Setiap orang tahu, kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Walaupun.. tidak setiap orang menyadarinya. Akhir hayat yang indah selalu jadi dambaan. Walaupun.. yang mendambakan kadang tidak mengusahakan. Dan kita semua menginginkan surge. Tahukah Anda bagaimana gambaran surga itu?
Surga selalu jadi cerita indah. Penghuninya duduk-duduk di dipan bertahtakan emas. Bertelekan berpandangan dengan kekasih. Mereka dilayani anak-anak muda; membawa gelas, cerek, dan minuman dari sungai-sungainya. Buah-buahannya landai mendekat. Daging-daging jadi hidangan lezat untuk disantap. Kekasih mereka adalah bidadari yang terjaga. Bagaikan intan dan mutiara. Usia bidadari itu sebaya dan penuh cinta. Di dunia manusia lelah dengan pertengkaran dan keributan. Alangkah damainya surga, karena para penghuninya tidak pernah mendengar ucapan yang sia-sia. Tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa.
Di surga, ada pohon bidara tak berduri. Dan pohon pisang yang buahnya tersusun rapi. Ada naungan yang terbentang luas. Ada aliran sungai yang tercurah. Buah-buahannya banyak, tidak terhenti, tidak mengenal musim. Kasur-kasurnya tebal lagi empuk. Itulah balasan bagi mereka golongan kanan. Mereka yang berbuat kebajikan semasa hidup di dunia.(1)
Aah.. betapa indahnya surga.. Mudah-mudahan Allah anugerahkan kita untuk memasukinya.
Surga yang indah dan damai itu memiliki delapan pintu. Nabi kita ﷺ telah mengabarkan tentang hal itu.
عن عبادة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “مَنْ قَالَ: أَشْهَدُ أَنّ لاَ إِلَهَ إِلاّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنّ مُحَمّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنّ عِيسَىَ عَبْدُ اللّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنّ الْجَنّةَ حَقّ، وَأَنّ النّارَ حَقّ، أَدْخَلَهُ الله مِنْ أَيّ أَبْوَابِ الْجَنّةِ الثّمَانِيَةِ شَاءَ”.
Dari Ubadah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan tiada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, Isa adalah hamba Allah dan anak dari ibunya (Maryam), ia adalah kalimat dan Ruh dari-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, bersaksi bahwa surga benar adanya, dan neraka benar adanya, maka Allah akan masukkan dia dari delapan pintu surga yang mana saja yang Dia kehendaki.” (HR. Bukhari).
Delapan pintu surga itu adalah: (1) Pintu Shalat, (2) Pintu Sedekah, (3) Pintu Jihad, (4) Pintu Rayyan, (5) Pintu al-Ayman, (6) Pintu al-Kazhimina al-Ghaizha wa al-Afina ‘an an-Nas. Mengenai pintu sisanya para ulama berbeda pendapat. Pendapat-pendapat mereka didasarkan pada isyarat dari nash syariat. Yaitu: Pintu Taubat, Pintu Dzikir, Pintu Ridha, Pintu Ilmu, atau Pintu Haji.
Setiap pintu ini akan memanggil orang-orang yang memiliki keistimewaan dalam amalan tersebut. Barangsiapa yang banyak melaksanakan shalat, selain yang wajib, maka pintu shalat akan memanggilnya. Demikian juga dengan pintu-pintu yang lain. Hanya orang-orang yang amalannya istimewa dan luar biasa yang akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut.
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من أنفق زوجين في سبيل الله نودي من أي أبواب الجنة يا عبد الله هذا خير، فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصيام دعي من باب الريان، ومن كان من أهل الصدقة دعي من باب الصدقة.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa termasuk orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa termasuk orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyaan. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bershadaqah, maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah sepakat dengan nama-nama empat pintu surga di atas, para ulama berbeda pendapat tentang nama-nama berikutnya
عن أبي هريرة في حديث شفاعة النبي صلى الله عليه وسلم وفيه: فيقال: يا محمد أدخل الجنة من أمتك من لا حساب عليه من باب الأيمن من أبواب الجنة، وهم شركاء الناس فيما سوى ذلك من الأبواب.
Dari Abu Hurairah, dalam hadits tentang syafaat Nabi ﷺ dikatakan, “Wahai Muhammad, suruhlah umatmu (yaitu) orang-orang yang tidak dihisab untuk masuk ke dalam surga melalui pintu al-Ayman yang merupakan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
عن الحسن مرسلاً: إن لله باباً في الجنة لا يدخله إلا من عفا عن مظلمة.
Dari al-Hasan secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.” (HR. Ahmad).
Kemudian nama pintu berikutnya ada yang mengatakan adalah Pintu Haji dikarenakan haji termasuk ibadah yang agung dan bagian dari rukun Islam. Kemudian Pintu Dzikir atau Pintu Ilmu atau Pintu Taubat.Al-ilmu ‘indallah..
Tidak diragukan lagi, Abu Bakar adalah sahabat Nabi ﷺ yang paling mulia. Ia adalah manusia paling mulia setelah para nabi dan rasul. Umat Muhammad ﷺ yang paling dalam ilmunya, paling kuat tekadnya dalam berjihad, paling bertakwa, dan paling banyak amalannya.
“Rasulullah ﷺ memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Aku berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah ﷺ bertanya, ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Kujawab, ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ lalu bertanya, ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata, ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’.” (HR. Tirmidzi).
“Ketika Nabi ﷺ wafat, dan Abu Bakar menggantikannya. Banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah ﷺ bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan laa ilaaha illallah. Barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’
Abu Bakar berkata, ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah ﷺ, akan kuperangi dia’. Umar berkata, ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran’.” (HR. Bukhari dan Mulim).
“Aku pernah duduk di sebelah Nabi ﷺ. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi ﷺ sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi ﷺ berkata, ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah’.
Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’.
Nabi ﷺ lalu berkata, ‘Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar (sebanyak tiga kali)’. Tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, ‘Apakah di dalam ada Abu Bakar?’ Namun keluarganya menjawab, tidak. Umar segera mendatangi Rasulullah ﷺ. Sementara wajah Rasulullah ﷺ terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah (sebanyak dua kali)’. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ‘Engkau pendusta wahai Muhammad’. Sementara Abu Bakar berkata, ‘Engkau benar wahai Muhammad’. Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku? (sebanyak dua kali)’. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti’.” (HR. Bukhari).
Nabi ﷺ menjawab, “Ada. Dan aku berharap engkau termasuk dari mereka wahai Abu Bakar.” (HR. Bukhari, No. 3666).
Subhanallah… Abu Bakar mengganggap mudah bagi seseorang untuk dipanggil dari satu pintu surga. Beliau mengucapkan ini bukan karena sombong dan menganggap remeh. Namun itulah standar beliau. Menurut Abu Bakar, apabila seseorang hanya fokus pada satu amalan saja dalam mengisi hari-hari kehidupannya, maka itu adalah hal mudah. Seseorang yang fokus hanya memperbanyak ibadah shalat saja, atau sedekah saja, atau puasa saja. Itu adalah sesuatu yang ringan dalam pembagian waktunya menurut Abu Bakar. Sehingga beliau bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang yang lebih hebat lagi. Tentang yang lebih tinggi lagi kedudukannya. Dan ternyata beliau adalah orangnya. Nabi ﷺ langsung yang mengabarkan kepadanya.
Semoga Allah ﷻ mengumpulkan kita bersama Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya di surga kelak.
Oleh Nurfitri Hadi
===================================================
Seseorang yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiwa, namun sudah mendapatkan jaminan akan suatu pekerjaan dengan gaji di atas rata-rata setelah menyelesaikan studinya adalah dambaan banyak orang, bahkan tidak tidak berlebihan jika sebagian dari masyarakat akan menyematkan gelar "orang yang sukses", baik dalam belajar maupun pekerjaannya. Kondisi ini pasti membanggakan dan membahagiakan, padahal ini baru urusan dunia dan memberikan janji juga manusia yang bisa saja berubah sesuai kondisi.
Lalu bagaimanakah jika hal itu berkait dengan kehidupan akhirat? Adakah ketenangan, kebahagiaan, bahkan kesuksesan seseorang yang melebihi ketenangan, kebahagiaan dan kesuksesan orang yang telah dijanjikan untuk masuk ke dalam surga Allâh Azza wa Jalla setelah kematiannya? Sangatlah pantas jika orang yang telah mendapatkan janji tersebut akan semakin rindu untuk bertemu dengan Rabb yang menciptakannya, serta menganggap dunia ini hanya tempat yang bersifat sementara.
