seperti ini berarti menegaskan tuduhan terhadap Thalhah bahwa ia telah membantu dalam pembunuhan Utsman, dan bahkan ia telah membantu dalam pembunuhan Utsman, dan bahkan dialah yang telah membunuhnya! Saya heran dengan Adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar bagaimana mereka bisa menyatakan shahih riwayat ini sementara isi matannya mengandung kemungkaran yang begitu nyata, karena dengan menyatakan shahih riwayat-riwayat tersebut berarti mereka telah menguatkan isinya yang menyatakan bahwa Thalhah termasuk di antara pembunuh Utsman, dan tidak mungkin kedua imam yang kritis ini melakukan itu!</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, bagaimana mungkin Marwan menuduh Thalhah membunuh Utsman atau berkonspirasi melawannya sementara ia telah mengetahui sikapnya dengan baik dalam hal itu. Dan belum lama sebelum nya ia juga bahu membahu bersama putranya Muhammad As-Sajjad melindungi Utsman di rumahnya!!</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan juga perlu diperhatikan bahwa Thalhah keluar bersama Zubair dan Aisyah dalam pasukan menuju Bashrah untuk mendapatkan bantuan dari penduduknya guna memerangi para pembunuh Utsman, maka bagaimana bisa Thalhah dituduh melakukan konspirasi untuk membunuh Utsman. Ia telah bergegas untuk menuntut balas atas darahnya, maka bagaimana mungkin ia menuntut qishash kepada orang lain kalau dirinya terlibat?! Dan Marwan sendiri berada dalam pasukan nya dan mengetahui dengan baik kejujurannya dalam usahanya tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ketika pertempuran tengah berkecamuk dan orang-orang saling melemparkan panah, siapa yang bisa menelusuri panah-panah tersebut untuk mengetahui ke tubuh siapa ia berlabuh? Dan dendam apa yang bisa membuat Marwan membunuh Thalhah sementara ia ada dalam pasukan yang sama dnegannya, dan mereka sama-sama keluar untuk menuntut balas atas darah Amirul Mukminin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam salah satu riwayat juga disebutkan bahwa Thalhah berada di atas kuda dan Marwan berada di sisi kiri pasukan. Bagaimana mungkin ia bisa mendapatkan kesempatan untuk membidik Thalhah yang berada di samping Aisyah. Hal seperti ini tidak mungkin bisa dilakukan dalam perang kecuali oleh orang yang berada di luar pertempuran dan membidik sasarannya dengan sekesama, sebagaimana yang dilakukan oleh Wahsyi ketika ia membunuh Hamzah paman Nabi Shallallahualaihi wa Sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semua ini membuktikan lemahnya riwayat dan kabar yang menyatakan bahwa Marwan yang telah membunuh Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dengan menuduh Marwan maka berarti sekaligus membebaskan para pemberontak yang telah membunuh Utsman dari darah Thalhah dan para syuhada lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah Al-Imam Al-Muhaqqiq Abu Bakar bin Al-Arabi berkata dalam kitabnya Al-Awashim min Al-Qawasim, “Dan telah diriwayatkan bahwasanya ketika Marwan melihat Thalhah dalam pertempuran, ia berkata, “Aku tidak akan menuntut balas setelah ini”, lalu ia memanahnya dan membunuhnya. Dan tidak ada yang mengetahui kebenaran ini selain Allah. Dan tidak ada kepastian dalam riwayatnya?!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Ka’ab bin Sur telah keluar dengan membawa mushaf Al-Qur’an di tangannya dan mengajak orang-orang untuk tidak menumpahkan darah mereka, namun ia terkena oleh sebuah panah yang tak diketahui asalnya, dan mungkin Thalhah juga demikian.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Khalifah bin Khayyath yang menuturkan sebagian dari riwayat-riwayat ini memulai pembicaraannya tentang perang Jamal dengan berkata, “Perang Jamal terjadi di Bashrah di sebuah sudut di wilayah Bashrah pada hari Jumat tanggal sepuluh Jumadits Tsaniyah tahun tiga puluh enam. Di sanalah Thalhah terbunuh dalam pertempuran, ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya dan membunuhnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Ibnu Katsir pun condong ke pendapat ini. Ia berkata, “Ada pun Thalhah, dalam pertempuran itu ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya. Ada yang mengatakan, Marwan bin Al-Hakam yang telah memanahnya, dan Allah lebih mengetahui.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Bagian lain ia berkata, “Ketika ia berada dalam perang Jamal, ia terkena oleh sebuah panah yang tidak diketahui asalnya dan mengenai lututnya, dan dikatakan, mengenai lehernya, dan yang pertama lebih masyhur. Dikatakan, “Sesungguhnya yang telah memanahnya adalah Marwan bin Al-Hakam,” dan telah dikatakan juga, bahwa sesungguhnya yang memanah nya adalah orang lain, dan menurutku ini lebih dekat kepada kebenaran, walaupun riwayat yang pertama lebih masyhur.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ini dikuatkan oleh apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Muhammad Al-Anshari, dari ayahnya berkata, “Pada perang Jamal seorang laki-laki datang dan berkata, “Izinkanlah pembunuh Thalhah untuk masuk.” Ia berkata, “Maka aku mendengar Ali berkata, “Sampaikanlah kepadanya kabar gembira berupa neraka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat ini sangat jelas menyatakan bahwa ia bukanlah Marwan. Orang seperti Marwan tidak mungkin tidak dikenal, dan ia telah dikenal oleh semua orang. Jika ia adalah Marwan, maka tidak akan dikatakan “Seorang laki-laki”, namun pasti akan disebutkan namanya! Dan kemudian tidak seorangpun yang mengatakan bahwa Marwan pernah menemui Ali pada hari terjadinya perang Jamal, ataupun sebelum dan sesudahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka seolah laki-laki itu berada di dalam pasukan Ali, dan dia menyangka bahwa dengan membunuh Thalhah ia telah mendekatkan dirinya kepada Ali, maka ia pun menemuinya untuk memberitahunya, namun Ali justru membentaknya dengan kata-kata yang mengagetkan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ini menguatkan apa yang telah kami tegaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Kesedihan Ali atas Thalhah dan putranya Muhammad, serta Penghormatannya kepada anak-anak Thalhah</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah perang usai, Ali berjalan mengitari para korban yang tergeletak di medan tempur. Ia mendoakan rahmat Allah bagi orang-orang shalih yang dikenalnya, dia juga menshalatkan korban dari kedua belah pihak, dan ia berharap telah wafat dua puluh tahun sebelum hari itu hingga tidak perlu menyaksikan tumpahnya darah kaum muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Bakrah, bahwasanya Ali Radhiyallahu Anhu ketika melihat korban yang tewas dan kepala-kelapa yang terpisah pada perang Jamal berkata, “Wahai Hasan, kebaikan apa yang diharapkan setelah ini?! Ia berkata, “Aku telah melarangmu dari hal ini sebelum engkau memasukinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Amirul Mukminin Ali sangat terpukul ketika melihat Thalhah dan putranya Muhammad As-Sajjad tewas, dan itu sangat berat baginya. Ia hanya bisa mengadukan kedudukannya kepada Allah, tangis tak henti hentinya mengalir dari kedua matanya, lalu ia memberikan kabar gembira berupa neraka kepada pembunuh Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir dan yang lainnya meriwayatkan dari Mujalid, dari Asy-Sya’bi berkata, “Ali melihat Thalhah bin Ubaidillah tergeletak di salah satu lembah, maka ia turun dan mengusap debu dari wajahnya, lalu ia berkata, “Sungguh berat bagiku wahai Abu Muhammad melihatmu tergeletak di lembah ini dan di bawah bintang-bintang langit!” Kemudian ia berkata, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kepedihan dan kesedihan yang berkecamuk di dalam jiwaku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Ibnu Asakir, dari Thalhah bin Musharrif, bahwasanya Ali sampai di tempat Thalhah setelah ia terbunuh, maka ia turun dari tunggangannya dan mendudukkan nya. Ia mengusap debu dari wajahnya dan jenggotnya, dengan mendoakan rahmat Allah untuknya, dan ia berkata, “Andai saja aku telah meninggal dua puluh tahun sebelum terjadinya hari ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dan Ath-Thabari dalam tafsirnya dan juga Al-Hakim dan ia menshahihkannya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi, dari Abu Habibah pembantu Thalhah berkata, “Aku masuk menemui Ali bersama Imran bin Thalhah setelah selesai dari perang Jamal, ia berkata, “Maka Ali menyambutnya dan mendekatkannya kepadanya, seraya berkata, “Sungguh aku berharap Allah menjadikanku dan ayahmu ke dalam golongan orang-orang yang dikatakan Allah, “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipandipan (QS. Al-Hijr [15]:47).” Lalu ia berkata, “Wahai putra saudaraku, bagaimanakah kabar fulanah, dan bagaimana fulanah?” Ia menyakan tentang ibu-ibu dari anak-anak ayahnya. Kemudian ia berkata, “Kami tidak mengambil tanah kalian pada tahun ini melainkan karena takut orang-orang akan merampasnya. Wahai fulan, pergilah dengannya menemui Ibnu Qarzhah, suruh dia untuk menyerahkan penghasilan tanahnya selama tahun-tahun belakangan ini, dan agar ia mengembalikan tanahnya” Ia berkata, maka berbicaralah dua orang yang duduk di salah satu sudut, salah satunya adalah Al-Harits bin Al-A’war, “Allah jauh lebih adil dari itu, kalian membunuhnya kemarin dan tiba-tiba kemudian menjadi saudara dan duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan di surga?! Maka Ali berkata, “Pergilah kalian ke bumi Allah yang paling jauh dan paling liar, siapa lagi yang dimaksud kalau bukan aku dan Thalhah?! Wahai putra saudaraku, jika engkau membutuhkan sesuatu datanglah kepada kami.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang satunya lagi adalah Ibnu Al-Kawwa’, Ali mendekatinya dan memukulnya dan berkata, “Apakah engkau dan teman-temanmu mengingkari ini?!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abu Hamidah Ali bin Abdullah Ath-Tha’ini berkata, “Ketika Ali sampai di Kufah, ia mengirim pesan kepada dua putra Thalhah dan berkata, “Wahai dua putra saudaraku, kembalilah ke tanah kalian dan ambillah kembali, sesungguhnya aku telah menyitanya agar orang-orang tidak merampasnya, sungguh aku berharap Allah menjadikanku dan ayahmu ke dalam golongan orang-orang yang dikatakan Allah, “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan (QS. Al-Hijr [15]:47)” Maka Al-Harits bin Al-A’war Al-Hamdani berkata, “Allah jauh lebih adil dari itu.” Maka Ali menarik bajunya dan berkata, “Lalu siapa lagi? Semoga engkau celaka.” Ali mengucapkannya dua kali.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah akhlak para shahabat Radhiyallahu Anhum, Dan inilah sikap yang ditunjukkan imam besar khalifah yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib pada saat berkobarnya fitnah tersebut. Dan inilah sikap yang ditunjukkan imam besar khalifah yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib pada saat berkobarnya fitnah tersebut. Ia tidak melanggar akhlak kenabian yang ia dapatkan langsung dari Nabi Shallallahualaihi wa Sallam dan dari wahyu yang terpercaya. Ia tidak ragu untuk menyatakan bahwa pasukan Jamal yang keluar dari barisannya, yang terdiri dari para shahabat dan orang-orang mukmin yang shalih, adalah orang-orang mukmin yang terpilih, dan ahli-ahli ibadah yang bersih, orang-orang yang jujur, tidak ada yang membuat mereka keluar berperang selain keinginan untuk perdamaian dan perbaikan serta memerangi orang-orang yang zhalim. Dalam hal ini mereka adalah orang-orang yang mujtahid, di mana yang salah akan mendapatkan satu pahala dan yang benar mendapatkan dua pahala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ketika penduduk Kufah bergabung dengannya, ia berdiri di hadapan pasukan yang besar tersebut menyampaikan khutbahnya dan menerangkan kepada mereka bahwa tujuannya adalah perdamaian, dan bahwasanya pasukan Thalhah, Zubair dan ummul mukminin Aisyah adalah saudara-saudara mereka. Ia berkata.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku telah mengajak kalian untuk menghadapi saudara-saudara kita dari penduduk Nashrah. Jika mereka mau kembali maka itulah yang kita inginkan. Jika mereka memaksa maka kita akan menghadapi mereka dengan kelembutan, dan kita biarkan mereka hingga mereka memulai menyerang kita secara zhalim. Kita tidak akan melepaskan satu hal pun yang mengandung, melainkan pasti kita dahulukan daripada hal lain yang mengandung kerusakan Insya Allah, dan tiada kekuatan kecuali hanya milik Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ia ditanya tentang pasukan Jamal, ia berkata, “Mereka adalah saudara-saudara kami yang berbuat zhalim kepada kami, maka kami perangi mereka, namun mereka telah kembali, dan kami telah menerima mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
G. Kepergiannya dan Harta Warisannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah berpulang setelah menorehkan di dalam buku catatan kehidupannya, sejak remajanya hingga detik akhir dari hidupnya, sifat-sifat terbaik, dan mengisinya dengan berbagai perbuatan yang mulia. Baris pertama dari catatan tersebut adalah kedudukannya sebagai salah seorang dari kelompok yang paling pertama masuk Islam. Dengan demikian ia telah menceburkan dirinya ke dalam kobaran permusuhan antar akidah ketuhanan dengan akidah kaum Quraisy yang musyrik, sejak awal sebelum masuknya Nabi Shallallahualaihi wa Sallam ke rumah Al-Arqam. Selama itu ia menanggung banyak siksaan dan penderiaan yang tidak akan bisa ditanggung kecuali oleh orang-orang dengan tekad yang kuat. Ia menutup catatan kehidupannya dalam medan perang, dan kalimat terakhir yang mengisi baris terakhir itu adalah kata syahid. Adapun di antara baris pertama dan terakhir, terbentang begitu banyak halaman yang berisi berbagai keutamaan, kelebihan, dan kontribusinya yang terpuji. Itu semua terimplementasikan dalam bentuk jihad di jalan Allah, berdakwah, ibadah, sikap zuhud, kemurahan hati, dan kedermawanan yang penuh keikhlasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah menjalani hidupnya dengan menunggu-nunggu kabar gembira dari Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bahwa dia adalah “Seorang syahid yang berjalan di muka bumi”, kesyahidan telah menunggunya, dan ia pasti akan mendapatkannya dan ia juga akan didapatkan oleh kesyahidan itu sendiri, sebagai bukti dari kebenaran kata-kata Nabi Shallallahualaihi wa Sallam. Thalhah keluar bersama saudara-saudaranya untuk perdamaian, menciptakan perdamaian dan menuntut qishash atas para pembunuh Utsman. Ia terjun dalam perang Jamal, dan ia terkena oleh panah dari seorang yang fasik, dan disanalah akhir dari perjalanannya. Dan ketetapan Allah jualah yang pasti akan berlaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kelahirannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Ishaq bin Yahya bin Thalhah meriwayatkan dari Musa bin Thalhah berkata, “Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah, dilahirkan pada tahun yang sama.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Zubair masuk Islam saat usianya enam belas tahun, Sa’ad masuk Islam saat usianya tujuh belas tahun, dan mereka berdua masuk Islam bersama Thalhah pada hari-hari pertama dari permulaan dakwah, sehingga usia Thalhah tentunya sama dengan usia mereka. Jadi bisa dikatakan bahwa ia lahir enam belas tahun sebelum Nabi diutus, yaitu sekitar tahun 28 sebelum hijrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Wafatnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikatakan oleh Ibnu Sa’ad, Khalifah bin Khayyath dan yang lainnya, “Thalhah terbunuh pada perang Jamal, pada hari Kamis tanggal sepuluh Jumadits Tsaniyah tahun tiga puluh enam. Dan pada saat terbunuh ia telah berusia enam puluh empat tahun.”</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Usianya</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang usia Thalhah, dan yang terbanyak adalah ia wafat pada usia enam puluh empat tahun. Inilah riwayat yang paling mendekati kebenaran, dan ini sesuai dengan riwayat-riwayat yang menerangkan tentang tahun kelahiran dan wafatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tempat pemakamannya dan Pemindahannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Thalhah wafat, orang-orang menguburkannya di tepi Kalla’.</div>
<div style="text-align: justify;">
Khalla’ adalah tempat dimana kapal-kapal berlabuh, yaitu tepian sungai-sungai, dan yang dikenal dengan nama dermaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sa’id bin Amir Adh-Dhuba’I meriwayatkan dari Al-Mutsanna bin Sa’id berkata, “Seseorang mendatangi Aisyah binti Thalhah dan berkata, “Aku bermimpi bertemu dengan Thalhah dan ia berkata, “Katakanlah kepada Aisyah agar ia memindahkanku dari tempat ini, sesungguhnya rembesan lumpurnya menggangguku.” Maka Aisyah segera berangkat dengan para pembantunya, mereka membuatkan tempat baru untuknya, dan kemudian mengeluarkannya. Ia berkata, “Tidak ada yang berubah darinya selain beberapa helai rambut dari salah satu sisi jenggotnya, atau ia mengatakan, “Kepalanya.” Dan itu terjadi setelah lebih dari tiga puluh tahun!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat lain, “Sebagian keluarganya melihatnya dalam mimpi dan ia berkata, “Bebaskanlah aku dari air ini, sungguh aku telah tenggelam.” Maka mereka mengali kuburannya yang hijau dengan tanaman, mereka mengeringkan airnya dan kemudian mengeluarkannya. Dan ternyata hanya bagian jenggot dan wajahnya yang menghadap tanah yang telah dimakan oleh tanah. Lalu mereka membeli sebagian tanah milik Abu Bakrah dan memakamkannya di sana.”</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Harta Warisannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah memberkahi Thalhah dalam hartanya sebagaimana Dia memberkahi untuknya. Allah melapangkan rezekinya, dan membukakan pintu-pintu rahmat untuknya. Harta-harta tercurah kepadanya sehingga mengalir di kedua tangannya, dan Allah memuliakannya dengan jiwa yang pemurah dan lapang, dan dengan tangan yang suka memberi. Ia sering memberi dalam jumlah yang banyak, dan menghibahkan dalam jumlah yang banyak pula. Ia menginfakkan ini dan itu, sehingga keberkahan semakin meliputi hartanya, dan Allah pun meninggalkan harta yang banyak setelahnya. Ia meninggalkan untuk keluarganya harta yang sangat banyak sehingga mereka bisa hidup dalam keadaan kaya dan terhormat. Malaikat telah mencatat di lembaran amalnya begitu banyak kebaikan dan pahala yang amat besar yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Ta’ala semata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari Musa bin Thalhah, “Bahwasanya Mu’awiyah bertanya kepadanya, “Berapakah harta yang ditinggalkan oleh Abu Muhammad?” Ia menjawab, “Dua juga dua ratus ribu dirham, dan dari emas sebanyak dua ratus ribu dinar.” Maka Mu’awiyah berkata, “Ia telah hidup dalam keadaan terpuji, dermawan, dan mulia, dan terbunuh sebagai orang yang dirindukan, semoga Allah merahmatinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan mereka berdua juga meriwayatkan dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah berkata, “Nilai harta yang ditinggalkan Thalhah dari property dan hartanya yang berupa perhiasan sebanyak tiga puluh juta dirham, dan ia meninggalkan ua sebanyak dua juta dua ratus ribu dirham dan dua ratus ribu dinar, dan sisanya adalah ‘Urudh (bentuk jamak, dan mufradnya adalah ‘Ardh, yaitu menyelisihi harga dirham dan dinar).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad dan Al-Hakim meriwayatkan dari Su’da binti Auf Al-Murriyyah, istri Thalhah – ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah, semoga Allah merahmatinya, terbunuh dan saat itu di tangan bendaharanya terdapat dua juta dua ratus ribu dirham dan kemudian tanah serta propertinya ditaksir bernilai tiga puluh juta dirham.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad menuturkan sebuah riwayat yang mencengangkan dari Amru bin Al-Ash, ia berkata, “Aku diberitahu bahwasanya Thalhah bin Ubaidillah meninggalkan seratus buhar, setiap buhar berisi tiga kwintal emas, dan aku mendengar bahwa buhar adalah kantung dari kulit sapi jantan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
