Nama lengkapnya al-Miqdad bin Amru bin
Tsa’labah bin Malik bin Rabi’ah bin Tsumamah bin Mathrud bin Amru bin
Sa’ad bin Dahir al-Bahrany al-Kindy. Nama panggilannya Abu Amru. Dikenal
dengan nama al-Miqdad bin al-Aswady atau al-Miqdad bin Amru. Lahir pada
tahun 37 Hijriah. Istrinya Dhiba’ah bin az-Zubair bin Abdul Mutholib,
putri paman Rasulullah.
Ibn
al-Kalby bercerita,” Amru bin Tsa’labah (ayahnya) suatu hari terjadi
pertempuran di kaumnya yang mengakibatkan dirinya terluka. Akhirnya
beliau pergi ke Hadr Maut. Di sana beliau bergabung dengan kabilah
Kindah. Setelah beberapa lama digelari al-Kindy. Setelah itu menikah
dengan wanita di sana. Dari pernikahannya lahirlah anak pertama dinamai
al-Miqdad. Pada waktu al-Miqdad tumbuh dewasa, terjadi pertikian antara
dirinya dengan Abu Syamr bin Abdu Yaghus. Dipukulnya kaki Abu Syamr
dengan pedang.
Setelah itu melarikan diri ke Mekkah.” Satu pendapat mengatakan nama
beliau al-Miqdad al-Aswady karena beliau diasuh dan dibesarkan di oleh
al-Aswad bin Abdu Yaghus az-Zuhry. Pendapat lain karena beliau mempunya
budak berkulit hitam. Pendapat lain karena beliau terluka parah kemudian
lari ke Makkah. Di sana beliau bergabung dengan bani al-Aswad.
Beliau
termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Bahkan sebagimana
diceritakan oleh Ibn Mas’ud beliau termasuk tujuh orang pertama yang
masuk Islam; Rasulullah, Abu Bakar, Ammar dan ibunya Sumayyah, Shuhaib,
Bilal dan al-Miqdad.
Dari Ikrimah
binti al-Miqdad diceritakan bahwa ayahnya tinggi badannya, perutnya
tidak terlalu besar, rambutnya agak tebal, wajahnya bagus, tidak gemuk
dan kurus.
Pada waktu Rasulullah
perintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Habsyah (Ethopia), beliau ikut
berhijrah bersama yang lain. Setelah itu beliau pulang ke Mekkah. Tapi
beliau tidak ikut berhijrah ke Madinah. Beliau lah orang pertama yang
berperang dengan menunggan kuda. beliau termasuk tiga tentara
berkuda Islam setelah az-Zubair dan Murtsid. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah perintahkan aku untuk mencintai empat sahabat.
Dan aku diberitahu bahwa Allah mencinta mereka; Ali, al-Miqdad, Abu
Dzar dan Salman.”
Ikut dalam perang Badr dan semua peperangan setelahnya. Pada waktu perang Badr beliau menjadi tentara
berkuda. Sebelum perang dimulai, beliau ikut bicara di depan majlis
umat Islam setelah Abu Bakar dan Umar. Dalam ucapannya yang terkenal itu
disebutkan, “Wahai Rasulullah, laksanakan sebab saya melihat… kami akan
bersamamu (membantu). Demi Allah, kami tidak mungkin mengatakan seperti
apa yang dikatakan bani Israel kepada Musa a.s. “Pergilah kamu dan
tuhanmu kemudian berperanglah, kami di sini duduk-duduk
saja.(QS.al-Maidah;24), tapi kami mengatakan ‘pergilah kamu dan Tuhanmu
kemudian berperanglah niscaya kami ikut berperang. …
Diantara
tindakan dan perbuatan yang ditakuti adalah berbuat dzalim kepada
orang. Untuk itu beliau tidak segan-segan bertanya langsung kepada
Rasulullah mengenai hal-hal dirasa kurang mengenak dihati. “Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika berjumpa orang kafir kemudian
tiba-tiba dia menyerangku. Dia pukul salah satu tanganku dengan pedang
hingga putus. Setelah itu dia mencari perlindungan di pohon sambil
berkata,”Saya berislam karena Allah SWT”, apakah saya bunuh orang itu
wahai Rasulullah setelah dirinya mengucapkan kata itu?” tanya beliau.