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa sahabat Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu anhu bercerita, beliau pernah berwudlu di rumahnya, kemudian keluar sambil berkata: "Aku akan melewatkan hari ini untuk menemani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ", beliau pun bergegas pergi ke masjid dan menanyakan keberadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , orang-orang menjawab, "Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar ke arah sana." Abu Musa Radhiyallahu anhu mengatakan,"Maka aku pun berjalan ke arah tersebut hingga beliau masuk ke dalam sumur di kebun Aris, aku pun duduk di pintu yang terbuat dari pelepah kurma, hingga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelesaikan buang hajatnya kemudian berwudhu. Aku menghampiri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada tepi sumur tersebut sambil menyingkap dua betisnya serta menjuntaikannya ke dalam sumur, aku memberi salam kepada beliau kemudian aku kembali lagi ke pintu, aku mengatakan: sungguh hari ini aku akan menjadi penjaga pintu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Lalu datanglah Abu Bakar mendorong pintu itu, aku bertanya, ‘Siapa ini?’ Ia menjawab, ‘Abu Bakar.’ Aku mengatakan kepada beliau, ‘Tunggu sebentar!’ Kemudian aku mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sambil memberitahu, ‘Wahai Rasûlullâh, Abu Bakar datang meminta izin (untuk masuk).’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
Biarkan dia masuk dan berikan kabar gembira kepadanya bahwa dia akan masuk surga.
Aku beranjak kepadanya kemudian aku katakana, ‘Silahkan masuk! Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberimu kabar gembira bahwa engkau akan masuk surga.’
Lalu Abu Bakar masuk kemudian duduk di sebelah kanan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tepi sumur tersebut sambil memasukkan kedua kakinya ke arah sumur seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menyingkap kedua betisnya, maka aku kembali duduk di pintu sementara aku tadi (di rumah) sedang meninggalkan saudaraku berwudhu untuk kemudian menyusulku, maka aku bergumam: Kalau Allâh menghendaki kebaikan kepada saudaraku, maka ia akan membuatnya datang ke tempat ini.
Tiba-tiba ada seseorang yang mendorong pintu, aku pun bertanya, ‘Siapa di luar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Umar bin Khattab.’ Aku mengatakan, ‘Tunggulah sebentar!’ Maka aku memberi salam kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil memberi tahu bahwa Umar bin Khatab datang meminta izin (untuk masuk, beliaupun menjawab :
ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
Biarkan dia masuk dan berilah kabar gembira bahwa dia akan masuk surga.
Aku pun menghampirinya sambil mengatakan, ‘Silahkan masuk! Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberimu kabar gembira bahwa engkau akan masuk surga.’ Kemudian ia pun masuk dan duduk di sebelah kiri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallamdi mulut sumur, menjuntaikan kedua kaki ke dalamnya. Maka aku kembali dan duduk di tempatku.
Kembali aku bergumam: Jika Allâh menghendaki kebaikan pada saudaraku, maka Ia akan membuatnya datang ke tempat ini, tiba-tiba datanglah seseorang yang mendorong pintu, aku bertanya, ‘Siapa di luar?’ Ia menjawab, ‘Utsman bin Affan.’ Aku katakana, ‘Tunggulah sebentar!’ Lalu aku menghampiri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil memberitahu kedatangannya, maka beliau mengatakan :
ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تُصِيبُهُ
Biarkan dia masuk dan berilah kabar gembira bahwa dia akan masuk surga melalui sebuah musibah yang menimpanya.
Maka aku menghampirinya sambil mengatakan: Silahkan masuk, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberimu kabar gembira bahwa engkau akan masuk surga melalui sebuah musibah yang akan menimpamu. Maka ia pun masuk dan mendapati tepi sumur telah penuh, maka ia pun duduk menghadap kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sisi yang lain.
Sa'id bin Musayyib (yang meriwaytkan hadits ini) mengatakan: Aku mentafsiri kejadian itu dengan posisi kuburan mereka nantinya. [HR. al-Bukhâri, no. 3674]
Kalaulah tidak ada keistimewaan seseorang selain jaminan masa depan dengan dipesankan tempat di surga, maka sungguh itu merupakan kehormatan yang luar biasa tingginya. Kabar gembira tersebut merupakan hal yang telah didapatkan oleh sahabat Abu Bakar Radhiyallahu anhu beserta dua orang sahabat lainnya. Banyak para sahabat yang telah mendapatkannya secara individu, akan tetapi terlihat secara jelas kelebihan sahabat ini, bahwa beliau Radhiyallahu anhu selalu menjadi orang pertama yang mandapatkan kemuliaan disisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menegaskan dalam sebuah kitab karyanya: Kita harus mengetahui bahwa sifat "lebih istimewa" hanyalah diberikan kepada seseorang jika ia memiliki kelebihan-kelebihan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang sedang diperbandingkan dengannya. Jika keduanya sama dalam salah satu sebab, namun seorang diantara keduanya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh satu orang lainnya, maka pantas jika ia dikatakan "lebih istimewa". Lebih jelas beliau rahimahullah menyebutkan: Jika demikian, maka kelebihan-kelebihan yang dimiliki Abu Bakar adalah keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lain. Kemudian beliau t menyebutkan banyak nash yang menjelaskan keistimewaan sahabat Abu Bakar. [Lihat kitab Fadhlu Abi Bakar Ash-Shiddiq, diterbitkan dalam majalah ilmiyah Universitas Ummul Qura, hlm. 1231]
Berikut ini merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh sahabat Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang tercantum dalam al-Qur'ân maupun Hadits Nabi yang shahîh, kami hanya menyebutkan sebagian riwayat yang ada dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim agar tidak terlalu panjang, karena keutamaan sahabat yang mulia ini teramat banyak.
KEUTAMAAN ABU BAKAR RADHIYALLAHU ANHU SECARA UMUM
Disebutkan dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhâjirin dan Anshâr serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allâh ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allâh, dan Allâh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [at-Taubah/9:100]
Ibnu Katsir rahimahullah menegaskan dalam tafsirnya bahwa Abu Bakar Radhiyallahu anhu termasuk orang yang mendapatkan kemuliaan yang disebutkan dalam ayat di atas, bahkan beliau rahimahulllah mengecam orang-orang yang mencela Abu Bakar Radhiyallahu anhu setelah Allâh ridha kepadanya. Beliau rahimahullah mengatakan, “Allâh yang Maha Agung telah mengabarkan bahwa Ia telah ridha kepada orang-orang yang pertama-tama masuk Islam dari kaum Muhâjirin dan Anshâr, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Maka alangkah celaka orang yang membenci maupun mencela mereka, atau sebagian dari mereka, terlebih pemimpin para sahabat setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , orang terbaik dan paling utama diantara mereka, yaitu orang yang paling besar pembenarannya, khalifah yang mulia, Abu Bakar bin Abi Quhâfah, semoga Allâh meridhainya. Sesungguhnya kelompok Syi'ah Râfidhah yang terhina telah memusuhi para sahabat, membenci dan mencela mereka. Kita berlindung kepada Allâh dari sifat itu. Ini menunjukkan bahwa akal mereka telah terbalik, hati mereka tertutup. Dimanakah keimanan mereka terhadap al-Qur'ân ketika mereka mencela orang-orang yang telah diridhai Allâh? Adapun Ahlussunnah, mereka selalu mendo'akan keridhaan Allâh bagi orang-orang yang telah Allâh ridhai, dan mencela orang yang telah dicela Allâh dan Rasul-Nya. [Tafsir Ibnu Katsir, 4/203]
Termasuk setiap hadits yang menyebutkan tentang larangan untuk mencela sahabat, maka larangan tersebut juga berlaku pada larangan mencerca Abu Bakar Radhiyallahu anhu , diantaranya adalah hadits :
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْأَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela para sahabatku, janganlah kalian mencela para sahabatku, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika salah seorang dari kalian berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya (hasilnya) tidak akan menyamai infak mereka yang hanya satu genggam atau setengahnya. [HR. al-Bukhâri, no. 3673, Muslim, no.1967]
KEUTAMAAN ABU BAKAR RADHIYALLAHU ANHU SECARA KHUSUS
1. Penilaian bahwa beliau Radhiyalllahu anhu adalah orang terbaik setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup.
Disebutkan dalam riwayat sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma , bahwa beliau Radhiyallahu anhu mengatakan :
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَابَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Kami (para sahabat) pernah menilai orang terbaik di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka kami dapatkan yang terbaik adalah Abu Bakar Radhiyallahu anhu , kemudian Umar bin Khattâb Radhiyallahu anhu , kemudian Utsmân bin Affân, mudah-mudahan Allâh meridhai mereka semua". [HR. al-Bukhâri, no. 3655]
Bahkan penilaian tersebut di sampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu ketika di tanya oleh putranya Muhammad bin al-Hanafiyyah yang mengatakan :
قُلْتُ لِأَبِي أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَ : أَبُو بَكْرٍ،قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : ثُمَّ عُمَرُ،وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَانُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ.