H. Data-Data Pribadi dan Keturunannya Yang Penuh Berkah</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah dianugerahi dengan seluruh sisi dari kemuliaan, dimulai dari nikmat yang diberikan Allah kepadanya berupa keturunan yang baik dan terhormat, kemudian Allah membukakan hatinya untuk menerima Islam. Dia adalah salah satu di antara kelompok shahabat yang pertama, dan diikuti dengan berbagai peran dan kontribusinya yang besar sepanjang usia dakwah bersama Nabi Shallallahualaihi wa Sallam dengan belajar langsung dari beliau, dan mengikuti beliau, serta berjihad di bawah panji beliau. Allah juga memuliakannya dengan rezeki yang melimpah dan kedermawanannya yang tak kenal batas. Allah mengangkat derajatnya di antara para shahabat sehingga ia menjadi salah satu tokoh yang di hormati dan diandalkan, serta menjadi salah satu tokoh yang dianggap layak untuk menjadi khalifah dan menerima estafet kepemimpinan umat. Lalu Allah menyempurnakan nikmatnya dengan keluarga dan keturunan yang terhormat dan mulia pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga besar yang bercabang luas ini, di mana Thalhah menjadi titik dan pusat dari segala kehormatan dan kemuliaannya, layak untuk diperhatikan dan pantas untuk dikagumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia berasal dari Bani Taim yang merupakan salah satu anak kabilah Quraisy yang terhormat dan terkenal. Ibunya adalah seorang shahabiyah, dan ia juga mempunyai paman yang juga seorang shahabat, seorang saudara yang juga shahabat, dan menikahi beberapa orang shahabiyah. Ia adalah ipar Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam dari empat istrinya. Kebanyakan istri-istrinya berasal dari keluarga Quraisy. Ia memiliki banyak anak yang sebagian dari mereka menjadi tokoh dan pemuka di kaum mereka. Beberapa tokoh shahabat juga ada yang menjadi menantunya seperti Hasan, Husain, dan Mush’ab bin Zubair. Keturunannya terus berlanjut melalui putra putrinya, sehingga ia memiliki banyak sekali cucu dan keturunannya setelah mereka. Kebanyakan dari mereka mengikuti jejak Thalhah baik dalam hal kepemimpinan, kedudukan, kemuliaan, dan kehormatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayahnya, Ubaidillah bin Utsman, Saya tidak dapat menemukan riwayat tentnag hidupnya, dan sepertinya ia meninggal pada masa jahiliyah sebelum kedatangan Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibunya, Ash-Sha’bah binti Al-Hadhrami, Namanya adalah Ash-Sha’bah binti Abdullah bin Ammar bin Akbar bin Rabi’ah, nasabnya berujung ke Hadhramaut, dari Bani Qahthan. Ia adalah saudari dari seorang shahabat mulia Al-Ala’ bin Al-Hadh-rami. Menurut sebuah pendapat, mereka adalah sebelas bersaudara. Ia belum masuk Islam pada masa permulaan dakwah, bahkan menentang anaknya, Thalhah atas keislamannya, ia mencela dan memaki nya, dan setelah itu kebahagiaan menghampirinya ketika ia menyatakan keislamannya dan mengikuti Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Al-Hakim dari Ibnu Abbas berkata, “Ibu dari Abu Bakar masuk islam, juga ibu Utsman, ibu Thalhah, ibu Ammar bin Yasir, ibu Abdurrahman bin Auf, dan Ibu dari Zubair.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Paman-pamannya, Zuhair, Abu Al-Mutha’, Ma’mar, Mu’adz, Amru, dan Umair. Pamannya Umair bin Utsman terbunuh pada perang Badar dalam keadaan musyrik. Adapun pamannya, Amru bin Utsman telah masuk Islam dan menjadi seorang shahabat. Ia salah satu di antara mereka yang hijrah ke Habasyah, ikut dalam perang Qadisiyah, dan mendapatkan syahid di sana. Semoga Allah meridhainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua Saudaranya</div>
<div style="text-align: justify;">
Malik bin Ubaidillah. Ia bersama pasukan musyrikin dalam oerang Badar, tertawan, dan mati sebagai tawanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Utsman bin Ubaidillah. Ia terlambat masuk Islam dibanding saudaranya Thalhah, bahkan ia ikut menyiksanya karena ke Islamannya. Kemudian ia masuk Islam dan menjadi shahabat Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, dan ikut hijrah. Semoga Allah meridhainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Istri-istrinya</div>
<div style="text-align: justify;">
Hamnah Binti Jahsy, Seorang Shahabiyah, ia mempunyai banyak riwayat dalam kitab-kitab hadits, dan ia adalah saudari dari ummul mukminin Zainab binti Jahsy.</div>
<div style="text-align: justify;">
Khaula binti Al-Qa’qa’ bin Ma’Bad bin Zurarah, Seorang shahabiyah, ayahnya Al-Qa’qa’ yang juga seorang shahabat, dan ia dijuluki aliran sungai Eufrat karena kedermawanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Su’da binti Auf Al-Murriyyah, Seorang shahabiyah, meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, dan juga dari suaminya Thalhah, dan Umar bin Khaththab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummul Aban binti Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams, Seorang shahabiyah, ia pernah dilamar oleh Umar, Ali, Thalhah, dan Zubair, dan ia menolak semuanya kecuali Thalhah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummu Al-Harits Al-Jarba’ binti Qasamah bin Hanzhalah Ath-Tha’iyah, Seorang shahabiyah, Radhiyallahu Anha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Seorang Tabi’iyah, saudari dari ummul mukminin Aisyah, ia mempunyai banyak riwayat dalam kitab-kitab hadits.</div>
<div style="text-align: justify;">
7-8-9 Tiga wanita tawanan perang, Dan istri-istrinya yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Shabah dari Ibnu As-Sakan, dan juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Mustadrak,bahwasanya Thalhah adalah ipar Nabi Shallallahualaihi wa Sallam dari empat istrinya, dimana Thalhah menikahi empat wanita yang merupakan saudari dari istri-istri Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, mereka adalah</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummu Kultsum binti Abu Bakar, saudari dari ummul mukminin Aisyah</div>
<div style="text-align: justify;">
Hamnah binti Jahsy, saudari dari ummul mukminin Zainab, dan kami telah menyebutkan keduanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Fari’ah binti Abu Sufyan, saudari dari ummul mukminin Ummu Habibah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Qaribah binti Abu Umayyah, saudari dari ummul mukminin Ummu Salamah. Alfariah dan Qaribah juga merupakan shahabiyah. Jadi jumlah istrinya secara keseluruhan adalah sebelas, tujuh di antaranya shahabiyah, dan tiga di antaranya adalah tawanan perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Putranya-putranya</div>
<div style="text-align: justify;">
Muhammad : Ia bergelar As-Sajjad (orang yang banyak sujud) karena ibadahnya, ia dilahirkan pada masa Nabi Shallallahualaihai wa Sallam dan terbunuh saat masih muda bersama ayahnya pada perang jamal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Isa : Orang yang santun, terhormat, dan cerdas. Ia juga termasuk ulama yang terpercaya, banyak yang meriwayatkan hadits, dan hadits nya terdapat dalam kutub sittah (enam kitab hadits). Ia meriwayatkan dari ayahnya, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amru, Mu’adz bin Jabal, Muawiyah bin Abu Sufyan, Abu Hurairah, Aisyah, dan yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Musa : Seorang imam yang menjadi panutan, salah seorang tokoh terkemuka dari keluarga Thalhah, dan anaknya yang paling utama setelah Muhammad. Pada masanya ia dijuluki Al-Mahdi, salah seorang yang terhormat dari kalangan kaum muslimin dan sangat fasih dalam bertutur kata. Ia adalah orang yang terpercaya (tsiqah) dan banyak meriwayatkan hadits. Ia meriwayatkan dari ayahnya, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Ibnu Umar, Abu Hurairah, Aisyah, dan yang lainnya. Hadits-hadits nya banyak tersebar di Kutub Sittah dan yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ishaq : Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Abdullah bin Abbas, dan Aisyah ummul mukminin. Ia adalah putra dari bibi Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Mu’awiyah telah menugaskannya untuk mengumpulkan pajak dari Khurasan. Hadits-haditsnya banyak diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Imran : Dilahirkan pada masa Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, dan beliau yang memberinya nama Imran. Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya Thalhah, Ibunya Hamnah binti Jahsy, dan Ali bin Abi Thalib. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yahya : Termasuk di antara ulama tabi’in yang terpercaya. Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, ibunya Su’da Al-Murriyah, dan Abu Hurairah. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Di antara anak-anaknya adalah Ya’qub, Ismail, Zakariya, Yusuf, Shaleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Putri-putrinya</div>
<div style="text-align: justify;">
Aisyah : Ia meriwayatkan hadits dari bibinya ummul mukminin Aisyah, dan orang-orang meriwayatkkan darinya karena keutamaan dan adabnya. Hadits-haditsnya terdapat dalam Kutub Sittah, Ibunya adalah Ummu Kultsum bin Abu Bakar. Ia merupakan wanita tercantik dan terkemuka di masanya. Ia dinikahi oleh putra pamannya Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar yang kemudian meninggal dalam pernikahan mereka. Kemudian ia dinikahi oleh Mus’ab bin Zubair gubernur Irak yang memberinya mahar sebesar satu juta dirham!</div>
<div style="text-align: justify;">
Ummu Ishaq : Ia dinikahi oleh Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan melhairkan Thalhah bin Hasan. Kemudian Hasan wafat dan meninggalkannya sebagai janda. Lalu ia dinikahi oleh adiknya Husain bin Ali, dan melahirkan Fathimah binti Husain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ash-Sha’bah binti Thalhah</div>
<div style="text-align: justify;">
Maryam binti Thalhah</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara cucu-cucunya</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah : Ia meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas, Ibnu Amru, Abu Asid As-Sa’idi, Abu Hurairah, Aisyah ummul mukminin, dan yang lainnya. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Muslim dan penulis kitab-kitab sunan. Ia adalah seorang tokoh yang dermawan seperti kakeknya. Ia dijuluki singa Quraisy dan singa Hijaz. Ia meninggal di Mekah saat sedang berihram.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ishaq bin Yahya bin Thalhah : Ia meriwayatkan hadits dari paman-pamannya : Ishaq, Musa, dan Isa putra-putra Thalhah. Juga dari bibi nya Aisyah binti Thalhah, dan dari Mujahid bin Jabr, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan yang lainnya. Hadits-hadits diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dia merupakan salah seorang ulama, namun lemah dalam meriwayatkan hadits.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bilal bin Yahya bin Thalhah : Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Yahya bin Thalhah. At-Tirmidzi meriwayatkan satu hadits darinya, dari ayahnya, dari kakeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah bin Yahya bin Thalhah : Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Yahya, dan paman-pamannya : Ishaq, Musa, Isa, dan bibinya Aisyah binti Thalhah, juga dari neneknya Su’da binti Auf, Urwah binti Zubair, Mujahid bin Jabr, dan yang lainnya. Hadits-hadits terdapat dalam Shahih Muslim dan Sunan Al-Arba’ah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mu’awiyah bin Ishaq bin Thalhah : Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya, Ishaq, dan dua pamannya Imran dan Musa, juga dari bibinya Aisyah binti Thalhah, Sa’id bin Jubair, Urwah bin Zubair, dan yang lainnya. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Al-Bukhari, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan masih banyak sekali cucu-cucu dan keturunan Thalhah. Mush’ab bin Az-Zubairi menuturkan dalam kitab Nasba Quraisy, dan Ibnu Hazm dalam Jamharah Ansab Al-Arab satu bab terpisah, mereka menyebutkan di dalam bab tersebut keturunan Thalhah, dan kebanyakan dari mereka merupakan pemuka-pemuka masyarakat, yang dermawan dan terhormat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah keluarga Thalhah Radhiyallahu Anhu dari segi keutamaan, dan kedudukan yang tinggi, serta dalam bidang ilmu dan periwayatan hadits. Thalhah sendiri, dan juga ibunya, pamannya, saudaranya, dan tujuh di antara istri-istrinya merupakan shahabat dan shahabiyah yang mulia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Thalhah meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallhualaihi wa Sallam, dan juga tiga dari istri-istrinya. Diikuti oleh lima dari anak-anaknya, dan sebagian cucu-cucunya. Sungguh sebaik-baik keluarga adalah keluarga Thalhah, dan sebaik-baik keturunan adalah keturunan Thalhah.</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-88205864008385569942017-02-11T10:10:00.001-08:002017-06-03T21:08:07.901-07:00Kumpulan Rekaman Video Dan Audio<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; cursor: auto; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.5px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, para sahabat berhasil menyebarkan estafet amanah Nabi. Islam masuk ke berbagai negeri. Kekuasaan Islam meluas. Syam dan Irak dikuasai sepenuhnya pada tahun 17 H. Mesir dikuasai tahun 20 H. Persia tahun 21 H. Perluasan terus terjadi hingga ke wilayah Samarkand tahun 56 H. Dan Andalusia tahun 93 H.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; cursor: auto; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.5px; margin-bottom: 20px; text-align: justify;">
Perluasan ini berdampak pada semakin banyaknya orang yang masuk Islam dan haus akan pengetahuan dan hukum-hukumnya. Hal ini mendorong para pemimpin mengutus sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ untuk mengajari mereka hukum-hukum agama. Para sahabat pun berangkat ke berbagai wilayah, hingga di antara mereka ada yang menetap di sana hingga akhir hayat.</div>
@ Kisah Sahabat Nabi - Ust Khalid Basalamah <a href="https://youtu.be/SJW6Yh1Xx3w?list=PLlK0gGuioshBxyBg4TzEtKETkzOfv4mvB">https://youtu.be/SJW6Yh1Xx3w?list=PLlK0gGuioshBxyBg4TzEtKETkzOfv4mvB</a><br />
<br />
@ Keutamaan Ali Bin Abi Thalib <a href="https://youtu.be/t5YcPnheIiE">https://youtu.be/t5YcPnheIiE</a><br />
<br />
@ Mengenal Salaf Abu Bakar As-Shiddiq - Ustadz Riyadh bin Badr Bajrey <a href="https://youtu.be/BWT3AvUm67Y?t=28">https://youtu.be/BWT3AvUm67Y?t=28</a><br />
<br />
@ Mengenal Salaf Umar Bin Khattab - Ustadz Riyadh Bin Badr Bajrey <a href="https://youtu.be/65jYVGNlfC0?t=1962">https://youtu.be/65jYVGNlfC0?t=1962</a><br />
<div>
<br />
@ Mengenal Salaf Ali bin Abi Thalib - Ustadz Riyadh bin Badr Bajrey <a href="https://youtu.be/IFkKLuwXwbs?t=1235">https://youtu.be/IFkKLuwXwbs?t=1235</a><br />
<br />
@ Mengenal Salaf Utsman Bin Affan Ustadz Riyadh Bin Badr Bajrey <a href="https://youtu.be/3NSA0tAREK0?t=1473">https://youtu.be/3NSA0tAREK0?t=1473</a></div>
<div>
<br /></div>
@ Kisah Fatimah Bintu Rasulillah ﷺ - Ustadz Riyadh Bin Badr Bajrey <a href="https://youtu.be/j6KXPthcNYo?t=1001">https://youtu.be/j6KXPthcNYo?t=1001</a><br />
<div>
<br /></div>
<div>
@ Ali bin Abi Thalib - Ustadz Muhtarom <a href="https://youtu.be/IFkKLuwXwbs?t=1235">https://youtu.be/IFkKLuwXwbs?t=1235</a><br />
===========<br />
@ Pemahaman yang Benar tentang Manhaj Salaf (Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.) <a href="https://youtu.be/xNp1R4azNYw">https://youtu.be/xNp1R4azNYw</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Mulia dengan Manhaj Salaf (Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas) <a href="https://youtu.be/7dghYmiz34I">https://youtu.be/7dghYmiz34I</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Keutamaan Manhaj Salaf - Ustadz Badru Salam, Lc <a href="https://youtu.be/ZYNzuZ63OKg">https://youtu.be/ZYNzuZ63OKg</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Bersatu di Atas Manhaj Ahlus Sunnah - Ustadz Badrusalam, Lc <a href="https://youtu.be/gMd4xjgTzik">https://youtu.be/gMd4xjgTzik</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Cara Para Sahabat Memahami Agama - Ustadz Abu Yahya Badrusalam <a href="https://youtu.be/G5PFlpdv1EA">https://youtu.be/G5PFlpdv1EA</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Pokok-pokok Ajaran Salaf - Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc <a href="https://youtu.be/GLGdeT15jPs">https://youtu.be/GLGdeT15jPs</a><br />
<div>
<br /></div>
@ Mengenal Manhaj Salaf Lebih Dekat - Ustadz Mizan Qudsiyah, Lc. <a href="https://youtu.be/EIUbY2Leaj4?list=PLUuYlj8dcEXYzuJghQtkVar04yPqMN1-k">https://youtu.be/EIUbY2Leaj4?list=PLUuYlj8dcEXYzuJghQtkVar04yPqMN1-k</a><br />
<br />
========================================================================<br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Download rekaman Kajian Membahas Kitab Ushulus Sittah (Enam Landasan dalam Beragama) </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
karya Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi –rahimahullaah– yang dijelaskan oleh Al-Ustadz Abu Abdillaah Sofyan Chalid bin Idham Ruray –hafizhahullaah– (murid Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr –hafizhahullaah-)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="1" style="background-color: white; border-color: rgba(0, 0, 0, 0.0980392); border-spacing: 0px; border-style: solid; border-width: 1px 1px 0px 0px; color: #666666; font-family: Muli, 'Lucida Sans Unicode', 'Lucida Grande', Verdana, Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 23.998001098632813px; margin: 0px 0.077em 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 510px;"><tbody style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;">