Rasulullah menjawab, “Jangan bunuh dia.” Beliau berkata, “Wahai
Rasulullah dia telah memotong tangganku dan dia mengucapkan kata itu
setelah tanganku dipotong. Apakah saya bunuh dia?” Rasulullah berkata,
“Jangan bunuh dia, sekiranya kamu bunuh dia maka itu berarti dia
kedudukannya sama denganmu sebelum kamu bunuh dia. Dan kedudukanmu sama
dengan dia sebelum dia mengucapkan kata-kata itu.”(HR.Bukhori)
Tidak
hanya itu, beliau juga sangat takut jika diberi kekuasaan tidak dapat
melaksanakan dengan baik dan meremehkannya. Sebab kekuasaan itu adalah
amanah. Beliau berkata, “Suatu ketika Rasulullah menyuruhku suatu
pekerjaan. Pada waktu saya pulang dari tugas itu, Rasulullah bertanya,
“Gimana dengan tugas yang dibebankan kepadamu?” saya jawab, “Wahai
Rasulullah! Saya tidak mengira bahwa manusia, secara kesuluruhannya,
adalah pelayanku. Demi Allah saya tidak akan meremehkan tugas itu selama
saya masih hidup.”(HR.Hakim)
Dari
Abdurahman bin Jubair bin Nufir dari ayahnya berkata, “Suatu hari kami
duduk di samping al-Miqdad, tiba-tiba seseorang lewat. Orang itu
berkata, “Alangkah senang dan bahagianya dua mata ini (al-Miqdad) dapat
melihat Rasulullah. Demi Allah, niscaya kami ingin sekali berjumpa
seperti yang dia jumpai.Kemudian saya mendengar kepada ucapannya. Saya
pun merasa terkesima sebab apa yang diucapkan adalah kebaikan hingga
saya ambil darinya.” Mendengar ucapan itu, al-Miqdad berkata, “Apa yang
membuat kalian untuk berangan-angan sesuatu yang telah Allah wafatkan
untuk diwujudkan kembali. Dia tidak tahu sekirany dia hidup ketika
apakah dia berbuat yang sepatutnya. Demi Allah, banyak kaum yang hidup
sezaman dengan Rasulullah tapi mereka dimasukkan ke neraka jahanam oleh
Allah karena tidak menerima dan percaya ajarannya. Kenapa kalian tidak
memuji Allah sebab telah dihindarkan dari siksa dan azab sepert mereka.
Bahwkan Allah telah beri kemuduhan pada kalian untuk mengenal Allah dan
ajarannya dengan mudah. “(Abu Na’im, al-hillyah 1/175-1716)
Dari
kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa kita perlu banyak bersyukur
atas nikmat Islam yang diberikan Allah kepada kita tanpa kesusuhan yang
kita hadapi. Dan juga tanpa banyak siksaan dari orang-orang yang tidak
hendak menghalangi ajaran Islam. Mestinya keinginan dan cita-cita mati
tetap berpegang pada ajaran Islam.
Dari
Karimahh binti al-Miqdad bercerita bahwa al-Miqdad pernah berwasiat
kepada Hasan dan Husain untuk diberi tiga ribu dirham dan untuk tiap
istri-istri Rasulullah tujuh ribu dirham.
Selama
berjuang menyebarkan ajaran Islam bersama Rasulullah, beliau telah
meriwayatkan kurang lebih 48 hadits. Pada tahun 33 Hijriah beliau wafat
di dekat kota Madinah dan dikuburkan di sana.