"Aku bertanya kepada ayahku, siapa orang terbaik setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia menjawab: Abu Bakar, aku pun bertanya lagi :Kemudian siapa setelah itu? Ia menjawab: Kemudian Umar, maka aku khawatir ia akan menjawab Utsman setelah itu, aku pun segera memotongnya: kemudian engkau? Ia menjawab: Aku hanyalah seseorang dari kaum muslimin". [HR. al-Bukhâri, no. 3671]
2. Abu Bakar selalu menjadi orang kedua setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kesempatan-kesempatan khusus
Kisah yang tertera dalam hadits pertama bukan satu-satunya yang menunjukkan kedekatan beliau Radhiyallahu anhu dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahkan kebersamaan khalifah pertama tersebut bagaikan sudah menjadi rutinitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu mengatakan ketika hadir pada wafatnya Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu :
إِنْ كُنْتُ لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ، لِأَنِّي كَثِيرًا مَاكُنْتُ أَسْمَعُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : كُنْتُ وَأَبُوبَكْرٍ وَعُمَرُ، وَفَعَلْتُ وَأَبُوبَكْرٍ وَعُمَرُ، وَانْطَلَقْتُ وَأَبُوبَكْرٍ وَعُمَرُ
Aku sangat berharap Allâh akan mengumpulkanmu bersama dua sahabatmu (Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar), sungguh sangat sering aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan, ‘Aku pernah bersama Abu Bakar dan Umar, Aku telah mengerjakan bersama Abu Bakar dan Umar, Aku telah pergi bersama Abu Bakar dan Umar." [HR. al-Bukhâri, no. 3677]
Saat terpenting lagi tergenting adalah kebersamaan beliau Radhiyallahu anhu ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, hingga kesempatan ini terukir indah dalam al-Qur'ân dengan menyematkan kepadanya gelar sahabat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allâh telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allâh beserta kita. [at-Taubah/9:40].
Kejadian ini juga diceritakan sendiri oleh Abu Bakar Radhiyallahu anhu dalam hadits yang shahîh :
نَظَرْتُ إِلَى أَقْدَامِ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رُءُوسِنَا وَنَحْنُ فِي الْغَارِ، فَقُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ إِلَى قَدَمَيْهِ أَبْصَرَنَا تَحْتَ قَدَمَيْهِ، فَقَالَ : يَا أَبَابَكْرٍ مَاظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
Aku melihat kaki-kaki kaum musyrikin berada di atas kepala kami ketika kami di dalam gua, maka aku katakana, ‘Wahai Rasûlullâh, seandainya seorang dari mereka melihat ke arah kakinya, niscaya dia akan melihat kita di bawah kedua kakinya.’ Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Abu Bakar, apalah yang kau perkirakan terhadap dua orang yang Allâh menjadi pihak ketiganya. Bagaimana pendapatmu tentang dua orang yang ditolong oleh Allâh Azza wa Jalla sebagai pihak ketiga’ [HR. al-Bukhâri, no. 3653, Muslim, no. 2381]
3. Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Suatu ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskan sahabat 'Amru bin 'Ash Radhiyallahu anhu untuk memimpin pasukan Dzatus Salasil, maka ia pun menghampiri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya :
أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ : عَائِشَةُ، فَقُلْتُ : مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ : أَبُوهَا، قُلْتُ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ, فَعَدَّ رِجَالًا
Siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Aisyah.’ Aku bertanya, ‘(Maksudku) dari kaum laki-laki?’ Beliaupun menjawab, ‘Ayahnya (yaitu Abu Bakar)’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Umar bin Khattab.’ Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa orang yang dicintainya. [HR. al-Bukhâri, no. 3662, Muslim, no. 2384]
Lebih dari itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai berangan-angan seandainya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diizinkan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk menjadikan seseorang sebagai Khalîl (kekasih) nya, niscaya Abu Bakar lah yang pantas menyandang gelar tersebut.
Khullah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Atsir dan lainnya, adalah kasih sayang yang meresap dalam lubuk hati yang paling dalam. Oleh karenanya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dapat memberikannya kepada selain Allâh Azza wa Jalla , tidak ada kesempatan bagi seorang hamba manapun untuk meraihnya sekalipun dengan kesungguhan luar biasa. Ia adalah kedudukan yang hanya Allâh berikan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki, diantaranya adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . [lihat kitab an-Nihâyah fî Gharîbil Hadîts wal Atsâr: 2/72, cetakan al-Maktabah al-Ilmiyyah].
Hal itu ditegaskan dalam hadits yang sangat populer dikalangan kaum Muslimin:
لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَابَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنَّهُ أَخِي وَصَاحِبِي، وَقَدِ اتَّخَذَاللهُ ﻷصَاحِبَكُمْ خَلِيلًا
Sekiranya aku diizinkan oleh Allâh untuk menjadikan seseorang sebagai khalîl, niscaya aku jadikan Abu Bakar sebagai khalîlku, akan tetapi ia adalah saudara dan sahabatku, sedangkan Allâh Azza wa Jalla telah menjadikan sahabat kalian ini (diriku) sebagai khalîlnya [HR. al-Bukhâri, no. 3656, Muslim, no. 2383]
4. Abu Bakar adalah orang yang paling bersemangat dalam beramal
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam hal sedekah :
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali, jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. [al-Baqarah/2:271]
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dari jalan 'Amir asy-Sya'bi rahimahullah, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu ketika mereka berdua berlomba-lomba untuk bersedekah. Umar Radhiyallahu anhu memberikan setengah hartanya, tiba-tiba Abu Bakar Radhiyallahu anhu memberikan seluruh kekayaannya dengan mengatakan,"Aku tinggalkan untuk mereka Allâh dan RasulNya." Maka Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu mengatakan :
لاَ أَسْبِقُهُ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا
Selamanya, aku tidak akan dapat mengalahkannya dalam hal apapun [HR Tirmidzi, no. 3675, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat juga Tafsîr Ibnu Katsîr 1/702]
.
Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي مَالِهِ وَصُحْبَتِهِ أَبُوبَكْر
Sungguh orang yang paling banyak berkorban untukku dalam harta maupun persahabatan adalah Abu Bakar [HR. al-Bukhâri, no. 3654 dan Muslim, no. 2382]
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَااجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّادَخَلَ الْجَنَّةَ
‘Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?’ Abu Bakar menjawab,’Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapakah diantara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab, ‘Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?’ Abu Bakar menjawab lagi, ‘Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih bertanya lagi, ‘Siapakah diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab lagi, ‘Saya.’ Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk surga.’. [HR. Muslim, no. 1028]
Inilah ibadah seorang sahabat yang paling mulia, seorang calon penghuni surga, ternyata beliau Radhiyallahu anhu bukanlah orang yang merasa bebas dalam ibadah, bahkan keseharian beliau betul-betul mencerminkan seorang figur yang sangat pantas diteladani dalam ketaatan.
Syaiikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari sikap keteladanan yang ditampilkan Abu Bakar Radhiyallahu anhu dengan mengatakan, “Demikianlah semua sahabat yang telah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam janjikan masuk surga, ataupun orang yang diberitahu bahwa ia telah diampuni, ia maupun sahabat yang lain tidak kemudian memahami bebasnya mereka dalam berbuat dosa maupun ma'siat, ataupun merasa terbebas untuk meninggalkan segala kewajiban, justru mereka lebih bersungguh-sungguh dalam ibadah serta semakin takut kepada-Nya daripada sebelum mereka mendapatkan kabar gembira itu, sebagaimana yang dicerminkan oleh sepuluh orang sahabat yang dijanjikan masuk surga, Abu Bakar Radhiyallahu anhu adalah sosok yang sangat berhati-hati dan takut kepada Allâh.” [Kitab al-Fawâ'id, hlm. 17, cetakan Darul Kutub al-Ilmiyyah].
5. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjamin ketangguhan iman beliau
Abu Hurairah z menceritakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا رَاعٍ فِي غَنَمِهِ عَدَا عَلَيْهِ الذِّئْبُ، فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً فَطَلَبَهُ الرَّاعِي، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ الذِّئْبُ فَقَالَ : مَنْ لَهَا يَوْمَ السَّبُعِ، يَوْمَ لَيْسَ لَهَا رَاعٍ غَيْرِي؟ وَبَيْنَمَا رَجُلٌ يَسُوقُ بَقَرَةً قَدْ حَمَلَ عَلَيْهَا، فَالْتَفَتَتْ إِلَيْهِ فَكَلَّمَتْهُ، فَقَالَتْ : إِنِّي لَمْ أُخْلَقْ لِهَذَا وَلَكِنِّي خُلِقْتُ لِلْحَرْثِ. قَالَ النَّاسُ : سُبْحَانَ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَإِنِّي أُومِنُ بِذَلِكَ، وَأَبُوبَكْرٍ، وَعُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ
Ketika suatu hari seorang penggembala (dari Bani Israil) sedang bersama kambing gembalaannya, tiba-tiba seekor serigala datang memangsa seekor kambing, kemudian si penggembala berhasil merebutnya kembali, maka serigala tersebut menoleh sambil mengatakan, ‘Punya siapakah kambing-kambing itu nanti pada hari Sabu', hari ketika tidak ada yang menggembalakan selainku?’ (Kisah lain) ketika seseorang sedang menuntun seekor sapi yang telah ia pikulkan beban berat diatas punggungnya, maka sapi tersebut menoleh dan memprotesnya, ‘Aku tidak diciptakan untuk pekerjaan ini, aku hanya diciptakan untuk membajak tanah. Maka orang-orang (yang mendengar kisah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam terheran-heran sambil mengatakan), ‘Subhânallâh, beliaupun bersabda,’Adapun aku, Abu Bakar dan Umar, maka kami percaya dengan kisah ini.’[HR. al-Bukhâri, no. 3663 dan Muslim, no. 2388]
Sebagaimana diketahui pula bahwa beliau Radhiyallahu anhu tidak pernah ragu sedikitpun dalam membela da'wah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sejak awal perjalanan da'wah tersebut. Beliau Radhiyallahu anhu bahkan menjadi orang yang pertama-tama menyatakan keislamannya. 'Ammâr bin Yâsir Radhiyallahu anhu mengatakan :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا مَعَهُ إِلَّ اخَمْسَةُ أَعْبُدٍ،وَامْرَأَتَانِ وَأَبُو بَكْرٍ
Aku melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada awal da'wah beliau) hanya bersama lima orang budak, dua orang wanita dan Abu Bakar [HR. al-Bukhâri, no. 3660]
Hal ini tidak akan pernah terlupakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُوبَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُوا لِي صَاحِبِي
Sesungguhnya Allâh mengutusku kepada kalian, akan tetapi kalian justru (dahulu) mengatakan, ‘Engkau telah berdusta.’ Sementara Abu Bakar Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘Dia (Muhammad n ) telah jujur. Abu Bakar pun banyak membantuku dengan jiwa dan hartanya, apakah kalian akan meninggalkan sahabatku itu?’ [HR. al-Bukhâri, no. 3661]
6. Abu Bakar Radhiyallahu anhu memiliki sifat lemah lembut dan pemaaf
Kisah terfitnahnya ibu kaum beriman 'Aisyah Radhiyallahu anhuma putri Abu Bakar Radhiyallahu anhu adalah bukti hasadnya (kedengkian) orang-orang munâfiq terhadap Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya. Namun merupakan kebesaran Allâh Azza wa Jalla , Dia akan memuliakan orang-orang yang menjadi hamba-Nya, hingga turunlah ayat pensucian 'Aisyah Radhiyallahu anhuma dari tuduhan tersebut (Surat an-Nûr/24:11-20), sehingga jikalau terjadi penuduhan dari seseorang setelah turun ayat tersebut, niscaya kekufurannya terhadap al-Qur'ân semakin jelas.
Ketika terjadi penuduhan, Mishthoh bin Utsatsah adalah seorang yang terlibat dalam fitnah tersebut, padahal Abu Bakar Radhiyallahu anhu selama ini yang memberinya nafkah, maka beliau z marah dan bersumpah untuk tidak memberikan nafkah kembali, hingga turunlah firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allâh, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allâh mengampunimu? Dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang? [an-Nûr/24:22].
Maka Abu Bakar Radhiyallahu anhu segera mengatakan :
بَلَى وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لِي، فَرَجَعَ إِلَى مِسْطَحٍ الَّذِي كَانَ يُجْرِي عَلَيْهِ
“Ya, demi Allâh, sungguh aku lebih suka Allâh mengampuni dosaku.” Kemudian Beliau Radhiyallahu anhu kembali memberikan nafkah kepada Mishthah. [HR. al-Bukhâri, no. 2661 dan Muslim, no. 2770. Lihat pula Tafsir Ibnu Katsir, 6/20]
Ketika perang Badar telah usai, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam merundingkan para tawanan dengan para sahabatnya. Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menganjurkan untuk membunuh semuanya, sedangkan Abu Bakar Radhiyallahu anhu justru mengatakan :
يَا نَبِيَّ اللهِ، هُمْ بَنُو الْعَمِّ وَالْعَشِيرَةِ، أَرَى أَنْ تَأْخُذَ مِنْهُمْ فِدْيَةً فَتَكُونُ لَنَا قُوَّةً عَلَى الْكُفَّارِ، فَعَسَى اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُمْ لِلْإِسْلَامِ
Wahai Nabi Allâh, mereka adalah anak dari paman dan keluarga kita, aku memandang jikalah engkau mengambil denda dari mereka sehingga dapat memperkuat kita dalam menghadapi orang kafir, mudah-mudahan Allâh memberi hidayah mereka agar masuk Islam. [HR. Muslim, no. 1763]
7. Terdapat banyak isyarat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan kekhilafahan kepada beliau Radhiyallahu anhu
Diantara hadits-hadits tersebut adalah perintah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memimpin shalat lima waktu ketika beliau sakit keras diakhir hayatnya, bahkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan untuk mewakilkan kepada selain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . 'Aisyah Radhiyallahu anhuma menceritakan saat-saat terakhir sebelum ajal Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjemput :
فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ بِأَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ, وِفِيْهِ : فَصَلَّى أَبُوبَكْرٍ تِلْكَ الأَيَّامَ
Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang agar menyuruh Abu Bakar Radhiyallahu anhu memimpin shalat, dalam riwayat tersebut dikatakan: maka Abu Bakar menjadi imam pada hari-hari itu.[HR. al-Bukhâri, no. 687 dan Muslim, no. 418]
al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa hadits tersebut mengisyaratkan tentang kedudukan Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang paling berhak untuk menjadi khalifah.[Lihat kitab Fathul Bâri: 11/60, cetakan Daarul ma'rifah]
Bahkan didalam hadits yang dihasankan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah (Fathul baari: 12/153), ketika terjadi sedikit perbedaan pendapat dalam menentukan khalifah setelah wafatnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menjadikan alasan tersebut sebagai sebab kuat bahwa Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang paling berhak. Beliau Radhiyallahu anhu mengatakan :
يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، أَلَسْتُمْ تَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ n قَدْ أَمَرَ أَبَا بَكْرٍ أَنْ يَؤُمَّ النَّاسَ؟ فَأَيُّكُمْ تَطِيبُ نَفْسُهُ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَبَابَكْرٍ؟ فَقَالَتِ الْأَنْصَارُ : نَعُوذُ بِاللهِ أَنْ نَتَقَدَّمَ أَبَابَكْرٍ
Wahai kaum Anshar, bukankah kalian tau bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat kaum Muslimin, maka siapakah diantara kalian yang rela untuk melangkahi Abu Bakar? Maka orang-orang Anshar pun menjawab: Kita berlindung kepada Allâh dari melangkahi Abu Bakar".[HR. Ahmad: 1/282, cetakan Mu'assasah ar-risalah].
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan berangan-angan untuk menuliskan wasiat sekalipun akhirnya tidak terlaksana, ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ادْعِي لِي أَبَا بَكْرٍ، أَبَاكِ، وَأَخَاكِ، حَتَّى أَكْتُبَ كِتَابًا، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى مُتَمَنٍّ وَيَقُولُ قَائِلٌ : أَنَا أَوْلَى، وَيَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَّ اأَبَابَكْرٍ
Panggilkan Abu Bakar ayahmu, dan juga saudaramu agar aku tuliskan sebuah wasiat, karena sungguh aku khawatir akan ada orang yang bercita-cita, atau ada yang mengatkan, ‘Aku lebih berhak,’ sementara Allâh dan orang-orang yang beriman merasa enggan kecuali hanya kepada Abu Bakar". [HR. Muslim, no. 2387]
Imam an-Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa hadits tersebut secara jelas menjelaskan bahwa Abu Bakar lah yang paling berhak untuk mendapatkan posisi khalifah. [Lihat kitab al-Minhâj Syarah Muslim Ibnul Hajjaj: 15/155 cetakan daar ihya'ut turots].
Demikianlah apa yang dapat kami kumpulkan tentang keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu anhu , tentu keutamaan beliau Radhiyallahu anhu sangatlah banyak, akan tetapi apa yang disebutkan cukuplah menjadi isyarat tentang banyaknya keistimewaan yang lain, wallahu ta'ala a'lam bis shawab.