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="col" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;" width="10"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
No</div>
</th><th scope="col" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;" width="250"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Judul (<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="style1" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Klik untuk Download</span>)</span></div>
</th><th scope="col" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;" width="50"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ukuran (<span class="style1" style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">MB</span>)</div>
</div>
</th><th scope="col" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;" width="200"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Play</div>
</th></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
1</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-1-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Ikhlas-dalam-Ibadah-dan-Menjauhi-Syirik.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 1, Ikhlas dalam Beribadah dan Menjauhi Syirik</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
15</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_0" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_0" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_0" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
2</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-2-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Perintah-Bersatu-dan-Larangan-Berpecah-belah.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 2, Perintah untuk Bersatu dan Larangan Berpecah-Belah</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
11</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_1" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_1" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_1" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
3</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-3-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Wajib-Taat-Kepada-Pemerintah-dan-Larangan-Memberontak.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 3, Taat Kepada Pemerintah dan Larangan Memberontak</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
15</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_2" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_2" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_2" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
4</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-4-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Mengenal-Ilmu-Ulama-dan-Menyingkap-Kebodohan-Ulama-Palsu.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 4, Mengenal Ilmu Ulama dan Menyingkap Kebodohan Ulama Palsu</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
14</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_3" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_3" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_3" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
5</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-5-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Mengenal-Wali-Allah-dan-Wali-Setan.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 5, Mengenal Wali Allah dan Wali Syaithan</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
15</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_4" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_4" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_4" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
<tr style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><th scope="row" style="background: rgb(239, 239, 239); border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; line-height: 1.615; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
6</div>
</th><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><a href="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/jakarta/Al-Ustadz-Sofyan-Chalid/AL-USHUULUS-SITTAH/Prinsip-6-Al-Ustadz-Sofyan-Chalid-Ruray-Bantahan-Syubhat-yang-Memalingkan-dari-Thalobul-Ilmi.mp3" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank">Prinsip 6, Bantahan Syubhat yang Memalingkan dari Tholabul Ilmi</a></td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><div align="center" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
13</div>
</td><td style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-width: 0px 0px 1px 1px; font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0.769em; vertical-align: top;"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-family: inherit; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute !important; vertical-align: baseline; width: 1px;">Pemutar Audio</span><div aria-label="Pemutar Audio" class="mejs-container svg wp-audio-shortcode mejs-audio" id="mep_5" role="application" style="background: rgb(34, 34, 34); border: 0px; clear: both; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: top; width: 213px;" tabindex="0">
<div class="mejs-inner" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="mejs-mediaelement" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; width: 213px;">
</div>
<div class="mejs-layers" style="border: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="mejs-controls" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; bottom: 0px; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 30px; left: 0px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 213px;">
<div class="mejs-button mejs-playpause-button mejs-play" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_5" aria-label="Putar" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Putar" type="button"></button></div>
<div aria-live="off" class="mejs-time mejs-currenttime-container" role="timer" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-currenttime" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-time-rail" style="background-image: none; border: 0px; direction: ltr; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 5px 0px 0px; vertical-align: baseline; width: 39px;">
<span class="mejs-time-total mejs-time-slider" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 5px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 29px;"><span class="mejs-time-loaded" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span><span class="mejs-time-current" style="background: rgb(0, 115, 170); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; cursor: pointer; display: block; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 10px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 0px;"></span></span></div>
<div class="mejs-time mejs-duration-container" style="background-image: none; border: 0px; box-sizing: content-box; color: white; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 17px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 10px 3px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: auto;">
<span class="mejs-duration" style="border: 0px; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">00:00</span></div>
<div class="mejs-button mejs-volume-button mejs-mute" style="background-image: none; border: 0px; float: left; font-size: 11px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; width: 26px;">
<button aria-controls="mep_5" aria-label="Bisu" style="-webkit-transition: all 0.3s ease-in-out 0s; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url(https://s0.wp.com/wp-includes/js/mediaelement/controls.svg); background-origin: initial; background-position: -16px -16px; background-repeat: no-repeat; background-size: initial; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 0px; color: #555555; cursor: pointer; display: block; font-size: 0px; height: 16px; line-height: 0; margin: 7px 5px; padding: 0px; position: absolute; transition: all 0.3s ease-in-out 0s; vertical-align: baseline; width: 16px;" title="Bisu" type="button"></button></div>
<a aria-label="Penggeser Volume" aria-valuemax="100" aria-valuemin="0" aria-valuenow="80" aria-valuetext="80%" class="mejs-horizontal-volume-slider mejs-mute" href="https://www.blogger.com/null" role="slider" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #ff8f85; display: table; float: left; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 26px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; transition: all 0.3s linear; vertical-align: middle; width: 56px;" tabindex="0"><span class="mejs-offscreen" style="border: 0px; clip: rect(1px 1px 1px 1px); font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 1px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; width: 1px;">Gunakan tuts Panah Atas/Bawah untuk menaikkan atau menurunkan volume.</span><div class="mejs-horizontal-volume-total" style="background: rgba(255, 255, 255, 0.329412); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 50px;">
</div>
<div class="mejs-horizontal-volume-current" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top-left-radius: 0px; border-top-right-radius: 0px; border: 0px; float: left; font-size: 1px; font-style: inherit; font-weight: inherit; height: 8px; left: 0px; line-height: 11px; list-style-type: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 11px; vertical-align: baseline; width: 40px;">
</div>
</a></div>
<div class="mejs-clear" style="border: 0px; clear: both; font-size: 13px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #666666; font-family: Muli, 'Lucida Sans Unicode', 'Lucida Grande', Verdana, Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 23.998001098632813px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-9333386296417420532017-01-09T21:49:00.000-08:002017-01-09T21:49:39.249-08:00BEDA SIKAP KAUM MUKMININ DAN KAUM MUNAFIK PADA PERANG TABUK<div style="text-align: justify;">
Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan perintah berperang dan berinfaq untuk mempersiapkan pasukan perang Tabuk, maka tampak dua sikap yang berbeda dari dua golongan yang berbeda pula, dari orang-orang beriman yang taat kepada Allâh dan Rasul-Nya dan satu lagi dari yang munafiq yang senantiasa menyelisihi Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SIKAP ORANG-ORANG MUNAFIK</div>
<div style="text-align: justify;">
Meminta ijin dan menyampaikan alasan untuk tidak berperang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semenjak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan peperangan, orang-orang munafik mulai berusaha melemahkan semangat kaum Muslimin. Mereka mengatakan, “Jangan kalian keluar berperang di musim panas!” Lalu Allâh Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan mereka mengatakan janganlah kalian keluar berperang di musim panas, katakanlah, api neraka jahannam lebih panas jika mereka bisa memahami [At-Taubah/9:81]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melakukan persiapan perang Tabûk, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada al-Jad bin Qais<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftn1">[1]</a>, “Wahai Jad! Apakah tahun ini kamu akan ikut memerangi Bani al- Ashfar (pasukan Romawi)?” Dia menjawab, ‘Wahai Rasûlullâh! Apakah engkau bisa memberiku ijin untuk tidak ikut agar aku tidak terfitnah? Demi Allâh! Semua kaumku tahu bahwa tidak ada yang mengagumi perempuan melebihi aku, Saya khawatir terfitnah ketika melihat wanita-wanita Romawi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung berpaling darinya dan mengatakan, ‘Saya mengijinkanmu, lalu turunlah ayat yang berkaitan dengannya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي ۚ أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا ۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Ijinkanlah saya (tidak ikut berperang) dan janganlah engkau menjerumuskanku dalam fitnah.’ Dan ketahuilah mereka telah terjerumus kedalam fitnah dan Sesungguhnya neraka jahannam meliputi orang orang kafir [At-Taubah/9:49]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian orang munafik datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan alasan dusta agar mereka mendapatkan ijin dari Beliau untuk tidak ikut berperang. Perbuatan mereka ini dicela oleh Allâh dalam firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allâh telah memaafkanmu karena engkau telah memberikan mereka ijin hingga jelas bagimu orang orang yang jujur dan engkau mengetahui mereka adalah pendusta. [At-Taubah/9:43]</div>
<div style="text-align: justify;">
Membangun masjid Dhirar untuk memecah belah kaum Muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara sikap yang diperlihatkan orang-orang munafik sebelum perang Tabuk adalah membangun masjid sebagai tempat mereka berkumpul untuk menyusun rencana-rencana jahat kepada kaum Muslimin. Mereka mengklaim bahwa masjid yang mereka bangun untuk kemaslahatan dan memudah orang-orang lemah shalat di dalamnya karena tidak mampu berjalan ke masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sekilas ucapan mereka seakan benar, tapi dibalik itu semua tersimpan niat buruk. Niat buruk mereka kemudian disingkap oleh Allâh Azza wa Jalla :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ﴿١٠٧﴾ لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang Mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allâh dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka bersumpah, “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allâh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu untuk shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang bersih. [At-Taubah/9:107-108]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak untuk shalat di masjid dhirar, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membakarnya sepulang dari perang Tabuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian orang munafik ikut berperang untuk mencari jalan dan celah untuk mencelakai kaum Muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SIKAP ORANG-ORANG MUKMININ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun orang-orang beriman, maka mereka bergegas mematuhi perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berperang dan mereka tidak memperhatikan kesulitan yang akan mereka hadapi serta tidak tergiur dengan musim panen kurma yang segera datang di kota Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu ketika diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tinggal di Madinah, beliau Radhiyallahu anhu awalnya menolak dengan mengatakan, ‘Wahai Rasûlullâh! Engkau tinggalkan aku bersama wanita dan anak-anak kecil.’ Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ” Tidakkah Engkau ridha dengan kedudukanmu dariku seperti kedudukan Harun dari Musa, akan tetapi tidak ada Nabi setelah aku”<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftn2">[2]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga sikap para Sahabat yang lain seperti Abu Khaitsam al-Anshâri, Abu Dzar dan yang lainnya Radhiyallahu anhum, yang lebih memilih berperang daripada menikmati hasil panen dan tinggal bersama anak istri mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
JUMLAH SHAHABAT YANG IKUT DI PERANG TABUK</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa riwayat yang berbeda-beda tentang jumlah pasukan kaum Muslimin dalam perang Tabûk. Diantaranya riwayat itu ada yang menyebutkan bahwa jumlah pasukan kaum Muslimin sebanyak sepuluh ribu orang, riwayat lain menyebutkan tiga puluh ribu, dan yang lain menyebutkan empat puluh ribu dan ada juga riwayat yang menyebutkan tujuh puluh ribu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat yang kuat adalah riwayat yang menyebutkan tiga puluh ribu. Inilah riwayat yang disepakati oleh ahli sirah seperti : Ibnu Ishâq, al-Waqidi dan Ibnu Saad.<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftn3">[3]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PELAJARAN PENTING</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang beriman senantiasa mematuhi perintah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Sebaliknya, orang-orang munafik senantiasa menentang Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dusta adalah sifat orang munafik. Ini tampak jelas dari kebohongan mereka kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat memberikan alasan-alasan yang palsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghukumi seseorang dengan apa yang tampak bagi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , adapun yang tersembunyi dalam hati seseorang maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam serahkan urusannya kepada Allâh Azza wa Jalla</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebaikan yang dilakukan seorang harus berdasarkan ketakwaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Menjauhkan Amalan yang bisa menimbulkan kemudharatan dan perpecahan</div>
<div style="text-align: justify;">
Perang Tabuk merupakan salah satu peperangan yang paling berat yang pernah di hadapi kaum Muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIX/1436H/2015.]</div>
<div style="text-align: justify;">
_______</div>
<div style="text-align: justify;">
Footnote</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftnref1">[1]</a> Ibnu Ishaq meriwayatkan secara muallaq, Ibnu Hisyâm, 4/216- 217; at-Thabari, at-tafsîr, 14/287-288</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftnref2">[2]</a> HR. Al-Bukhâri, Al-Fath, 16/240, hadits, no. 4416 dan Muslim, 4/1870/1871, Hadits, no. 2404</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6258-beda-sikap-kaum-mukminin-dan-kaum-munafik-pada-perang-tabuk.html#_ftnref3">[3]</a> Lihat as-Sîrah an-Nabawiyyah fi Dhau’il Mashâdir al-Ashliyyah, hlm. 203- 204</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-18261955980748771302017-01-09T21:32:00.000-08:002017-01-09T21:32:25.587-08:00PERANG TABUK ATAU AL-‘USRAH<div style="text-align: justify;">
Imam Muslim<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn2">[2]</a> meriwayatkan perjalanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya yang sedang menuju Tabûk. Dalam hadits itu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّكُمْ سَتَأْتُوْنَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللهُ عَيْنَ تَبُوْكَ وَإِنَّكُمْ لَنْ تَأْتُوْهَا حَتَّى يُضَحَّى النَّهَارُ فَمَنْ جَاءَهَا مِنْكُمْ فَلاَ يَمُسَّ مِنْ مَائِهَا شَيْئًا حَتَّى آتِيَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Insya Allâh besok kalian akan sampai di mata air Tabûk, dan sungguh kalian tidak akan sampai ketempat itu kecuali setelah waktu agak siang dan barangsiapa sampai duluan maka janganlah dia menyentuh airnya sedikitpun sampai aku datang (ke tempat itu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakannya dengan Tabûk, padahal tempat itu belum didatangi oleh siapapun sebelumnya.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn3">[3]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peperangan ini juga dinamakan dengan perang al-‘usrah (kesulitan) berdasarkan riwayat Imam al-Bukhâri<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn4">[4]</a> yang sanadnya sampai ke Abu Musa al-Asya’ari Radhiyallahu anhu. Beliau Radhiyallahu anhu berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَرْسَلَنِي أَصْحَابِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ الْحُمْلَانَ لَهُمْ إِذْ هُمْ مَعَهُ فِي جَيْشِ الْعُسْرَةِ وَهِيَ غَزْوَةُ تَبُوكَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya diutus oleh para sahabatku kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan tentang kendaraan (tunggangan) yang bisa membawa mereka ketika mereka ikut Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pasukan al-Usrah yaitu perang Tabûk</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan ini, imam al-Bukhari<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn5">[5]</a> memberi judul peperangan ini dengan Bab Ghazwati Tabûk wa hiya Ghazwatu al-‘Usrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari riwayat Abu Musa al-‘Asya’ri Radhiyallahu anhu di atas tergambar jelas kesulitan yang dialami oleh para Shahabat dalam peperangan ini. Kesulitan itu meliputi kesulitan harta, perbekalan dan kendaraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Muslim<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn6">[6]</a> meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang menceritakan berbagai kesulitan dan kekurangan yang dialami kaum Muslimin dalam perjalanan mereka ini sampai harus bertahan hanya dengan satu kurma dengan meminum air setiap kali mereka menghisap kurma tersebut tanpa memakannya. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan kesulitan yang dialami kaum Muslimin ini dalam firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya Allâh telah menerima taubat nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allâh menerima taubat mereka itu. [At-Taubah/9:117]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PENYEBAB PERANG TABUK</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perang Tabûk terjadi pada bulan Rajab tahun kesembilan hijriyyah, yaitu enam bulan setelah pengepungan Thâ’if<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn7">[7]</a>. Para Ahli sejarah menyebutkan beberapa sebab terjadinya perang Tabûk, ada yang menyebutkan karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui Hiraklius (Raja Romawi) mempersiapakan pasukan besar yang terdiri dari pasukan romawi dan sekutunya dari beberapa kabilah arab.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn8">[8]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara al-Ya’qubi menyebutkan bahwa sebabnya adalah membalas kematian Ja’far bin Abu Thâlib.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn9">[9]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asâkir rahimahullah menyebutkan sebab yang lain yaitu ketika orang-orang yahudi mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan ke Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Jika engkau benar seorang Nabi maka datanglah ke Syam! Karena Syam adalah negeri Mahsyar dan negeri para Nabi.” Maksud dan tujuan melontarkan tantangan ini adalah menipu dan ingin melihat kaum Muslimin celaka ketika harus berhadapan dengan pasukan Romawi. Ketika kaum Muslimin sampai di daerah Tabûk, Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sesungguhnya mereka hampir menjadikanmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu darinya [Al-Isrâ’/17:76]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah yaitu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk memerangi Romawi karena mereka orang yang paling dekat dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara geografis dan yang paling berhak untuk menerima dakwah Islam karena letak mereka berdekatan dengan Islam dan kaum Muslimin. Allâh Azza wa Jalla telah berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai orang orang beriman perangilah orang orang kafir yang di sekitar kalian dan hendaklah mereka mendapatkan sikap keras yang ada pada kalian dan ketahuilah, bahwsanya Allâh bersama orang orang yang bertakwa [At-Taubah/9:123]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang dilakukan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sebentuk penerapan hukum jihad secara umum untuk memerangi semua orang-orang kafir termasuk ahlu kitab yang menghalangi tersebarnya dakwah dan memperlihatkan permusuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
KEBUTUHAN TERHADAP BIAYA YANG BESAR</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada perang ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan para Shahabat untuk berinfak, karena jarak yang akan ditempuh agak jauh juga jumlah pasukan kaum musyrikin banyak. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan ganjaran yang besar dari Allâh Azza wa Jalla bagi mereka yang berinfak pada perang ini. Mendengar ini, para Shahabat g berinfak sesuai dengan kemampuannya. Utsman bin Affân Radhiyallahu anhu menjadi shahabat yang paling mengeluarkan infak kala itu, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits dan atsar berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Bukhâri<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn10">[10]</a> meriwayatkan, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa menyiapkan pasukan ‘Usrah maka baginya surga</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Utsman Radhiyallahu anhu melakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat Utsman Radhiyallahu anhu dikepung di rumahnya beliau mengingatkan mereka dengan mengatakan, “Bukankan kalian telah mengetahu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa mempersiapkan pasukan ‘Usrah maka baginya surga,” Kemudian aku melakukannya.” maka mereka membenarkan apa yang dikatakan Utsman Radhiyallahu anhu .<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn11">[11]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jumlah infak yang dikeluarkan Utsman mencapai seribu dinar.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn12">[12]</a> Disamping itu, Utsmân Radhiyallahu anhu juga mengeluarkan infak dalam bentuk barang dan unta beserta perlengkapannya.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn13">[13]</a> Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat apa yang infakkan oleh Utsmân, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn14">[14]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَا ضَرَّ ابْنُ عَفَّانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak akan memudharatkan Ibnu Affan apa yang dia lakukan setelah hari ini</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para Shahabat berlomba berinfak sesuai dengan kemampuan, termasuk para Shahabat g yang miskin.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn15">[15]</a> Mereka mengeluarkan harta yang tentu nominalnya tidak banyak dengan malu-malu karena terkadang diejekan oleh orang-orang munafik. Diantara mereka ada yang membawa satu sha’ kurma seperti Khaitsamah al-Anshâri Radhiyallahu anhu , ada juga yang membawa setengah sha’ kurma seperti Abu Uqail Radhiyallahu anhu .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang munafik mencela infak mereka yang terlalu sedikit. Namun bukan saja para Shahabat yang miskin yang menjadi sasaran celaan mereka, para Shahabat yang kaya dan berinfak dengan harta yang banyak pun tidak luput dari celaan mereka. Mereka dituduh riya’ (pamer). Lalu Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela kaum Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allâh akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. [At-Taubah/9:79]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian Shahabat ada yang tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk bersedekah dengan materi seperti Ulbah bin Zaid Radhiyallahu anhu , namun ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk bersedekah dan tidak menurunkan semangat mereka untuk ikut berperang. Mereka mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diikutkan dalam peperangan ini, akan tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Akhirnya, dengan berurai air mata sedih, mereka kembali ke rumah karena tidak bisa ikut dalam pertempuran itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga sikap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika didatangai Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu sebagai utusan dari sebagian shahabatnya untuk meminta agar diikutkan dalam peperangan itu. Rasul n juga tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Selang beberapa lama setelah itu, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Bilal Radhiyallahu anhu untuk memanggil Abu Musa Radhiyallahu anhu dan memberinya enam ekor unta yang dibeli dari Sa’ad, sebagai tunggangan mereka di peperangan ini. <a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn16">[16]</a>Disebutkan dalam riwayat yang lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi mereka lima ekor unta yang didapatkan dari ghanimah.<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftn17">[17]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PELAJARAN PENTING:</div>
<div style="text-align: justify;">
Semangat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendakwahkan Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetap melaksanakan kewajiban walaupun secara zhahir sangat berat dan berisko, seperti dalam peperangan ini dengan segala kesulitan yang harus dihadapi berupa jumlah musuh yang lebih banyak, tempat yang jauh dan perbekalan minim. Ini tidak menjadi alasan meninggalkan kewajiban berjihad</div>
<div style="text-align: justify;">
Merasa sedih ketika tidak mampu melakukan kewajiban sekalipun secara syar’i sudah boleh untuk meninggalkannya</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengorbanan besar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat g dalam mendakwahkan Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang munafik senantiasa mencela apapun yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat baik</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVIII/1436H/2015.]</div>
<div style="text-align: justify;">
_______</div>
<div style="text-align: justify;">
Footnote</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref1">[1]</a> Diangkat dari as-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdirul Ashliyah, Mahdi Rizqullah, hlm. 613-615</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref2">[2]</a> Shahîh Muslim, 4/1784, hadits no. 706</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref3">[3]</a> Lihat ad-Dzahabul Masbuk fi Tahqîq Riwayat Ghazwati Tabûk, hlm. 38, sebuah risalah magister yang sudah dicertak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref4">[4]</a> Al-Fathu, 16/238, hadits no. 4415</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref5">[5]</a> Al-Fathu, 16/238.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref6">[6]</a> Shahih Muslim(1/55-56/hadits:27).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref7">[7]</a> Al-Fathu, 16/237).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref8">[8]</a> Al-Wâqidi, al-Maghâzi, 3/989- 990; Ibnu Sa’di, at-Thabaqât, 2/165</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref9">[9]</a> At-Târîkh, 2/67</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref10">[10]</a> Al-Fathu, 14/194- 195, Kitâbul Fadhâ’il, Bab Manaqib Utsmân, secara mu’allaq.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref11">[11]</a> Al-Bukhâri, Al-Fathu, 11/150-151, hadits no. 2778</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref12">[12]</a> Ahmad, al-Musnad, 5/53; Shahîh Sunan Tirmidzi, 3/209, hadits no. 2920,3967</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref13">[13]</a> At-Tirmidzi, as-Sunan, 9/289-290, hadits no. 3700</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref14">[14]</a> Ahmad, al-Musnad, 5/53; Shahîh Sunan Tirmidzi, 3/209, hadits no. 2920 dan 3967</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref15">[15]</a> Al-Bukhâri (al-Fathu, 17/211-213, hadits no. 4668)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref16">[16]</a> Al-Bukhâri (al-Fathu, 16/238-239, hadits no. 4415)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6254-perang-tabk-atau-alusrah.html#_ftnref17">[17]</a> Al-Bukhâri (al-Fathu,16/223, hadits no. 4385)</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-16526781260242745512017-01-09T21:26:00.000-08:002017-01-09T21:26:20.241-08:00PEMBAGIAN GHANIMAH PERANG HUNAIN<div style="text-align: justify;">
[1] Setelah memutuskan untuk mengakhiri pengepungan benteng Thaif, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke Ji’ranah tempat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan ghanimah (harta rampasan) perang Hunain sebelum berangkat mengepung Thaif. Setibanya di Ji’ranah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak langsung membagi harta rampasan perang tersebut kepada para Shahabat yang ikut dalam perang Hunain kecuali perak yang jumlahnya tidak tidak terlalu banyak. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sengaja menunda pembagian ghanimah ini beberapa hari, dengan harapan akan ada utusan dari kabilah Hawazin yang datang untuk menyatakan taubat dan menerima Islam. Namun ternyata tidak ada yang datang. Akhirnya ghanîmah dibagikan kepada kaum muhajirin dan para tawanan yang dibebaskan, sementara kaum Anshar tidak mendapatkan bagian sedikitpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembagian ghanimah seperti ini memantik kemarahan sebagian kaum Anshar sehingga terucap kalimat yang tidak selayaknya diarahkan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ketika berita tentang kaum Anshar dan ucapan sebagian mereka terdengar oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan mereka dan bersabda kepada mereka:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، مَا حَدِيثٌ بَلَغَنِي عَنْكُمْ؟ فَسَكَتُوا، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالدُّنْيَا وَتَذْهَبُونَ بِمُحَمَّدٍ تَحُوزُونَهُ إِلَى بُيُوتِكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللهِ، رَضِينَا، قَالَ: فَقَالَ: لَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا، وَسَلَكَتْ الْأَنْصَارُ شِعْبًا، لَأَخَذْتُ شِعْبَ الْأَنْصَارِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai kaum Anshar! Pembicaraan apa ini yang sampai kepadaku dari kalian?! Kaum Anshar terdiam (tidak mampu menjawab). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Wahai kaum Anshar! Apakah kalian tidak rela orang-orang itu pergi dengan membawa dunia sementara kalian pulang membawa serta nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke rumah-rumah kalian?” Mereka menjawab, “Tentu kami rela, wahai Rasûlullâh!” Perawi mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia menempuh satu lembah sementara kaum Anshar menempuh syi’b (jalan atau celah diantara dua pegunungan), maka pasti saya akan mengikuti jalan yang ditempuh kaum Anshar.”<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftn2">[2]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat lain, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَلَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالشَّاءِ وَالْإِبِلِ، وَتَذْهَبُونَ بِرَسُولِ اللهِ إِلَى رِحَالِكُمْ؟ الْأَنْصَارُ شِعَارٌ وَالنَّاسُ دِثَارٌ، وَلَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنَ الْأَنْصَارِ،</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah kalian tidak rela orang-orang itu pergi dengan membawa kambing dan unta sementara kalian pergi dengan membawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke rumah kalian? (Bagiku) kaum Anshar itu ibarat pakaian yang menempel di badan sementara orang-orang itu ibarat selimut. Seandainya bukan karena hijrah, tentu termasuk kaum Anshar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada kaum Anshar secara khusus tentang latar belakang kebijaksanaan pembagian ghanîmah kala itu: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنِّي أُعْطِي قَوْمًا أَخَافُ ظَلَعَهُمْ وَجَزَعَهُمْ وَأَكِلُ أَقْوَامًا إِلَى مَا جَعَلَ اللَّهُ فِي قُلُوبِهِمْ مِنْ الْخَيْرِ وَالْغِنَى</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya aku memberikan ghanimah kepada kaum (orang-orang) yang saya khawatirkan hati mereka akan gelisah dan resah serta tidak memberikan sesuatu kepada orang-orang yang Allâh anugerahi kebaikan dan perasaan berkecukupan di hati mereka<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftn3">[3]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنِّي أُعْطِي رِجَالًا حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِكُفْرٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya aku memberikannya kepada orang-orang yang baru meninggalkan kekufuran<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftn4">[4]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan alasan pembagian harta ghanîmah perang Hunain yang tidak seperti biasanya. Penjelasan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu menyentuh perasaan kaum Anshar, sehingga membuat mereka menangis dan air mata mereka sampai membasahi jenggot mereka. Mereka mengatakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