Oleh Ustadz Emha Ayatullah
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVII/1435H/2014M.]
-------------------------------------------------------------------------------
ABU BAKAR RADHIYALLAHU ANHU UMAT TERBAIK SETELAH NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan keutamaan yang lebih bagi sebagian Nabi dan Rasul diatas yang lainnya. Para Nabi dan rasul yang termasuk ulul ‘azmi lebih utama disisi Allâh Azza wa Jalla dari para rasul yang lainnya, begitu pula para Sâbikûnal Awwalûn (para pendahulu kita) yang berasal dari kalangan Muhajirin dan Anshar lebih utama disisi Allâh Azza wa Jalla bila dibandingkan dengan selain mereka. Mereka semua adalah para wali Allâh Azza wa Jalla dan tempat mereka di syurga, dan Allâh Azza wa Jalla telah mengangkat derajat sebagian mereka diatas sebagian yang lain.
Induk semua keutamaan adalah ilmu, agama, keberanian dan kedermawanan. Siapapun yang lebih baik atau lebih utama daripada yang lain, maka pasti dia lebih banyak ilmunya, baik dari kalangan nabi dan shahabat ataupun dari kalangan yang lain. Dan memang, pokok dari segala keutamaan adalah ilmu. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" [az-Zumar/39:9]
Banyak sekali hadist-hadist dan dalil dalil lainnya yang membuat kita harus mengakui bahwa Abu Bakar Radhiyallahu anhu merupakan shahabat yang paling dicintai oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Radhiyallahu anhu , disisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lebih baik daripada Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu , Ustmân bin ‘Affan Radhiyallahu anhu, Ali bin Abu Thalib dan para shahabat lainnya. Semua orang yang memahami tentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga keadaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pasti mengetahui fakta tentang Abu Bakar Radhiyallahu anhu ini. Semakin banyak ilmunya tentang sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia akan semakin mengerti keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu anhu . Yang masih ragu akan keutamaan beliau hanyalah orang yang tidak bisa membedakan antara hadist shahih dan hadits lemah. Orang seperti ini, terkadang terjebak dalam salah satu dari dua keadaan ekstrem, antara mempercayai semua yang disebut hadits oleh orang atau menolak semuanya.
Diantara hadist-hadist yang shahih tentang hal ini adalah hadist yang dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau berkata :
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Ketika zaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam (masih hidup) kami sering mengatakan fulan lebih baik daripada fulan. Kami mengatakan Abu Bakar lebih baik, kemudian Umar bin al-Khattab, kemudian Utsman bin ‘Affan[1]
Dalam riwayat lain Imam al-Bukhari :
كُنَّا زَمَنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ، ثُمَّ عُمَرَ، ثُمَّ عُثْمَانَ،
Pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (masih hidup), kami tidak menyamakan seorang pun dengan Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. [2]
Imam Tirmizi dan yang lainnya meriwayatkan sebuah hadits secara marfû’ dari Ali Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma sedang berjalan menuju Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
هَذَانِ سَيِّدَا كُهُوْلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنَ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ إِلاَّ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ لاَ تُخْبِرْهُمَا يَا عَلِيُّ
Dua orang ini merupakan dua tokoh tua[3] penduduk surga dari orang-orang yang terdahulu sampai yang terakhir. Wahai Ali! Janganlah kamu beritahukan hal ini kepada mereka.[4]
Di dalam kitab Shahih: bahwasanya tatkala jenazah Umar diletakkan, Ali Radhiyallahu anhu datang menyela shaf para shahabat kemudian berkata :
إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ فَإِنِّي كَثِيرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَهَبْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
Aku berharap Allâh mempersatukanmu dengan dua shahabatmu (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu ), Sesungguhnya aku sering mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, dan aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar.[5]
Hadist ini menerangkan betapa mereka berdua sering menemani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disaat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk, keluar, atau pun pergi. Oleh karena itu, Imam Malik t berkata kepada Harun ar-Rasyîd yang bertanya, “Beritahukanlah padaku kedudukan Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma disisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Imam Mâlik berkata, “Wahai amirul Mukminin, kedudukan mereka berdua tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup sama seperti kedudukan mereka tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (Mendengar ini) ar-Rasyid pun berkata, “Kamu telah menyembuhkanku, Wahai Malik! Kamu telah menyembuhkanku, Wahai Malik!”
Dalam sebuah riwayat yang mutawatir dari Ali Radhiyallahu anhu , dijelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata :
خَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ
Orang terbaik ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar kemudian Umar
Riwayat dibawakan melalui jalur periwayatan yang sangat banyak, bahkan ada yang mengatakan jalur periwayatannya mencapai delapan puluh jalur.
Imam al-Bukhâri juga meriwayatkan dalam kitab Shahîh beliau t dari jalur para hamdaniyiin (orang yang berasal dari qabilah Hamdan) yang merupakan orang-orang terdekat Ali Radhiyallahu anhu . Kedekatan ini tergambar dalam perkataan Beliau Radhiyallahu anhu , “Seandainya aku penjaga pintu surga, niscaya aku akan katakan kepada orang-orang Hamdan, masuklah kedalam surga”
Imam al-Bukhâri membawakan riwayat lewat jalur Sufyân at-Tsauri rahimahullah yang berasal dari qabilah Hamdan, dari Mundzir yang juga berasal dari qabilah Hamdan, dari Muhammad bin al-Hanafiyah, dia berkata: saya berkata kepada bapakku :
أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ
Siapakah manusia yang paling utama setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Dia menjawab, “Abu Bakar.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Bapakku menjawab,”Kemudian umar”[6]
Ucapan ini, beliau sampaikan kepada anaknya, saat mereka berdua, dan ini tidak mungkin diucapkan dalam rangka taqiyah. Perawi menyampaikan atsar tersebut langsung dari bapaknya dan diucapkan di atas mimbar serta diriwayatkan bahwasanya dia mendengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan tentu Ali Radhiyallahu anhu tidak akan memastikan hal tersebut (keutamaan Abu Bakar ) kecuali berdasarkan ilmu, sesuai dengan kedudukan Beliau Radhiyallahu anhu. Ali Radhiyallahu anhu merupakan salah seorang sahabat yang paling tahu tentang Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu , serta paling mengerti kedudukan mereka berdua dalam Islam. Bahkan diriwayatkan Beliau Radhiyallahu anhu berharap amalan Beliau Radhiyallahu anhu tatkala meninggal dunia seperti amalan Umar Radhiyallahu anhu . Semoga Allâh Azza wa Jalla meridhai mereka semua. Beliau Radhiyallahu anhu juga memberi nama kedua anaknya dengan dengan nama Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu .
Ali Radhiyallahu anhu juga pernah mengatakan :
لاَ أُوْتِـيَ بِأَحَدٍ يُفَضِّلُـنِيْ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ إِلاَّ جَلَّدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِي
Tidaklah didatangkan kepadaku seseorang yang lebih megutamakanku daripada Abu Bakar dan Umar melainkan akan saya cambuk dia sebagaimana hukuman pendusta[7]
Perkataan beliau ini tidak disampaikan bukan karena tawaddu’, sebab tidak boleh seorang yang tawaddu’ menjatuhkan hukuman kepada orang mengutamakannya dengan cara benar dan tidak boleh pula memberi gelar pendusta kepada orang tersebut.
Dalam hadist mutawatir lainnya dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma bahwa beliau Radhiyallahu anhuma lebih mengutamakan Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma daripada Ali Radhiyallahu anhu .
Ibnu Batthah rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya, beliau berkata, ”Saya mendengar Laits bin Abi Salîm berkata, ‘Saya mendapati orang-orang Syi’ah generasi awal tidak lebih mengutamakan seorangpun melebihi Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma .
Berkata Syuraik bin Abi Namir, seseorang berkata kepada Laist bin Abi Salîm, “Siapa yang lebih utama Abu Bakar Radhiyallahu anhu atau Ali Radhiyallahu anhu ?” Dia berkata, “Abu Bakar.”
Si penanya tersebut berkata lagi, “Apakah kamu mengatakan seperti ini padahal kamu berasal kalangan Syi’ah?” Dia berkata, “Ya, orang Syi’ah adalah orang yang mengatakan seperti ini. Sungguh telah naik ke mimbar ini (mimbar masjidnya di Kufah) kemudian ia berkata, “Ketahuilah! Sesungguhnya sebaik-baik ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma . Apakah kita akan menolak perkataannya? Apakah kita akan mendustakannya? Demi Allâh! Dia bukanlah pendusta. al-Qhâdi Abdul Jabbar menyebutkan riwayat ini dan beliau menyandarkannya kepada kitab Abil Qâsim al-Balkhi.[8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata setelah menyebutkan ayat :
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Janganlah engkau bersedih! Sesungguhnya Allâh bersama kita [at-Taubah/9:40]
(saat membantah sebagian syubhat yang dilontarkan oleh orang yang membenci dan mencela Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa ayat di atas mengisyaratkan celaan kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang takut). Beliau rahimahullah mengatakan, “Tidak ada pada ayat tersebut isyarat yang menunjukkan bahwa Ali Radhiyallahu anhu , Utsman Radhiyallahu anhu , Umar Radhiyallahu anhu , atau selain mereka yang lebih utama daripada Abu Bakar Radhiyallahu anhu, karena mereka semua sedang tidak bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kondisi genting ini. Seandainya mereka pada saat itu sedang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , keadaan mereka belum tentu lebih baik daripada keadaan Abu Bakar Radhiyallahu anhu . Yang sudah diketahui dari berbagai keadaan Beliau Radhiyallahu anhu dan keadaan mereka disaat-saat mencekam, Abu Bakar Radhiyallahu anhu selalu lebih baik keyakinan dan kesabarannya. Tatkala ada berbagai faktor yang bisa menimbulkan keraguan (yang menyebabkan banyak orang meragukan kebenaran syari’at Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) Abu Bakar as-shiddîq z tampil sebagai pribadi yang paling yakin dan tenang. Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disakiti oleh sebab keraguan tersebut, beliau Abu Bakar Radhiyallahu anhu merupakan orang yang paling taat demi keridhaan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan yang paling jauh dari segala hal yang bisa menyakiti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Keadaan ini sudah diketahui oleh semua orang yang mempelajari keadaan para shahabat disaat Nabi masih hidup dan juga setelah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.[9]
SETIAP PUJIAN DALAM AL-QUR’AN, MAKA ABU BAKAR MASUK DI DALAMNYA
Secara umum, setiap kata Mukmin, Muttaqin dan Muhsinin yang ada dalam al-Qur’an serta pujian untuk mereka, maka Abu Bakar Radhiyallahu anhu merupakan orang pertama yang masuk dalam ayat tersebut, bahkan Beliau Radhiyallahu anhu menjadi yang terbaik diantara orang-orang yang masuk dalam ayat tersebut, sebagai mana yang masyhur dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menjelaskan generasi terbaik. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, dan setelahnya[10]
Diantara contoh pujian yang terdapat dalam al-Qur’an adalah :
Pertama :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [az-Zumar/39:33]
Yang masyhur dikalangan ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang membenarkannya (mengimaninya) adalah Abu Bakar Radhiyallahu anhu . Pendapat ini disebutkan oleh sejumlah Ulama, disebutkan juga oleh at-Thabari rahimahullah dengan sanadnya yang bersambung sampai ke Ali Radhiyallahu anhu.[11] Sebagian diantara mereka menyebutkan sebuah kisah dari Abu Bakar Abdul Aziz bin Ja’far pembantu Abu Bakar al-Khallal: bahwasanya seseorang bertanya tentang ayat ini, maka Abu Bakar bin Ja’far menjelaskan kepada orang tersebut atau kepada sebagian orang yang hadir bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan Abu Bakar. Orang yang bertanya tersebut berkata lagi, “Bukankah berkenaan dengan Ali?” Maka Abu Bakar bin Ja’far berkata, “Bacalah ayat setelahnya :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ ﴿٣٣﴾ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ ﴿٣٤﴾ لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allâh akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [az-Zumar/39:33-35]
Maka si penanyapun terdiam[12] .
Lafazh ayat tersebut mutlak atau umum tidak dikhususkan pada Abu Bakar Radhiyallahu anhu atau Ali Radhiyallahu anhu , siapapun yang masuk dalam keumuman ayat tersebut masuk dalam hukum ayat tersebut. Dan tidak diragukan lagi, Abu Bakar Radhiyallahu anhu , Umar Radhiyallahu anhu , Utsman Radhiyallahu anhu dan Ali Radhiyallahu anhu merupakan orang-orang yang paling berhak masuk dalam ayat tersebut. Namun ayat tersebut tidak khusus hanya untuk mereka. Pujian dalam ayat tersebut mencakup semua shahabat, karena mereka semua datang dengan kejujuran dan keimanan. Mereka adalah penduduk bumi yang paling berhak untuk masuk dalam ayat tersebut.
Kedua : Firman Allâh Azza wa Jalla:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar [at-Taubah/9:119]
Abu Bakar Radhiyallahu anhu adalah shiddiq , berdasarkan dalil yang sangat banyak. Jika demikian kenyataannya, maka tentu Beliau Radhiyallahu anhu masuk dalam kandungan ayat ini, bahkan Beliau Radhiyallahu anhu lebih utama daripada shahabat lainnya untuk dimasukkan dalam kandungan ayat di atas.
Ayat ini diturunkan oleh Allâh Azza wa Jallaberkenaan dengan Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ketika tidak ikut serta dalam perang Tâbûk. Namun saat ditanya oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyebab absennya dia dari peperangan tersebut, dia menjawab pertanyaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jujur dan menyatakan bahwa dia tidak memiliki udzur syar’i untuk tidak ikut berperang. Lalu dia bertaubat dan Allâh menerima taubatnya berkat kejujurannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[13]
BEBERAPA HAL MULIA TERKUMPUL PADA ABU BAKAR DALAM SATU HARI
Disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapakah diantara kalian yang puasa pada hari ini?” Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Saya.”
Nabi bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mengiringi atau mengantarkan (pemakaman) jenazah pada hari ini?” Abu Bakar menjawb, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang memberikan makan kepada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawb, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini?” Abu Bakar berkata, “Saya.” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah kebaikan-kebaikan ini berkumpul pada seseorang kecuali dia akan masuk syurga”[14]
Adakah riwayat semisal ini yang berkenaan dengan shahabat yang lain?! Ini menunjukkan keutamaan Beliau Radhiyallahu anhu . sungguh ironis, shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sebaik ini masih dicela oleh orang-orang yang mengaku cinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , padahal Beliau Radhiyallahu anhu dengan tegas menyatakan bahwa Beliau Radhiyallahu anhu termasuk penduduk surga.
ABU BAKAR RADHIYALLAHU ANHU ORANG PERTAMA MASUK SURGA DARI UMAT INI
Abu Daud meriwayatkan dalam sunannya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu :
أَمَا إِنَّكَ يَا أبَا بَكْرٍ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
Adapun kamu, sesungguhnya kamu wahai Abu Bakar adalah orang yang pertama masuk surga dari umat ini[15]
Ahlussunah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa semua shahabat yang ikut serta dalam perang Badar masuk surga, begitu juga Ummahatul Mukminin, seperti Aisyah x dan yang lainnya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair Radhiyallahu anhum. Mereka semua adalah tokoh-tokoh penduduk surga setelah para nabi.[16]
ABU BAKAR DIPANGGIL DARI SEMUA PINTU SURGA
Dalam Shahîhain disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللهِ هذَا خَيْرٌ؛ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رضي الله عنه: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، يَا رَسُولَ اللهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ: نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menginfakkan sesuatu yang berpasangan dijalan Allâh, maka dia akan dipanggil dari beberapa pintu surga. (Penjaga mengatakan), “Wahai hamba Allâh, ini lebih baik.”
Barangsiapa yang selalu melaksanakan shalat, maka akan dipanggil dari pintu shalat.
Barangsiapa termasuk orang-orang pernah berjihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad.
Barangsiapa gemar bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah.
Barangsiapa tekun berpuasa, maka dipanggil dari pintu puasa dan pintu Rayyân.
Maka Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Rasûlullâh! Seseorang tidak perlu dipanggil dari semua pintu , adakah orang yang dipanggil dari semua pintu? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, dan aku berharap kamu termasuk dari mereka wahai Abu Bakar”[18]
Subhânallâh, alangkah besar nikmat yang Allâh Azza wa Jallaanugerahkan kepada pribadi Abu Bakar Radhiyallahu anhu.
Sungguh orang seperti ini sangat tidak pantas mendapatkan cela, apalagi celaannya hanya berdasarkan cerita-cerita bohong atau tidak jelas asal usulnya.
(Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari kitab Abû Bakrin ash-Shiddîq Afdhalus Shahâbah wa Ahaqquhum bil Khilâfah)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVII/1435H/2014M.]