رَضِينَا بِرَسُولِ اللَّهِ قَسْمًا وَحَظًّا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami rela Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi bagian kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ghanimah kepada mereka yang baru masuk Islam untuk semakin mengokohkan iman mereka dan memupus rasa benci yang selama ini terpendam. Terbukti, setelah pemberian ini, keimanan mereka menjadi semakin kuat dan siap berlaga di medan jihad, kecuali sebagian kecil saja yang tidak berubah. Salah seorang diantara yang mendapatkan bagian itu yaitu Shafwan bin Umayyah menceritakan, “Demi Allah! Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan bagian kepadaku padahal Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling saya benci. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus memberi sampai akhirnya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi orang yang paling aku cinta.<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftn5">[5]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Anshar memahami maksud pembagian yang dilakukan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah mendapatkan penjelasan langsung dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Namun orang-orang Arab badui (pedalaman) yang tidak memahami dan tidak terima dengan sistem pembagian itu. Salah seorang diantara mereka mengatakan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا مُحَمَّدُ، اعْدِلْ، فَقَالَ لَهُ الرَّسُوْلُ : وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ؟ لَقَدْ خِبْتُ وَخَسِرْتُ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Muhammad! Bersikap adillah!” Rasulullah n bersabda, “Celaka kamu! Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tidak berbuat adil?! Sungguh saya akan merugi jika saya tidak berbuat adil</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar kelancangan orang itu, Umar z mendatangi Nabi n dan meminta diijinkan untuk membunuh orang tersebut karena ditengarai sebagai orang munafiq oleh Umar bin Khattab z . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyetujui keinginan Umar bin Khattab Radhiyalahu anhu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar z :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَعَاذَ اللهِ، أَنْ يَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنِّي أَقْتُلُ أَصْحَابِي</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berlindung kepada Allah (dari) perkataan sebagai orang yang mengatakan bahwa aku telah membunuh para shahabatku.<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftn6">[6]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang arab badui ini yang terus berebut dan berdesakan saat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi ghanîmah, namun Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap sabar menghadapi mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah pembagian harta ghanîmah ini selesai dibagikan kepada orang-orang yang dipandang berhak menerimanya, utusan dari kabilah Hawazin datang menghadap Rasûlullâh menyatakan taubatnya dan menyatakan diri masuk Islam serta meminta agar harta dan para tawanan perang dikembalikan ke mereka. Mereka meminta ini karena harta itu adalah harta mereka yang berpindah tangan ke kaum Muslimin setelah mereka takluk dalam peperangan, sementara para tawanan itu adalah keluarga-keluarga mereka. Mendengar permintaan ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi pilihan kepada mereka antara meminta harta atau tawanan perang. Mereka lebih memilih tawanan di kembalikan kepada mereka. Akhirnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan para shahabatnya untuk memusyawarahkan masalah ini. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta para Shahabatnya untuk mengembalikan para tawanan yang menjadi bagian mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan dua opsi kepada para shahabatnya, mengembalikan para tawanan itu dengan sukarela tanpa meminta ganti dari Rasûlullâh atau mengembalikan sembari meminta ganti kepada Rasûlullâh dari ghanîmah yang lain. Semua para Shahabat mengembalikan para tawanan perang yang menjadi bagian mereka kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dikembalikan kepada keluarga mereka dari kabilah Hawazin, kecuali dua orang yang mengembalikan namun meninta ganti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PELAJARAN PENTING:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bolehnya seorang imam memberikan harta ghanimah kepada orang-orang yang baru masuk Islam atau orang kafir dengan tujuan melindungi kaum Muslimin dari gangguannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedekatan hati Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kaum Anshar</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesabaran Rasulullah n dalam menghadapi orang-orang badui yang sering berbuat dan berkata kasar terhadap Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah atau kekacauan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2014M.]</div>
<div style="text-align: justify;">
_______</div>
<div style="text-align: justify;">
Footnote</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref1">[1]</a> Dinukil dari kitab as-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdiril Ashliyah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref2">[2]</a> HR. Al-Bukhâri, al-Fath, 16/170. no. hadits 4331 dan Imam Muslim, 2/736, no. 1059</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref3">[3]</a> HR. Al-Bukhâri, al-Fath, 12/236, no. 3145</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref4">[4]</a> HR. Al-Bukhâri, al-Fath, 12/238. no. hadits 3148 dan Imam Muslim, 2/733</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref5">[5]</a> HR. Imam Muslim, no. Hadits 2313</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html#_ftnref6">[6]</a> HR. Imam Muslim, 2/740, no. 1063 dan Ibnu Ishaq dengan sanad yang shahih – Ibnu Hisyam, 4/195. menurut beliau orang yang mengatakan seperti ini bernama Dzulkhuwaisirah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-52695870400192252312017-01-01T20:07:00.001-08:002017-01-01T20:07:03.014-08:00Kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 9<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Hunain</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Setelah selesai Fat-h (penaklukan) Makkah beberapa hari lamanya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi lagi kabilah-kabilah Arab yang masih membangkang dan memusuhi kaum muslimin. Dua kabilah yang terkenal berani dan kuat yaitu Hawazin dan Tsaqif berhimpun untuk menyerang kaum muslimin. Berita ini sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau menyusun kekuatan tentara yang terdiri dari 12.000 orang (10.000 dari kaum muslimin yang berangkat dari Madinah untuk Fat-hu Makkah dan 2000 orang penduduk Makkah yang masih baru masuk Islam). Pada hari Sabtu 6 Syawwal tahun 8 H, Beliau bersama pasukannya berangkat menuju tempat musuh. Orang-orang Hawazin dan Tsaqif memilih tempat yang strategis, yaitu tanah pegunungan yang berbukit-bukit dan berliku-liku. Mereka bersembunyi di balik bukit-bukit menunggu tentara kaum muslimin lewat di jalan sempit bawahnya. Ketika kaum muslimin tiba di tempat tersebut yang bernama lembah Hunain, datanglah serbuan yang mendadak dari musuh. Tentara kaum muslimin menjadi panik dan lari bercerai berai. Peristiwa ini diceritakan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam Al Qur’an sebagai berikut:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"> </span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span>“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (wahai kaum mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.”</span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> (QS. At Taubah: 25)</span></span><br /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="color: #2361a1;"></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan ketenangan yang diberikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau berhasil menghimpun kembali pasukan kaum muslimin yang kacau balau itu. Serangan pembalasan kemudian dilancarkan sampai musuh dapat dikalahkan. Sisa pasukan musuh yang kalah, melarikan diri ke Tha’if. Dan dalam benteng Tha’if inilah musuh mempertahankan diri. Beberapa waktu lamanya musuh mempertahankan diri, namun tidak berhasil juga menundukkannya. Akhirnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pulang ke Ja’ranah, tempat tawanan dan rampasan-rampasan, meninggalkan benteng itu, tetapi memblokir daerah sekitarnya. Di Ja’ranah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi oleh delegasi (utusan) Hawazin. Mereka menyatakan tobat kepada Allah dan masuk Islam. Hawazin meminta kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar harta benda dan kaum keluarga mereka yang ditawan dibebaskan dan dikembalikan kepada mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum muslimin tidak keberatan memenuhi permintaan mereka; semua tawanan dan rampasan dari mereka pun dikembalikan seluruhnya. Sedangkan penduduk Tha’if, karena tidak tahan menderita akibat pemblokiran kaum muslimin akhirnya mereka mengirimkan delegasi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyampaikan keinginan mereka memeluk Islam. Dengan demikian berakhirlah peperangan dengan kabilah Tsaqif itu.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Tabuk</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Fat-hu Makkah adalah pemisah antara yang hak dan yang batil, setelahnya orang-orang Arab semakin mantap menerima risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keadaan berubah secara total dan manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong. Kaum muslimin pun sekarang tenang dan mudah menyebarkan ajaran Islam dan mendakwahkannya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Namun di sana ada kekuatan besar yang menghalangi kaum muslimin, yaitu pasukan Romawi. Utusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diutus menyampaikan surat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kepada pembesar Bashra pernah dibunuh, yaitu Al Harits bin Umair Al Azdiy radhiyallahu 'anhu oleh Syurahbil bin ‘Amr Al Ghassaaniy. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah untuk menyerang mereka, namun tidak berhasil.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pada tahun ke 9 H, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mempersiapkan pasukan untuk menghadapi tentara Romawi di sebelah utara. Banyak kesulitan yang dihadapi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menyusun tentara, karena musim panas mulai datang, di Madinah ketika itu sedang musim panen dan lagi medan perang yang dituju sangat jauh. Selain itu lawan yang bakal mereka hadapi bukan sembarangan, yaitu tentara Romawi yang terkenal kuat dan terlatih. Di samping itu, ada segolongan orang yang tidak mau memenuhi perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana diterangkan dalam surat At Taubah: 38, 42, 81 dan 83. Orang-orang munafik mendapatkan kesempatan untuk melemahkan semangat kaum muslimin. Akan tetapi pahlawan-pahlawan Islam yang jiwa mereka sudah pasrah kepada Tuhannya, senantiasa siap memanggul senjata menaati perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun berhasil membentuk tentara yang disebut “Jaisyul ‘Usrah” (laskar pada saat susah). Pasukan Islam ini kemudian meninggalkan Madinah menuju ke utara. Orang-orang Romawi yang semula mau menyerang, sangat terkejut menyaksikan bala tentara Islam dalam jumlah besar dan dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri dan pahlawan-pahlawan padang pasir yang tidak kenal mundur. Oleh karena itu, mereka mundur kembali ke dalam negerinya untuk membela diri. Namun laskar Islam tidaklah mengejar mereka tetapi berkemah di suatu tempat bernama tabuk, karenanya peperangan ini dinamakan “Perang Tabuk.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan demikian, kemuliaan Islam dan kaum muslimin semakin tinggi, disegani dan diperhatikan oleh musuh-musuh Islam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di Tabuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimkan pasukan-pasukannya kepada kabilah-kabilah Arab yang tinggal di tapal batas tanah Arabia dengan Syam, untuk mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kaum muslimin. Setelah sepuluh malam lebih berkemah di Tabuk. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikut-pengikutnya pulang ke Madinah. Selesailah perang Tabuk, dan peperangan inilah yang paling terakhir diikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Masuk Islamnya kabilah-kabilah Arab</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Selesai kota Makkah ditaklukkan dan perang Tabuk juga selesai, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lagi menghadapi tugas-tugas berat. Dalam tahun ke 9 H ini, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menerima banyak utusan-utusan kabilah-kabilah Arab dari segala penjuru yang datang berduyun-duyun menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka menyatakan bahwa suku mereka menjadi pemeluk Islam. Peristiwa yang menggembirakan ini disebutkan dalam Al Qur’an surat An Nasr ayat 1-3.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Demikianlah, agama Islam telah dapat merata ke seluruh jazirah Arab. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah dapat menyaksikan buah perjuangannya yang dilakukan selama dua puluh tiga tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Bangsa Arab yang tadinya hidup berpecah belah dan saling bermusuhan, kini hidup bersatu di bawah satu pimpinan dan bernaung di bawah satu panji, <i>panji Islam</i>.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Tugas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam selesai</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ketika para utusan kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjadi pemeluk Islam, kemudian disusul dengan turunnya surat An Nashr, maka terasalah oleh Beliau bahwa tugasnya sudah hamper selesai. Karena merasa tugasnya hampir selesai, Beliau pun berniat menunaikan ibadah haji (hajji wada’/perpisahan) ke makkah. Pada tanggal 25 Dzulqa’dah tahun ke 10 H, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan Madinah menuju Makkah, diikuti kaum muslimin dengan jumlah kira-kira 100.000 orang.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Saat menunaikan ibadah haji, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan sebuah pidato di hadapan kaum muslimin di bukit ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H. di antara isi khutbah Beliau adalah:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"><span dir="RTL"></span>« إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا أَلاَ كُلُّ شَىْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَىَّ مَوْضُوعٌ وَدِمَاءُ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَضَعُ مِنْ دِمَائِنَا دَمُ ابْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ كَانَ مُسْتَرْضِعًا فِى بَنِى سَعْدٍ فَقَتَلَتْهُ هُذَيْلٌ وَرِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُ رِبَانَا رِبَا عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوعٌ كُلُّهُ فَاتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لاَ يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ . فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ .</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span>“Sesungguhnya darahmu dan hartamu terpelihara sebagaimana terpeliharanya hari ini, bulan ini dan negrimu ini. Ingatlah, semua perkara jahiliyyah sudah berada di bawah kedua kakiku dan sudah dihapus. Darah jahiliyyah pun sudah dihapus, dan darah yang pertama aku hapus adalah darah putera Rabi’ah bin Al Harits, ia adalah seorang yang mencari wania susu di Bani Sa’ad, lalu dibunuh oleh Hudzail. Riba yang biasa berlaku di zaman jahiliyyah pun dihapus, dan riba yang pertama kali aku hapus adalah riba Abbas bin Abdul Muththalib, riba tersebut dihapus semuanya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Bertakwalah kalian kepada Allah dalam hal wanita, karena kamu mengambil mereka dengan amanah Allah, menghalalkan kehormatannya dengan kalimat Allah. Kamu punya hak yang wajib mereka penuhi, yaitu agar mereka tidak mengizinkan masuk ke rumahmu orang yang kamu tidak suka. Jika mereka melanggar, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras. Mereka pun memiliki hak yang wajib kalian penuhi, yaitu memberi rezeki dan pakaian secara ma’ruf.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dan aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang dengannya, niscaya kalian tidak akan tersesat setelahnya, yaitu kitab Allah<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftn1" name="_ftnref1" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><b><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="color: black;">[1]</span></b></span></b></span></a>.” (HR. Muslim)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Selesai menyampaikan pidato, turunlah surat Al Ma’idah ayat 3, yang menjelaskan telah sempurnanya agama yang Beliau bawa,</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الإِسْلاَمَ دِينًا</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span> “Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku lengkapkan kepadamu nikmat-Ku serta Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftn2" name="_ftnref2" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black;">[2]</span></span></span></a>. (Al-Maidah: 3)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Setelah selesai mengerjakan ibadah haji, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke Madinah. Kira-kira tiga bulan setelah haji wada’ itu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menderita demam beberapa hari, sehingga tidak dapat mengimami shalat berjamaah, maka disuruhnya Abu Bakar menggantikan Beliau menjadi imam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 H, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam wafat dalam usia 63 tahun. Dua puluh tiga tahun lamanya, sejak Beliau diangkat menjadi rasul, berjuang tidak mengenal lelah dan derita untuk menegakkan agama Allah, agama Islam. Tidak ada satu pun kebaikan kecuali beliau telah menunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada satu pun keburukan kecuali beliau telah memperingatkan umatnya agar dijauhi.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Beliau, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.<i>Allahumma Aamin.</i></span></span><br /><span style="font-size: medium;"></span><br /><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 6pt 0cm;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Makna Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam hamba Allah dan Rasul-Nya</span></b></span></div>
<span style="font-size: medium;"></span><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 6pt 0cm;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa makna syahadat Laailaahaillallah adalah bersaksi (meyakini dan mengakui) bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja (laa ma’buuda bihaqqin illallah) yang mengharuskan hanya beribadah kepada Allah Ta’ala dan meniadakan sesembahan selain-Nya, maka kita pun harus mengetahui makna Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya.</span></span></div>
<span style="font-size: medium;"></span><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 6pt 0cm;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maksud Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba Allah adalah kita meyakini dan mengakui bahwa Muhammad adalah hamba Allah; manusia seperti halnya kita, yang menunjukkan tidak bolehnya kita bersikap ifrath (berlebih-lebihan terhadap Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam), kita tidak boleh menempatkan Beliau sebagai tuhan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani kepada Isa putra Maryam, kita tidak boleh berdoa kepada Beliau, meminta kepada Beliau, ruku’-sujud kepada Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengarahkan ibadah lainnya kepada Beliau. Demikian pula kita tidak boleh berkeyakinan, bahwa Beliau mengetahui yang gaib.</span></span></div>