_______
Footnote
[1]. Riwayat al-Bukhâri
[2]. Riwayat al-Bukhâri
[3]. Ini diungkapkan dengan menggunakan istilah saat mereka berada di dunia, karena di surga tidak ada yang tua
[4]. HR at-Tirmizdi ( 4/310)
[5]. Riwayat al-Bukhâri dan Muslim
[6]. Riwayat al-Bukhâri
[7]. Lihat, Manâkib al-‘Asyrah ( 1/401), Fadâil as-Shahâbah ( 1/83)
[8]. Abu Manshûr menyebutkan adanya ijmâ’ umat tentang orang terbaik setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu Bakr Radhiyallahu anhu , kemudian Umar Radhiyallahu anhu , kemudian Utsmân Radhiyallahu anhu , kemudian Ali Radhiyallahu anhu , kemudian sepuluh orang shahabat yang diberi kabar masuk surga, kemudian para shahabat yang ikut dalam perang Badr, kemudian yang ikut perang Uhud, kemudian yang ikut Bai’ah Ridwân, kemudian para shahabat lainnya (Lihat Târîkh khulafâ’ karya Imam Suyûthi, hlm. 44)
[9]. Lihat Minhâj as-Sunnah, (3/161, 162, 165, 246) dan (2/182) dan Majmû’ Fatâwâ ( 4/421-426) dan ( 1/224 )
[10]. HSR al-Bukhâri
[11]. Beliau berkata, “Aku diberitahu oleh Ahmad bin Manshûr, dia berkata, ‘Kami dikabari Ahmad bin Mis’ad al-Marwazi, kami dikabari oleh Umar bin Ibrâhîm bin Khâlid, dari Abdul Malik bin Umair, dari Usaid bin Shafwân, dari Ali Radhiyallahu anhu tentang firman Allâh : وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ (yang datang dengan membawa kebenaran ), Ali Radhiyallahu anhu berkata, ‘Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam “ dan وَصَدَّقَ بِهِ (dan yang membenarkannya), Ali Radhiyallahu anhu berkata, “Maksudnya adalah Abu Bakr.”-Dari tafsir Ibnu Jarîr rahimahullah
[12]. Aku berkata: penanya beranggapan ali besar didalam islam, dan tidak menemukan masa jahiliyah
[13]. Lihat Minhaj as-Sunnah, ( 1/214 ) (4/276, 51-53, 72 )
[14]. HSR Muslim
[15]. Abu Daud ( 4/295 )
[16]. Minhâj as-Sunnah ( 4/45 )
[17]. Karena dipanggil dari satu pintu saja sudah cukup untuk menggapai tujuan yaitu masuk surga
[18]. HSR al-Bukhâri dan Muslim dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu
=================
Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu
Nama
Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.
Kun-yah
Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar
Laqb (Julukan)
Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) dan Ash Shiddiq (الصدِّيق).
Sebagian ulama berpendapat bahwa alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan. Sebagian mengatakan karena beliau berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,
اللهم إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي
“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku”
Dan ada beberapa pendapat lain.
Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari NabiShallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:
إن كان قال فقد صدق
“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”
Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:
وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)
Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.
Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان
“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”
Kelahiran
Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.
Ciri Fisik
Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.
Jasa-jasa
- Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
- Hijrahnya beliau bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
- Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
- Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
- Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad
Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada Umar bin Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan terhadap Allah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:
لما توفى النبي صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر : يا أبا بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أمِرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله ، فمن قال لا إله إلا الله عصم مني ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ؟ قال أبو بكر : والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة ، فإن الزكاة حق المال ، والله لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم لقاتلتهم على منعها . قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت أن قد شرح الله صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق
“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran‘”
Begitu tegas dan kerasnya sikap beliau sampai-sampai para ulama berkata:
نصر الله الإسلام بأبي بكر يوم الردّة ، وبأحمد يوم الفتنة
“Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan melalui Ahmad (bin Hambal) di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an)”
Abu Bakar pun memerangi orang-orang yang murtad dan orang-orang yang enggan membayar zakat ketika itu
- Musailamah Al Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau
- Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.
- Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya.
- Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:
والله لا أشيم سيفا سله الله على عدوه حتى يكون الله هو يشيمه
“Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)
Ketika masa pemerintahan beliau, terjadi peperangan. Beliau pun bertekad untuk pergi sendiri memimpin perang, namun Ali bin Abi Thalib memegang tali kekangnya dan berkata: ‘Mau kemana engkau wahai khalifah? Akan kukatakan kepadamu perkataan RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Uhud:
شِـمْ سيفك ولا تفجعنا بنفسك . وارجع إلى المدينة ، فو الله لئن فُجعنا بك لا يكون للإسلام نظام أبدا
‘Simpanlah pedangmu dan janganlah bersedih atas keadaan kami. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, jika keadaan kami membuatmu sedih Islam tidak akan tegak selamanya‘. Lalu Abu Bakar Radhiallahu’anhu pun kembali dan mengutus pasukan.
- Beliau juga sangat mengetahui nasab-nasab bangsa arab
Keutamaan
Tidak ada lelaki yang memiliki keutaman sebanyak keutamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu
1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi MuhammadShallallahu’alaihi Wasallam dari golongan umat beliau
Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu berkata:
كنا نخيّر بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم ، فنخيّر أبا بكر ، ثم عمر بن الخطاب ، ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم
“Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu” (HR. Bukhari)
Dari Abu Darda Radhiallahu’anhu, ia berkata:
كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ أقبل أبو بكر آخذا بطرف ثوبه حتى أبدى عن ركبته فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أما صاحبكم فقد غامر . وقال : إني كان بيني وبين ابن الخطاب شيء ، فأسرعت إليه ثم ندمت فسألته أن يغفر لي فأبى عليّ ، فأقبلت إليك فقال : يغفر الله لك يا أبا بكر – ثلاثا – ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل : أثَـمّ أبو بكر ؟ فقالوا : لا ، فأتى إلى النبي فجعل وجه النبي صلى الله عليه وسلم يتمعّر ، حتى أشفق أبو بكر فجثا على ركبتيه فقال : يا رسول الله والله أنا كنت أظلم – مرتين – فقال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الله بعثني إليكم فقلتم : كذبت ، وقال أبو بكر : صَدَق ، وواساني بنفسه وماله ، فهل أنتم تاركو لي صاحبي – مرتين – فما أوذي بعدها
“Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata: ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah‘. Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lalu berkata: ‘“Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar‘. Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, tidak. Umar segera mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sementara wajah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah”, sebanyak dua kali. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ”Engkau pendusta wahai Muhammad”, Sementara Abu Bakar berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad”. Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku?‘ sebanyak dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti” (HR. Bukhari)
Beliau juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika hijrah.
2. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di gua ketika dikejar kaum Quraisy
Allah Ta’ala berfirman,
ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS. At Taubah: 40)
As Suhaili berkata: “Perhatikanlah baik-baik di sini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata ‘janganlah kamu bersedih’ namun tidak berkata ‘janganlah kamu takut’ karena ketika itu rasa sedih Abu Bakar terhadap keselamatan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sangat mendalam sampai-sampai rasa takutnya terkalahkan”.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata kepadanya:
نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت : يا رسول الله لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت قدميه . فقال : يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما
“Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah’”
Ketika hendak memasuki gua pun, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada hal yang dapat membahayakan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Juga ketika dalam perjalanan hijrah, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, terkadang di belakangnya, terkadang di kanannya, terkadang di kirinya.
Oleh karena itu ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu ada sebagian orang yang menganggap Umar lebih utama dari Abu Bakar, maka Umar Radhiallahu’anhu pun berkata:
والله لليلة من أبي بكر خير من آل عمر ، وليوم من أبي بكر خير من آل عمر ، لقد خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم لينطلق إلى الغار ومعه أبو بكر ، فجعل يمشي ساعة بين يديه وساعة خلفه ، حتى فطن له رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا أبا بكر مالك تمشي ساعة بين يدي وساعة خلفي ؟ فقال : يا رسول الله أذكر الطلب فأمشي خلفك ، ثم أذكر الرصد فأمشي بين يديك . فقال :يا أبا بكر لو كان شيء أحببت أن يكون بك دوني ؟ قال : نعم والذي بعثك بالحق ما كانت لتكون من مُلمّة إلا أن تكون بي دونك ، فلما انتهيا إلى الغار قال أبو بكر : مكانك يا رسول الله حتى استبرئ الجحرة ، فدخل واستبرأ ، قم قال : انزل يا رسول الله ، فنزل . فقال عمر : والذي نفسي بيده لتلك الليلة خير من آل عمر
“Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar, satu harinya Abu Bakar masih lebih baik dari seharinya keluarga Umar. Abu Bakar bersama Rasulullah pergi ke dalam gua. Ketika berjalan, dia terkadang berada di depan Rasulullah dan terkadang di belakangnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam heran dan berkata: ‘Wahai Abu Bakar mengapa engkau berjalan terkadang di depan dan terkadang di belakang?’. Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah, ketika saya sadar kita sedang dikejar, saya berjalan di belakang. Ketika saya sadar bahwa kita sedang mengintai, maka saya berjalan di depan’. Rasulullah lalu berkata: ‘Wahai Abu Bakar, kalau ada sesuatu yang aku suka engkau saja yang melakukannya tanpa aku?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, tidak ada yang lebih tepat melainkan hal itu aku saja yang melakukan tanpa dirimu’. Ketika mereka berdua sampai di gua, Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah aku akan berada di tempatmu sampai memasuki gua. Kemudian mereka masuk, Abu Bakar berkata: Turunlah wahai Rasulullah. Kemudian mereka turun. Umar berkata: ‘Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar’‘” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwwah)
3. Ketika kaum muslimin hendak berhijrah, Abu Bakar Ash Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya. (Dalilnya disebutkan pada poin 8, pent.)
4. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama
Dan kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meneladani khulafa ar rasyidin, sebagaimana sabda beliau:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ
“Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin setelahku. Gigitlah dengan gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih dengan seluruh jalannya)
5. Abu Bakar Ash Shiddiq dipilih sebagai khalifah berdasarkan nash
Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjama’ah. Dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:
لما مَرِضَ النبيّ صلى الله عليه وسلم مرَضَهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنهُ بالصلاةِ فقال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أبا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وفي رواية : رجل رقيق ] إن يَقُمْ مَقامَكَ يبكي فلا يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فقال في الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى
“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’”
Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:
أفلا نرضى لدنيانا من رضيه رسول الله صلى الله عليه وسلم لديننا
“Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?”
Juga diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:
قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه : ادعي لي أبا بكر وأخاك حتى اكتب كتابا ، فإني أخاف أن يتمنى متمنٍّ ويقول قائل : أنا أولى ، ويأبى الله والمؤمنون إلا أبا بكر وجاءت امرأة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فكلمته في شيء فأمرها بأمر ، فقالت : أرأيت يا رسول الله إن لم أجدك ؟ قال : إن لم تجديني فأتي أبا بكر
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata kepadaku ketika beliau sakit, panggilah Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khilafah) sehingga ia berkata: ‘Aku lebih berhak’. Padahal Allah dan kaum mu’minin menginginkan Abu Bakar (yang menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya. Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi menjawab: ‘Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang’” (HR. Bukhari-Muslim)
6. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar Ash Shiddiq
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر
“Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)
7. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah salah seorang mufti di masa Nabi Muhammad
Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menugasi beliau sebagai Amirul Hajj pada haji sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu HurairahRadhiallahu’anhu:
بعثني أبو بكر الصديق في الحجة التي أمره عليها رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل حجة الوداع في رهط يؤذنون في الناس يوم النحر : لا يحج بعد العام مشرك ، ولا يطوف بالبيت عريان
“Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah haji yang terjadi sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada sekelompok orang di hari raya idul adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya orang musyrik dan tidak boleh ber-thawaf di ka’bah dengan telanjang”
Abu Bakar juga sebagai pemegang bendera Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Tabuk.
8. Abu Bakar Ash Shiddiq menginfaqkan seluruh hartanya ketika RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan sedekah
Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)
9. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang paling dicintai Nabi MuhammadShallallahu’alaihi Wasallam
‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu’alahi Wasallam:
أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها
“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim)
10. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalil bagi Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam
Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu’anhu, ia berkata:
خطب رسول الله صلى الله عليه وسلم الناس وقال : إن الله خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند الله . قال : فبكى أبو بكر ، فعجبنا لبكائه أن يخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم عن عبد خير ، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو المخير ، وكان أبو بكر أعلمنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن مِن أمَنّ الناس عليّ في صحبته وماله أبا بكر ، ولو كنت متخذاً خليلاً غير ربي لاتخذت أبا بكر ، ولكن أخوة الإسلام ومودته ، لا يبقين في المسجد باب إلا سُـدّ إلا باب أبي بكر
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah kepada manusia, beliau berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang ada di dalamnya. Namun hamba tersebut hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’. Lalu Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya karena Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lah orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam kedekatan dan kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja’”
11. Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar Ash Shiddiq
Allah Ta’ala berfirman:
وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Selain itu beliau juga termasuk as sabiquunal awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)
12. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberi tazkiyah kepada Abu Bakar
Ketika Abu Bakar bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة . قال أبو بكر : إن أحد شقي ثوبي يسترخي إلا أن أتعاهد ذلك منه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنك لست تصنع ذلك خيلاء
“Barangsiapa yang membiarkan kainnya terjulur karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya salah satu sisi sarungku melorot kecuali jika aku ikat dengan baik. Rasulullah lalu berkata: ‘Engkau tidak melakukannya karena sombong”” (HR. Bukhari dalam Fadhail Abu Bakar Radhiallahu’anhu)
13. Abu Bakar Ash Shiddiq didoakan oleh Nabi untuk memasuki semua pintu surga
من أنفق زوجين من شيء من الأشياء في سبيل الله دُعي من أبواب الجنة : يا عبد الله هذا خير ؛ فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة ، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد ، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة ، ومن كان من أهل الصيام دُعي من باب الصيام وباب الريان . فقال أبو بكر : ما على هذا الذي يدعى من تلك الأبواب من ضرورة ، فهل يُدعى منها كلها أحد يا رسول الله ؟ قال : نعم ، وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR. Al Bukhari – Muslim)
14. Abu Bakar Ash Shiddiq melakukan banyak perbuatan agung dalam sehari
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:
: من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن عاد منكم اليوم مريضا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما اجتمعن في امرىء إلا دخل الجنة
“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga’”
15. Orang musyrik mensifati Abu Bakar Ash Shiddiq sebagaimana Khadijah mensifati Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Mereka berkata tentang Abu Bakar:
أَتُخْرِجُونَ رَجُلًا يُكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحْمِلُ الْكَلَّ وَيَقْرِي الضَّيْفَ وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” (HR. Bukhari)
16. Ali Radhiallahu’anhu mengenal keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq
Muhammad bin Al Hanafiyyah berkata, aku bertanya kepada ayahku, yaitu Ali bin Abi Thalib:
أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قال : أبو بكر . قلت : ثم من ؟ قال : ثم عمر ، وخشيت أن يقول عثمان قلت : ثم أنت ؟ قال : ما أنا إلا رجل من المسلمين
“Manusia mana yang terbaik sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Ali menjawab: Abu Bakar. Aku berkata: ‘Kemudian siapa lagi?’. Ali berkata: ‘Lalu Umar’. Aku lalu khawatir yang selanjutnya adalah Utsman, maka aku berkata: ‘Selanjutnya engkau?’. Ali berkata: ‘Aku ini hanyalah orang muslim biasa’” (HR. Bukhari)
Sikap Zuhud
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu meninggal tanpa meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar. Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali Radhiallahu’anhu:
لما احتضر أبو بكر رضي الله عنه قال : يا عائشة أنظري اللقحة التي كنا نشرب من لبنها والجفنة التي كنا نصطبح فيها والقطيفة التي كنا نلبسها فإنا كنا ننتفع بذلك حين كنا في أمر المسلمين ، فإذا مت فاردديه إلى عمر ، فلما مات أبو بكر رضي الله عنه أرسلت به إلى عمر رضي الله عنه فقال عمر رضي الله عنه : رضي الله عنك يا أبا بكر لقد أتعبت من جاء بعدك
“Ketika Al Hasan sedang bersama Abu Bakar Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata, wahai ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan mangkuk besar yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang biasa kita pakai. Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku mengurusi urusan kaum muslimin. Jika aku mati, kembalikanlah semuanya kepada Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim semua itu kepada Umar Radhiallahu’anhu. Umar pun berkata: ‘Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar, sungguh lelah orang yang datang setelahmu’”
Sikap Wara’
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu adalah orang yang wara’ dan zuhud terhadap dunia sampai-sampai ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia untuk mengambil upah daribaitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang khalifah.
Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:
كان لأبي بكر غلام يخرج له الخراج ، وكان أبو بكر يأكل من خراجه ، فجاء يوماً بشيء ، فأكل منه أبو بكر ، فقال له الغلام : تدري ما هذا ؟ فقال أبو بكر : وما هو ؟ قال : كنت تكهّنت لإنسان في الجاهلية وما أحسن الكهانة إلا أني خدعته ، فلقيني فأعطاني بذلك فهذا الذي أكلت منه ، فأدخل أبو بكر يده فقاء كل شيء في بطنه . رواه البخاري
“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan” (HR. Bukhari)
Wafat beliau
Beliau wafat pada hari Senin di bulan Jumadil Awwal tahun 13 H ketika beliau berusia 63 tahun.