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Adapun maksud Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah adalah meyakini dan meyakini, bahwa Beliau adalah utusan Allah kepada semua manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan serta mengajak mereka kepada Allah Ta'ala, sehingga kita tidak boleh bersikap tafrith (meremehkan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam). Oleh karena Beliau adalah utusan Allah, maka sikap kita kepada Beliau adalah menaati perintahnya, menjauhi larangannya, menerima setiap yang datang darinya dan membenarkan setiap perkataan dan berita yang disampaikannya dan beribadah kepada Allah sesuai contohnya.</span></span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><i> </i></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Wallahu a'lam</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: Calibri, sans-serif;">, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Marwan bin Musa</span></span></div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maraji': </span></i></b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Al Qur'anul Karim </span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">(Terj. DEPAG bagian mukadimah)<i>, Ar Rahiiqul Makhtum </i>(Syaikh Shafiyyurrahman)<i>, Tafsir Ibnu Katsir, dll</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: Calibri, sans-serif;">.</span></i></span></div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><br clear="all" /></span></div>
<hr size="1" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: justify;" width="33%" />
<div id="ftn1" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<div class="MsoFootnoteText">
<span style="font-size: medium;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftnref1" name="_ftn1" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></span></span></a><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> Beliau mengatakan hanya kitab Allah kepada para sahabat agar tidak tersesat adalah karena para sahabat sudah mengetahui bahwa maksudnya adalah bersama Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.</span></span></div>
</div>
<div id="ftn2" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<div class="MsoFootnoteText">
<span style="font-size: medium;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftnref2" name="_ftn2" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span class="MsoFootnoteReference">[2]</span></span></span></a><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> Namun, ayat ini bukanlah ayat yang terakhir turun, ayat yang terakhir turun menurut Ibnu Abbas adalah surat Al Baqarah: 281.</span></span></div>
</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-20823959577846942532017-01-01T20:05:00.005-08:002017-01-01T20:05:56.620-08:00Kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 8<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Shulhul Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah)</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pada tahun ke 6 H, Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam beserta para pengikutnya merasa rindu ke baitullah, kiblat mereka dan mereka ingin berziarah ke Makkah mengunjungi sanak famili dan kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan. Maka pada bulan Dzulqa’dah tahun itu, berangkatlah Beliau dengan para sahabat yang berjumlah kurang lebih 1000 orang menuju Makkah, dengan niat semata-mata melakukan Umrah dan Haji. Untuk menghilangkan persangkaan yang bukan-bukan dari pihak Quraisy, maka kaum muslimin memakai pakaian ihram dan membawa hewan-hewan untuk disembelih di Mina (hadyu). Mereka tidak memanggul senjata, hanya membawa pedang dalam sarungnya sekedar menjaga diri dalam perjalanan. Setelah sampai ke suatu tempat bernama Hudaibiyah. Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam berhenti bersama sahabatnya. Di sinilah Nabi Muhamad shallalllahu 'alaihi wa sallam bermusyawarah untuk menentukan langkah selanjutnya. Akhirnya Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mengutus Utsman bin ‘Affan kepada kaum Quraisy untuk mengadakan pembicaraan dengan kaum Quraisy serta menjelaskan maksud kaum muslimin ke makkah.</span></span><br /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="color: #2361a1;"></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Utsman kemudian ditahan oleh orang-orang Quraisy dan kemudian terdengar desas-desus ia dibunuh. Mendengar berita itu, Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam pun mengadakan Bai’atur Ridhwan dengan sahabat-sahabatnya untuk berperang mati-matian sampai tercapai kemenangan. Berita itu ternyata tidak benar, karena Utsman kembali dan ia berhasil melunakkan hati orang-orang Quraisy. Setelah itu, datanglah utusan orang Quraisy Suhail bin ‘Amr menjumpai Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam untuk mengadakan perundingan. Dalam perundingan ini tercapai persetujuan damai yang dalam sejarah dikenal dengan nama “<i>Shulhul Hudaibiyah</i>” (perdamaian Hudaibiyah). Isi perdamaian Hudaibiyah singkatnya adalah sebagai berikut:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Kaum muslimin membatalkan rencana mereka ke Makkah tahun ini dan dibolehkan tahun berikutnya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Peperangan dihentikan selama sepuluh tahun.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Siapa saja boleh masuk ke dalam barisan, baik barisan kaum muslimin maupun barisan kaum Quraisy. Dan kabilah yang masuk ke dalam barisan tersebut dianggap sebagai bagian dari barisan tersebut. Jika kabilah tersebut melakukan pelanggaran, maka dianggap sebagai pelanggaran barisan tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang Quraisy yang datang kepada Muhammad tanpa izin walinya –yakni melarikan diri- maka wajib dikembalikan. Namun siapa yang datang kepada orang-orang Quraisy dari golongan Muhammad, maka tidak boleh dikembalikan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perjanjian ini seolah-olah terkesan lebih menguntungkan pihak Quraisy, padahal di sana terdapat hikmah yang dalam dan setelahnya adalah kemenanangan. Dengan adanya perjanjian damai ini kaum muslimin berkesempatan menyusun kekuatan mereka. Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mulai menyebarkan Islam kepada kabilah-kabilah Arab lainnya dan banyak pula di antara mereka memeluk Islam. Kemudia Beliau mengirimkan surat kepada raja-raja.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pengiriman surat kepada para raja</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di akhir-akhir tahun ke 6 H, seusai pulang dari Hudaibiyah. Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam mengirimkan surat kepada para raja mengajak mereka memeluk Islam. Ketika hendak menulis surat kepada para raja, Beliau diberitahukan bahwa para raja tidak mau menerima surat yang tidak ada stempelnya, maka Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mengambil cincin perak yang terukir di sana, “Muhammad Rasulullah”. (sebagaimana disebutkan dalam <i>Shahih Bukhari</i>)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dikirimlah surat kepada raja Najasyi yang bernama Ash-hamah bin Al Abjar, yang dibawa oleh ‘Amr bin Umayyah Adh Dhamuriy. Ia pun masuk Islam di hadapan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Kepada Muqauqis raja Mesir dan Iskandariyyah dikirim surat yang dibawa oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun ia tidak masuk Islam dan menolaknya dengan baik, ia pun mengirimkan budak Mariyah kepada Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam, dan dari Mariyahlah lahir Ibrahim putera Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dikirim juga surat kepada Kisra raja Persia, yang dibawa oleh Abdullah bin Hudzafah As Sahmiy. Namun Kisra menolaknya dengan keras lalu merobek-robek surat tersebut. Ketika sampai berita itu kepada Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam, Beliau berkata <i>“Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”</i></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dikirim juga surat kepada Kaisar Romawi Heraclius, yang dibawa oleh Dihyah bin Khalifah Al Kalbiy. Namun ia tidak masuk Islam karena melihat rakyatnya menolak Islam meskipun ia menyadari kebenarannya. Isi suratnya sbb:</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الْإِسْلَامِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الْأَرِيسِيِّينَ وَ ( يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لَا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ )</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius penguasa Romawi,</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Salam bagi yang orang yang mau mengikuti petunjuk. Amma ba’d,</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Sesungguhnya saya mengajak anda dengan ajakan Islam. Masuk Islamlah, niscaya anda akan selamat. Allah akan memberikan kepada anda pahala dua kali lipat. Jika anda menolak, anda akan memikul dosa rakyat anda, dan,</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">“Wahai ahli kitab, marilah sama-sama kepada satu kalimat yang tidak ada perbedaan antara kami dan kamu yaitu, “Kita tidak beribadah selain kepada Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, serta masing-masing kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan selain Allah. Jika mereka menolak, maka saksikanlah bahwa kami orang-orang Islam.”</span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dikirim juga surat kepada Al Mundzir bin Sawi penguasa Bahrain, yang dibawa oleh Al ‘Alaa’ bin Al Hadhramiy.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Juga kepada Haudzah bin ‘Ali di Yamamah, yang dibawa oleh Salith bin ‘Amr Al ‘Aamiriy.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Kepada Harits bin Abi Syamr Al Ghasaaniy di Damaskus dikirim juga surat, yang dibawa oleh Syajaa’ bin Wahb.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dan kepada raja Amman (Jaifar dan ‘Abd dua putera Al Julandiy) dikirim juga surat yang dibawa oleh ‘Amr bin ‘Ash.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Raja-raja tersebut diajak masuk ke dalam Islam, dan Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya kepada mereka.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Mu’tah</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ketika Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam mengirim utusan kepada Amir ghassan, pangeran di bawah Heraclius, bertempat tinggal di Busra dekat Damaskus. Utusan Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam ini ditolak secara kasar oleh raja itu, dan kemudian dibunuh. Perbuatan yang melanggar hukum internasional ini, menyebabkan timbulnya peperangan antara pasukan Islam dengan pasuka Romawi. Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam kemudian mengirimkan satu pasukan yang terdiri dari 3000 orang di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah. Tentara Romawi yang berada di Syiria yang jumlahnya mencapai 200.000 orang itu telah mendengar gerakan tentara Islam itu, segera menyongsong mereka. Di suatu tempat yang bernama Mu’tah bertemulah kedua pasukan itu. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 8 H. Karena kekuatan musuh terlalu besar, maka tentara Islam mengundurkan diri dari peperangan. Gugur dalam peperangan ini Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Tentara yang masih tinggal dipimpin oleh Khalid bin Walid dan kembali ke Madinah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Kaum Quraisy melanggar perjanjian dan terjadinya Fat-hu Makkah (Penaklukkan kota Makkah)</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam tahun itu juga (8 H) orang-orang Quraisy menyerang Bani Khuza’ah sekutu kaum muslimin. Padahal menurut perjanjian antara kedua belah pihak tidak boleh ada penyerangan, termasuk penyerangan terhadap sekutu masing-masing. Maka tindakan orang Quraisy menyerang Bani Khuza’ah adalah pembatalan terhadap perjanjian yang sudah disepakati. Memerangi sekutu kaum muslimin sama saja memerangi kaum muslimin sendiri. Akhirnya pada tanggal 10 Ramadhan 8 H, berangkatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan 10.000 orang laki-laki menuju Makkah. Orang Quraisy yang mendengar berita pasukan besar pimpinan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi gemetar ketakutan dan putus asa. Akhirnya Abu Sufyan, pemimpin Quraisy pergi menemui Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyerah dan menyatakan keislamannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian memerintahkan pasukannya memasuki kota Makkah dari empat jurusan. Dengan demikian Makkah jatuh ke dalam kekuasaan kaum muslimin tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan berhala-berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dihancurkannya. Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke Makkah, ketika itu di sekeliling Ka’bah ada 360 patung, maka Beliau hancurkan dengan tongkat yang ada di tangannya, sambil mengatakan,</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"><span dir="RTL"></span>« جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، جَاءَ الْحَقُّ ، وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ » . </span><span dir="LTR" style="font-family: Calibri, sans-serif;"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">“Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Kebenaran telah datang dan kebatilan tidak akan muncul dan kembali lagi.” (HR. Bukhari)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang-orang Quraisy yang dahulu mengejar-ngejar dan menyakiti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sekarang berkerumun di sekeliling Beliau laksana sekumpulan para tawanan yang sedang menunggu keputusan terakhir. Berkatalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kepada bekas musuh-musuhnya itu, “Wahai kaum Quraisy, tindakan apa menurut kamu yang akan aku ambil terhadap kamu sekalian?” Mereka menjawab, “Kebaikan, (engkau) saudara yang baik dan putera saudara yang baik.” Beliau pun berkata, “Sesungguhnya aku akan mengatakan kepada kalian seperti kata-kata Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Pada hari ini tidak ada cercaan bagimu. Pergilah, kalian semua bebas.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan demikian, padamlah api permusuhan selama bertahun-tahun antara kaum Quraisy dan kaum muslimin pada hari yang bersejarah itu.</span></span></div>
<div class="MsoBlockText" style="background-color: white; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Wallahu a'lam</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: Calibri, sans-serif;">, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</span></i><span style="color: black; font-family: Calibri, sans-serif;"></span></span></div>
<div align="right" class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Marwan bin Musa</span></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: medium; line-height: 20px; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maraji': </span></i></b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Al Qur'anul Karim </span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">(Terj. DEPAG bagian mukadimah)<i>, Ar Rahiiqul Makhtum </i>(Syaikh Shafiyyurrahman)<i>, Tafsir Ibnu Katsir, dll.</i></span></span>Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-58511577477438515732017-01-01T20:05:00.001-08:002017-01-01T20:05:20.744-08:00Kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 7<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Rongrongan kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang Quraisy sejak permulaan Islam, sudah berusaha keras untuk memusnahkan Islam. Tiga belas tahun lamanya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwah di Makkah mendapatkan perlawanan yang sengit dari mereka. Sedangkan pengikut-pengikutnya waktu itu disiksa di luar perikemanusiaan. Oleh sebab itu Beliau berhijrah ke Madinah, daerah yang cocok untuk mengembangkan Islam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Meskipun kaum muslimin sudah meninggalkan Makkah, kaum Quraisy masih saja memusuhinya dan bertekad untuk menghancurkannya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah hanya sebagai pemimpin agama saja, bahkan lebih dari itu Beliau adalah pemimpin untuk suatu masyarakat yang sedang membangun suatu negara yang berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran hakiki. Oleh karena itu, Beliau berkewajiban membela masyarakat itu dari setiap rongrongan yang membahayakannya. Untuk tugas ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan ayat yang mengizinkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya mengangkat senjata guna membela diri. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"> </span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span>“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.”</span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> (QS. Al Hajj: 39)</span></span><br /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="color: #2361a1;"></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Inilah ayat yang pertama kali turun mengenai peperangan. Dari ayat ini kita mengetahui bahwa jihad disyari’atkan untuk membela diri dan membela dakwah ketika dihalangi.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Badar</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan turunnya ayat di atas (Al Hajj: 39), Mulailah Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam membentuk pasukan. Dikirimnya pasukan kecil (disebut sariyyah) dan terkadang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ikut berangkat (disebut ghazwah) untuk menghadang kaum kafir Quraisy yang hendak melakukan perjalanan ke Syam untuk berdagang, akhirnya kaum kafir Quraisy pun merasakan ketidakamanan untuk mengadakan perjalanan ke sana. Pernah suatu ketika kafilah dagang Quraisy pulang dari Syam membawa hasil dagangannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat bersama 300 lebih sahabatnya bersiap-siap menghadangnya, hal ini pun diketahui oleh kafilah Quraisy tersebut yang dipimpin Abu Sufyan, maka ia pun mengirim seseorang untuk pergi ke Makkah memberitahukan hal ini, sekaligus meminta bantuan mereka. Akhirnya kaum kafir Quraisy pun menyiapkan pasukan untuk melawan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, mereka terdiri dari 1000 orang. Setelah mengetahui kaum Quraisy keluar, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermusyawarah dengan para sahabatnya, dan semua sepakat untuk melawan orang-orang kafir. Di pagi hari Jum’at tanggal 11 Ramadhan tahun ke 2 H, kedua kelompok saling berhadapan dan terjadilah perang Badar. Kemenanangan diperoleh oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya dengan 14 orang gugur sebagai syahid. Sedangkan dari kaum musyrikin telah tewas 70 orang dan 70 lainnya ditawan. Setelah perang Badar, kaum muslimin kembali ke Madinah dengan gembira atas pertolongan Allah dengan membawa para tawanan dan ghanimah (harta rampasan perang). Di antara para tawanan ada yang menebus dirinya, ada juga yang dilepaskan tanpa tebusan dan ada juga yang menebus dirinya dengan mengajarkan baca-tulis kepada 10 orang anak muslim.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Uhud</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang Quraisy merasakan kekalahan perang Badar itu sebagai pukulan yang besar atas mereka. Karena itu mereka bertekad untuk mengadakan pembalasan. Maka disiapkanlah perbekalan yang cukup dan tentara dengan senjata yang lengkap berjumlah tidak kurang dari 3000 orang. Turut membantu orang-orang Quraisy ini beberapa kabilah Arab lain seperti Arab Kinanah dan Tihamah. Pada pertengahan bulan Sya’ban tahun ke 3 H, berangkatlah pasukan kaum musyrikin ini menuju Madinah. Setelah Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mendengar gerakan musuh ini, Beliau pun keluar ke kota Madinah dengan kekuatan 1000 orang untuk menghadang musuh yang menyerang. Tetapi baru saja Beliau berangkat, keluarlah dari barisan segolongan kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay, jumlahnya 300 oorang. Laskar yang masih setia kepada Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam terus berangkat bersama Beliau shallalllahu 'alaihi wa sallam, jumlahnya 700 orang.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di kaki gunung Uhud yang terletak di sebelah utara Madinah, bertemulah kedua pasukan. Mula-mula kaum muslimin menguasai jalan pertempuran itu, akan tetapi karena ada di antara mereka yang tidak disiplin, maka berubahlah keadaannya; regu pemanah banyak yang turun dari bukit meninggalkan posisinya, karena melihat ghanimah sudah di depan mata. Ketika regu pemanah sudah turun, pasukan musyrikin kembali berputar dari arah lain dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih kafir, akibatnya kaum muslimin terkepung dari depan maupun belakang, pasukan kaum muslimin pun terpecah belah. Dalam pertempuran itu Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam terluka; gigi seri Beliau patah dan kepala Beliau terluka. Betapa pun demikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kesabarannya berkata, “<i>Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.</i>”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ketika itu kaum musyrikin sempat berkerumun di sekitar Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam, yang pada waktu itu Beliau didampingi oleh beberapa orang Anshar. Saat orang-orang musyrikin menemukan Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau bersabda, “<i>Siapa yang siap menghadapi musuh?”</i>, maka Thalhah berkata, “Saya”, namun yang maju pertama adalah orang lain dari kalangan Anshar, satu persatu dari mereka terbunuh, sehingga tinggallah Thalhah, maka Thalhah pun maju bertempur. Pada pertempuran itu, Thalhah mengalami luka-luka hingga 35 atau 39 luka.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ketika itulah Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda,</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِي عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ</span><span lang="AR-SA"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span>“Barang siapa yang ingin melihat orang yang syahid, namun masih berjalan di muka bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam situasi genting ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan pertolongan-Nya. Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan dari Sa’ad, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam pada peperangan Uhud, didampingi oleh dua orang yang bertempur dengan hebat melindungi Beliau dengan mengenakan pakaian putih. Sebelumnya dan sesudahnya aku belum pernah melihatnya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa keduanya adalah malaikat Jibril dan Mika’il.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di akhir pertempuran, kaum muslimin berkumpul kembali ke hadapan Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam setelah terpecah belah, lalu Beliau menarik pasukan ke celah bukit.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam peperangan ini gugur 70 orang dari kaum muslimin. Gugur pula paman Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam Hamzah bin Abdul Muththalib radhiyallahu 'anhu. Kaum muslimin mendapatkan pengalaman yang tidak sedikit dari peperangan ini, walaupun mereka pada lahirnya menderita kekalahan. Mereka berusaha untuk mendapatkan kembali kedudukan mereka semula.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Perang Ahzaab</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Sementara itu orang-orang non muslim, semakin giat bekerja sama dengan orang-orang Quraisy untuk menyempurnakan kemenangan yang mereka capai. Terutama sekkali orang-orang Yahudi yang ada di Madinah. Orang yahudi Bani Nadhir melakukan percobaan pembunuhan atas diri Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam. Usaha mereka gagal, dan mereka kemudian diusir dari Madinah. Tetapi mereka menggabungkan diri dengan kaum Quraisy untuk menggempur kaum muslimin di Madinah. Pada bulan Syawwal tahun ke-5 H, berhimpunlah laskar Al Ahzab (para sekutu) yang terdiri dari kaum Quraisy, Ghatfan, Bani Salim, Bani Asad, Bani Murrah, Bani Asyja’ dan orang Yahudi Bani Nadhir. Laskar ini kira-kira berjumlah 10.000 orang memanggul senjata dan menyerbu kota Madinah. Dalam peperangan ini, posisi kaum muslimin membela dan mempertahankan diri.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam lalu bermusyawarah dengan para sahabatnya, maka Salman Al Farisi menyarankan untuk menggali parit di sebelah utara kota Madinah. Kaum muslimin segera membuat parit yang dalam dan lebar, dan dalam waktu singkat mereka dapat menyelesaikannya. Bagian kota yang lain, mereka jaga dengan rapi dan kuat, rumah-rumah dihubungkan dan lorong-lorong ditutup, sehingga kota Madinah merupakan sebuah benteng. Ketika tentara Ahzab tiba di pinggir kota Madinah, mereka tidak dapat menyeberangi parit (Khandaq) karena selalu dihujani panah oleh kaum muslimin. Pihak penyerang berusaha menembus garis-garis pertahanan lainnya, tetapi selalu dapat digagalkan. Lebih dari dua puluh hari lamanya mereka mengepung Madinah, sehingga kaum muslimin menderita kekurangan makanan. Pada saat yang kritis inilah, orang Yahudi Bani Quraizhah yang masih menjadi warga kota madinah, melakukan pengkhianatan terhadap kaum muslimin dari dalam sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Saat kondisi seperti ini datanglah kepada Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam Nu’aim bin Mas’ud Al Anshariy radhiyallahu 'anhu dari Bani Ghatfan, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sudah masuk Islam, sedangkan kaumku tidak mengetahui tentang keislamanku, maka perintahkanlah kepadaku apa yang engkau mau.” Maka Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kamu hanya seorang saja, maka patahkanlah semangat mereka untuk membela kami semampumu, karena perang adalah tipu daya.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Segeralah Nu’aim pergi ke Bani Quraizhah, ia adalah kawan mereka di masa jahiliyyah, ketika Nu’aim menemui mereka ia berkata, “Kalian sudah mengetahui rasa cinta dan hubunganku dengan kalian,” mereka menjawab, “Ya.” Nu’aim berkata, “Sesungguhnya orang-orang Quraisy tidak sama seperti kalian, negeri ini adalah negeri kalian, di sana terdapat harta, anak dan istri kalian. Kalian tidak bisa lagi pindah ke tempat lain, sedangkan orang-orang Quraisy dan Ghatfan datang untuk memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalian sudah menolong orang-orang Quraisy, menolong negeri mereka, harta dan istri mereka. Jika mereka (orang-orang Quraisy) mendapatkan apa yang mereka inginkan, niscaya mereka langsung menggunakan. Namun jika tidak, mereka akan kembali ke negeri mereka, meninggalkan kalian dan membiarkan begitu saja Muhammad, akhirnya dia (Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam) akan balas dendam kepada kalian.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Lalu mereka berkata, “Kalau begitu, apa yang kami harus lakukan wahai Nu'aim?”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Nu’aim berkata, “Janganlah berperang bersama mereka sampai mereka mau memberikan jaminan kepada kalian.” Mereka pun berkata, “Sungguh tepat sekali pendapatmu.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Nu’aim pun pergi kepada orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka, “Kalian sudah mengetahui rasa cinta dan sayangku kepada kalian?” Mereka menjawab, “Ya.” Nu’aim berkata, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi sekarang menyesali sikap mereka melanggar perjanjian dengan Muhammad dan para sahabatnya, sekarang mereka sudah mengirim surat kepada Muhammad bahwa mereka akan mengambil jaminan dari kalian yang akan mereka serahkan kepada Muhammad, lalu mereka bela dia untuk melawanmu. Oleh karena itu, jika mereka meminta jaminan kepada kalian, janganlah diberikan.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Nu’aim juga pergi ke Bani Ghatfan dan mengatakan hal yang sama. Ketika tiba malam Sabtu, mereka mengirimkan utusan kepada orang-orang Yahudi dan berkata, “Sesungguhnya kami tidak memiliki kedudukan di negeri ini dan makanan sudah habis, maka bangkitlah bersama kami mengalahkan Muhammad,” orang Yahudi pun mengirim seseorang memberitahukan, “Bahwa hari ini adalah hari sabtu, kalian sudah mengetahui tentang hal yang menimpa orang-orang sebelum kami ketika mereka melanggar hari itu. Namun demikian, kami tidak akan berperang bersama kalian, sampai kalian mau memberikan jaminan kepada kami.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ketika utusan itu memberitahukan demikian, maka orang-orang Quraisy dan Ghatfan berkata, “Demi Allah, benar sekali kamu wahai Nu’aim.” Mereka pun mengirim orang untuk memberitahukan orang-orang Yahudi, “Sesungguhnya kami, demi Allah, tidak akan mengirim seorang pun kepada kalian. Oleh karena itu, keluarlah bersama kami untuk mengalahkan Muhammad.” Maka orang Yahudi bani Quraizhah berkata, “Demi Allah, benar sekali kata-katamu hai Nu’aim.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Akhirnya kedua kelompok itu pun saling meninggalkan yang lain dan terjadilah keretakan pada barisan mereka, semangat pun menjadi kendor.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dan memang wajar hal itu terjadi, karena kaum Ahzab terdiri dari golongan yang tidak sama tujuan dan kepentingan, masing-masing juga ingin merebut kepemimpinan. Pada waktu yang tepat ini, Allah pun menurunkan hujan lebat di malam hari dan angin yang kencang kepada pasukan Ahzab itu yang menyapu bersih kemah-kemah dan perbekaan mereka serta mengkocar-kacirkan pasukan-pasukannya. Masing-masing golongan dari para penyerang itu, pulang ke negerinya tanpa membawa hasil apa-apa. Allah mengabulkan doa nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam saat Beliau berdoa, <i>“Ya Allah yang menurunkan kitab dan cepat hisab-Nya, hancurkanlah tentara Ahzab. Ya Allah, hancurkan dan goyanglah mereka.”</i></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam peperangan ini, gugur sebagai syuhada enam orang, di antaranya Sa’ad bin Mu’adz akibat luka yang dideritanya. Dia meninggal setelah menjatuhkan hukuman kepada Bani Quraizhah. Di pihak kaum musyrikin jatuh korban tiga orang. </span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Cerita tentang Ahzab ini disebutkan dalam Al Qur’an di surat Al Ahzab. Setelah peperangan ini, masuklah ke dalam agama Islam dua orang pemimpin Quraisy; ‘Amr bin ‘Aash dan Khalid bin Walid.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBlockText" style="background-color: white; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Wallahu a'lam</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: Calibri, sans-serif;">, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</span></i><span style="color: black; font-family: Calibri, sans-serif;"></span></span></div>
<div align="right" class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Marwan bin Musa</span></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: medium; line-height: 20px; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maraji': </span></i></b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Al Qur'anul Karim </span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">(Terj. DEPAG bagian mukadimah)<i>, Ar Rahiiqul Makhtum </i>(Syaikh Shafiyyurrahman)<i>, Sunan At Tirmidzi, dll.</i></span></span>Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-73170090396707844152017-01-01T20:04:00.001-08:002017-01-01T20:04:27.294-08:00Kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 6<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Ada dua kekuatan yang hendak memadamkan cahaya Islam di Madinah, yaitu dari dalam dan dari luar. Dari dalam adalah orang-orang Yahudi dan kaum munafik, sedangkan dari luar adalah kaum kafir Quraisy dengan sekutunya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Penggerogotan orang-orang Yahudi</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang Yahudi sudah sejak lama hidup di Madinah. Orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah terdiri dari tiga golongan; Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Dengan ketiga golongan inilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengikat perjanjian, guna menjaga kesejahteraan dan keamanan kota Madinah. Bangsa Yahudi memandang bahwa diri mereka adalah kekasih Allah, dan kenabian hanyalah hak bagi orang Yahudi. Betapa sakitnya hati mereka ketika melihat agama Islam dibawa oleh orang yang bukan dari yahudi, kemudian agama itu berkembang sedemikian cepatnya.</span></span><br /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="color: #2361a1;"></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maka dengan diam-diam mereka berusaha memadamkan cahaya Allah ini, awalnya mereka tempuh dengan jalan berdebat. Dengan jalan perdebatan ini mereka kira akan dapat menyusupkan rasa keraguan ke dalam dada kaum muslimin, dengan demikian kaum muslimin akan meninggalkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Tipu muslihat mereka semacam ini telah disebutkan dalam Al Quran sebagai berikut:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span dir="LTR"></span><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span dir="LTR"></span>“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftn1" name="_ftnref1" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black;">[1]</span></span></span></a>. Sesungguhnya Allah MahaKuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 109)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Usaha-usaha mereka untuk hendak menjatuhkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melalui perdebatan itu tidak berhasil. Bahkan kepalsuan mereka akhirnya dibongkar Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mereka mengadakan perdebatan bukan untuk mencari kebenaran, tetapi hanya ingin menjatuhkan Beliau semata-mata. Kedudukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun semakin kuat, pengikut Beliau pun semakin banyak karena dapat menunjukkan kebenaran risalah Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Orang Yahudi kemudian menempuh jalan yang tidak sah, yaitu jalan kekerasan. Mereka mengadakan keonaran, menghasut serta memprovokasi di kalangan penduduk Madinah, dan orang-orang Yahudi yang pertama kali merusak perjanjian adalah Yahudi Bani Qainuqa’. Mereka berani menampakkan permusuhan dan melanggar perjanjian.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berhasil mengalahkan orang-orang Quraisy pada perang badar dan tiba di Madinah, Beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’, lalu bersabda, “Wahai kalangan Yahudi! Masuk Islamlah sebelum kalian mengalami hal yang dialami kaum Quraisy.” Namun mereka balik menjawab, “Wahai Muhammad! Janganlah kamu terpedaya hanya karena bisa mengalahkan segolongan orang-orang Quraisy, mereka bukanlah orang-orang yang ahli bahkan tidak mengenal cara berperang, jika anda coba melawan kami, niscaya anda mengetahui siapa kami dan anda tidak pernah menjumpai orang yang seperti kami,” maka Allah menurunkan ayat,</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" dir="RTL" style="background-color: white; color: #222222; direction: rtl; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';">قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ--قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُم مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَن يَشَاء إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لَّأُوْلِي الأَبْصَارِ</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic';"> </span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Katakanlah kepada orang-orang yang kafir, "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam, dan itulah tempat yang seburuk-buruknya"---Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.</span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> (QS. Ali Imran: 12-13)</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Namun hadits di atas, menurut Syaikh Al Albani <i>rahimahullah</i> adalah dha'if isnadnya, wallahu a'lam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Karena sudah beberapa kali mereka menunjukkan sikap permusuhan kepada kaum muslimin, maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil tindakan tegas dengan orang-orang yahudi Bani Qainuqa’, yaitu dengan diusirnya mereka dari kota Madinah, peristiwa ini terjadi sehabis perang Badar.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Kira-kira setahun kemudian setelah peristiwa ini, orang-orang Yahudi Bani Nadhir melakukan pula pengkhianatan yang keji. Mereka mencoba melakukan pembunuhan atas diri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sewaktu Beliau dengan beberapa orang sahabat berkunjung ke perkampungan mereka untuk suatu keperluan. Hanya berkat pertolongan Allah, Beliau selamat dari makar ini. Komplotan para pengkhianat ini akhirnya terbongkar. Terhadap mereka, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjalankan hukuman yang serupa dengan saudara mereka yang dahulu Bani Qainuqa’, yaitu pengusiran dari Madinah. Hukuman ini sebenarnya sangat ringan dibanding kemungkinan yang bisa terjadi dari perbuatan mereka itu. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kejadian ini sebagai suatu nikmat atas Beliau dan para sahabatnya dalam Al Qur’an surat Al Ma’idah: 11.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pengusiran Bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke 4 Hijrah. Di antara orang Yahudi yang diusir itu ada yang menetap di Khaibar. Orang-orang Bani Nadhir ini sama sekali tidak merasakan belas kasihan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atas hukuman yang mereka alami. Bahkan mereka melanjutkan permusuhan terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka menghasut kabilah-kabilah Arab yang besar seperti Qurasiy dan Ghathfan serta kabilah-kabilah lainnya untuk bersama-sama memerangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya di Madinah. Hasutan mereka pun berhasil. Kedua kabilah itu dibantu oleh kabilah-kabilah lainnya termasuk bani Nadhir mengadakan persekutuan untuk kemudian bersama-sama menyerang kota Madinah. Peperangan ini dikenal dengan nama perang Al Ahzab yang artinya persekutuan golongan-golongan, terjadi pada tahun ke 5 H. peperangan ini adalah peperangan yang paling berat bagi kaum muslimin, karena mereka menderita kelaparan. Musuh-musuh mereka mengepung rapat kota Madinah. Pada saat yang kritis ini orang-orang Yahudi Bani Quraizhah pun mengkhianati kaum muslimin dari dalam. Pemimpin mereka Ka’ab bin Asad dihasut oleh pemimpin Bani Nadhir Huyay bin Akhthab dan diajaknya agar membatalkan perjanjian dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam serta menggabungkan diri ke Al Ahzab yang sedang mengepung Madinah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Berita pengkhinatan Bani Quraizhah ini menggemparkan kaum muslimin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam segera mengutus dua orang sahabatnya; Sa’ad bin Mu’adz kepala suku Aus dan Sa’ad bin Ubadah kepala suku Khazraj untuk pergi kepada bani Quraizhah agar menasehati mereka untuk tidak meneruskan pengkhinatan itu. Setibanya kedua utusan itu ke tempat kepala suku Bani Quraizhah Ka’ab bin Asad, keduanya segera menyampaikan pesan-pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi mereka ditolak dengan sikap kasar dan penuh keangkuhan serta kesombongan. Pengkhinatan pun terus dilakukan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Pengkhianatan Bani Quraizhah ini sangat menyusahkan kaum muslimin dan menakutkan hati mereka, karena orang Yahudi tersebut berada di dalam kota Madinah. Dengan pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta'aala pasukan sekutu itu bercerai-berai pulang kembali ke negeri mereka masing-masing tanpa membawa hasil apa-apa. Tinggallah sekarang Bani Quraizhah sendirian. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam beserta kaum muslimin segera membuat perhitungan dengan para pengkhianat ini. Setelah dua puluh lima hari lamanya mereka dikepung dalam benteng. Mereka mau menyerah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan syarat bahwa yang akan menjadi hakim atas perbuatan mereka adalah Sa’ad bin Mu’adz kepala suku Aus, lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menerima syarat itu. Setelah mempertimbangkan matang-matang, Sa’ad kemudian menjatuhkan hukuman mati; laki-laki mereka yang sudah baligh dibunuh, sedangkan wanita dan anak-anak mereka ditawan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Hukuman demikian adalah wajar bagi pengkhianat-pengkhianat masyarakat yang sedang dalam keadaan perang, lebih-lebih pengkhianatan itu dilakukan ketika musuh sedang melancarkan serangannya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dengan lenyapnya orang-orang Yahudi itu, berakhirlah riwayat mereka di kota Madinah, Umat Islam merasa aman dan tentram dalam kota Madinah. Mereka mendapatkan kesempatan seluas-luasnya menyusun dan membangun masyarakatnya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Penggerogotan orang-orang munafik</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di samping orang-orang Yahudi, ada pula satu golongan di kota Madinah yang selalu berusaha melemahkan perjuangan umat Islam. Mereka itulah orang-orang munafik. Ketuanya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia memiliki kedudukan sebagai kepala suku, yang selalu memimpikan akan menjadi raja di kota Madinah. Untuk kepentingan ini, ia kumpulkan orang-orang di sekelilingnya untuk dijadikan pengikutnya. Rencana itu akan dapat dilaksanakan jika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ada lagi. Usaha kaum munafik yang utama adalah menghalangi orang-orang masuk Islam. Mereka sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk bertindak terhadap kaum muslimin, karena penjagaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak henti-hentinya. Sikap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap golongan munafik ini sangat lunak tidak seperti orang-orang Yahudi. Beliau selalu berusaha memberikan pengajaran-pengajaran dan nasehat kepada mereka agar mereka suatu saat dapat insyaf dan beriman dengan iman yang sebenar-benarnya. Harapan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu terbukti setelah Abdullah bin Ubay meninggal, maka golongan munafik ini tidak tampak lagi di masyarakat Islam. Golongan munafik ini mengadakan hubungan baik dengan orang-orang Yahudi. Mereka pernah menjanjikan bantuan kepada Bani Quraizhah sewaktu mereka mengkhianati kaum muslimin. Untunglah bantuan ini tidak jadi mereka berikan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Di waktu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin kaum muslimin untuk menghadapi perang Uhud, golongan munafik ini keluar dari barisan kaum muslimin secara demonstratif untuk tidak mengikuti peperangan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam peristiwa Qishshatul ifki (cerita bohong) yang menyangkut pribadi Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, orang-orang munafik ini pula yang menjadi biangkeladinya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Banyak perbuatan-perbuatan mereka yang merugikan kaum muslimin. Namun demikian, Beliau tetap tidak mengadakan tindakan-tindakan terhadap kaum munafik ini; Beliau dengan penuh kesabaran dan harapan terus membimbing sampai mereka beriman dengan sebaik-baiknya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Dalam Al Qur’an, yaitu pada surat-surat yang diturunkan di Madinah, banyak diceritakan keadaan orang-orang munafik ini. Surat yang ke 63 bernama <i>Al Munafiqun</i>; menggambarkan sifat-sifat mereka itu.</span></span><br /><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Bersambung...</span></span></div>
<div class="MsoBlockText" style="background-color: white; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Wallahu a'lam</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: Calibri, sans-serif;">, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</span></i><span style="color: black; font-family: Calibri, sans-serif;"></span></span></div>
<div align="right" class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Marwan bin Musa</span></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: medium; line-height: 20px; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Maraji': </span></i></b><i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">Al Qur'anul Karim </span></i><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">(Terj. DEPAG bagian mukadimah)<i>, Ar Rahiiqul Makhtum </i>(Syaikh Shafiyyurrahman)<i>, Tafsir Ibnu Katsir, dll.</i></span></span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"> </span><br />
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><br clear="all" /></span><br /><hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText">
<span style="font-size: medium;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2668292995432298669#_ftnref1" name="_ftn1" style="color: #2361a1; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></span></span></a><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"> Yakni izin memerangi dan mengusir orang-orang Yahudi.</span></span></div>
</div>
</div>
Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5446532780272068575.post-4578105513961915552017-01-01T20:03:00.003-08:002017-01-01T20:03:45.844-08:00Kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 5<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Yatsrib menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam)</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas dan sangat panas, akhirnya pada hari Senin kira-kira tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun 1 Hijrah, tibalah Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam di Quba’, sebuah tempat kira-kira 10 kilometer jauhnya dari Yatsrib. Selama empat hari beristirahat, Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mendirikan sebuah masjid, yaitu masjid Quba’. Inilah masjid yang pertama kali didirikan dalam sejarah Islam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Pada hari Jum’at 12 Rabi’ul Awwal tahun 1 Hijrah, Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam, Abu bakar dan Ali bin Abi Thalib memasuki kota Yatsrib dengan mendapatkan sambutan hangat, penuh kerinduan dan rasa hormat dari penduduknya. Pada hari itu juga, Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam mengadakan shalat Jum’at yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliau berkhutbah di hadapan kaum muslimin (Muhajirin dan Anshar). Sejak ini Yatsrib berubah namanya menjadi Madinatun Nabi artinya “Kota Nabi”, yang selanjutnya disebut <b><i>Madinah</i></b>.</span></span><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="color: #2361a1;"></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Setelah menetap di Madinah, barulah Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam memulai rencana mengatur siasat dan membentuk masyarakat Islam, yang bebas dari ancaman dan tekanan, mempertalikan hubungan kekeluargaan antara Anshar (penduduk Madinah) dan Muhajirin (penduduk Makkah yang hijrah ke Madinah), mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslimin dengan orang-orang bukan Islam, dan menyusun siasat, ekonomi, sosial serta dasar-dasar Negara Islam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Gerak Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam di Madinah bersifat dua segi: <i>Pertama</i>, membina masayarakat Islam. <i>Kedua</i>, memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><b><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam membina masyarakat Islam</span></b></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Dalam membina masyarakat Islam di Madinah, usaha-usaha pokok yang pertama dilakukan Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam antara lain:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Mendirikan masjid</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Beliau dahulukan mendirikan bangunan masjid, sebelum mengerjakan bangunan-bangunan lainnya selain rumah tempat kediaman Beliau sendiri, karena masjid memiliki potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan mereka lahir dan batin untuk membina masayarakat Islam di atas semangat tauhid. Di dalam masjid Beliau mengajarkan tauhid dan pokok-pokok agama Islam kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Di dalam masjid kaum muslimin dapat mengerjakan ibadah shalat berjamaah, dapat bertemu, bermusyawarah untuk merundingkan masalah-masalah yang bersama-sama mereka hadapi.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka, dipererat oleh Beliau dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar, karena kaum Anshar telah menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhatikan keuntungan-keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azza wa Jalla. Abu bakar Beliau persaudarakan dengan Haritsah bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib Beliau persaudarakan dengan Mu’adz bin jabal, dan Umar bin Khaththab Beliau persaudarakan dengan ‘Itbah bin Malik. Begitu seterusnya setiap orang dari kaum Anshar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin, dan persaudaraan itu hukumnya sebagai saudara kandung dan mereka dapat saling mewarisi setelah wafatnya, hingga tiba perang Badar Allah menghilangkan “saling mewarisi” (lihat QS. Al Anfal: 75) namun tetap tidak menghilangkan persaudaraan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, Beliau mempersaudarakan antara Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Ar Rabi’. Lalu Sa’ad bin Ar Rabi’ berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf, “Sesungguhnya saya orang Anshar yang paling banyak hartanya, marilah kita bagi menjadi dua bagian. Saya pun memiliki dua istri, maka silahkan siapa wanita yang kamu sukai agar aku ceraikan. Jika telah selesai ‘iddahnya maka nikahilah.” Lalu Abdurrahman berkata, “Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu, di manakah pasar?” maka Sa’ad pun menunjukkan pasar bani Qainuqa’. Setiap kali Abdurrahman pulang dari pasar, ia membawa kelebihan makanan aqith dan samin dst. Sehingga pada suatu ketika Abdurrahman bin ‘Auf datang dengan tampak bekas kuning di dahinya, lalu Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimanakah keadaanmu sekarang?” Abdurrahman menjawab, “Saya sudah menikah.” Beliau bertanya lagi, “Berapa mahar yang kamu berikan?” Abdurrahman menjawab, “Emas sebesar biji.”</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Di tempat yang baru itu, sebagian dari mereka ada yang hidup berdagang dan ada yang hidup bertani.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Sedangkan untuk segolongan orang Arab yang menyatakan masuk Islam dalam keeadaan miskin disediakan tempat tinggal di bagian masjid yang kemudian dikenal dengan nama <i>As-habus Shuffah</i>. Keperluan hidup mereka dipikul bersama oleh Muhajirin dan Anshar yang telah berkecukupan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Untuk mewujudkan suasana tentram dan aman di kota yang baru, Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam membuat perjanjian damai dengan orang-orang yahudi yang tinggal di dalam dan di sekeliling kota Madinah. Dalam perjanjian ini ditetapkan hak kemerdekaan setiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya. Inilah salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam sebagai seorang ahli politik yang ulung.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Di antara isi perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam dengan kaum yahudi itu antara lain:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Bahwa kaum Yahudi dengan kaum mukminin adalah satu umat, kedua belah pihak bebas menjalankan agamanya masing-masing.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Orang-orang Yahudi yang memikul belanja mereka sendiri, dan orang-orang muslim juga yang memikul belanja mereka sendiri.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib bergotong royong, melawan siapa saja yang memerangi mereka,</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasihat-menasihati, tolong-menolong dan melaksanakan kebajikan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Seseorang tidaklah disalahkan karena kesalahan sekutunya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Orang yang terzalimi wajib dibela.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Orang-orang yahudi bersatu dengan kaum mukmin selama mereka dalam kondisi perang.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dihormati.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Kalau terjadi perselisihan di antara kaum Yahudi dan kaum Muslimin, sekiranya dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Orang-orang Quraisy tidak boleh dibela, juga tidak boleh dibela orang-orang yang membelanya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Mereka harus sama-sama melawan orang yang menyerang Madinah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;">-<span style="font-family: "times new roman"; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Hanya orang zalim atau berdosa saja yang berani menentang perjanjian ini.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Perjanjian politik yang dibuat Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam, menjamin kemerdekaan beragama dan mengakui hak asasi manusia. Perjanjian yang dibuat oleh Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam ini merupakan peristiwa baru dalam dunia politik dan peradaban, sebab waktu itu di berbagai pelosok bumi, masih berlaku perampasan hak asasi manusia.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm 6pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Meletakan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam</span></i></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Karena masyarakat Islam sudah terwujud, maka sudah tiba saatnya bagi Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam, baik di lapangan politik, ekonomi, sosial maupun lainnya. Di Madinah inilah turun wahyu yang mengandung perintah berzakat, berpuasa dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pelanggaran, jinayat (pidana), dll. Ayat-ayat yang turun dalam periode Madinah ini sebagian besarnya berkaitan dengan pembinaan hukum Islam. Di antara ayat-ayat yang belum jelas dan belum rinci, maka diperjelas dan dirincikan oleh Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam dalam Sunnahnya baik dengan perkataan maupun perbuatan Beliau. Maka timbullah daripadanya dua sumber hukum Islam, yaitu <i>Al Qur’an</i> dan <i>As Sunnah</i>.</span></span></div>
<div class="MsoBlockText" style="background-color: white; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoBlockText" style="background-color: white; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: medium;"><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Wallahu a'lam</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: "calibri" , sans-serif;">, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</span></i><span style="color: black; font-family: "calibri" , sans-serif;"></span></span></div>
<div align="right" class="MsoBodyTextIndent" style="background-color: white; color: #222222; font-family: 'Segoe UI', Arial; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 6pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Marwan bin Musa</span></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "segoe ui" , "arial"; font-size: medium; line-height: 20px; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Maraji': </span></i></b><i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">Al Qur'anul Karim </span></i><span style="font-family: "calibri" , sans-serif;">(Terj. DEPAG bagian mukadimah)<i>, Ar Rahiiqul Makhtum </i>(Syaikh Shafiyyurrahman)<i>, Tafsir Ibnu Katsir, dll.</i></span></span>Abu Fathanhttp://www.blogger.com/profile/07101242717236182432noreply@blogger.com0